Prof Yuwono Soal Akhir dari Pandemi Covid-19: Kuncinya Imunitas Jika Ingin Datar

Untuk tingkat kematian didunia polanya masih sama, rata-rata masih di 7 persen dan tingkat kesembuhan 3 persen.

Editor: Soegeng Haryadi
Tribun Sumsel
Juru bicara penanganan Covid-19 Sumsel, Prof Yuwono 

PALEMBANG, SRIPO -- Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 di Sumatera Selatan (Sumsel) Prof. Dr. dr. Yuwono, M. Biomed mengatakan, bahwa optimisme pandemi Covid-19 di Indonesia akan plateau (datar) di bulan Juli 2020.

"Memang akan agak sedikit berbeda dengan pernyataan Ketua Gugus Pusat bahwa Juli sudah bisa kembali hidup normal. Tapi setidaknya ini beriringan makanya saya buat judulnya optimisme pandemi Covid-19 di Indonesia akan plateau di bulan Juli 2020," kata Prof Yuwono saat Live Talk di Sumsel Virtual Fest 2020 yang diadakan Tribun Sumsel dan Sriwijaya Post, Selasa (28/4/2020).

Lebih lanjut ia menjelaskan, untuk tingkat kematian didunia polanya masih sama, rata-rata masih di 7 persen dan tingkat kesembuhan 3 persen. Untuk yang positif Covid-19 ini pun ada dua kategori yaitu kritis dan tidak sakit. Untuk kasus dunia trennya sudah mulai melandai.

Kabar Gembira di Tengah Pandemi Covid-19, Jumlah Pasien Sembuh di Sumsel Semuanya dari Palembang

Profesor Yowono Ungkap Tren Kasus Covid-19 di Sumsel, Masih Terkendali dengan Kematian Rendah

"Saya akan buat dengan perbandingan empat negara yaitu Amerika, Spanyol, Italia dan Indonesia. Untuk Indonesia mirip Amerika, tingkat kematiannya masih tinggi tapi Indonesia dibawah Amerika sedikit. Spanyol lebih banyak kasus positif Covid-19 tapi tingkat kematian lebih landai," katanya.

Menurutnya, berdasarkan data untuk yang menurun paling bagus itu Spanyol. Di Spanyol kasusnya memang banyak tapi tingkat kematiannya puncaknya awal April dan sekarang mulai menurun dan tidak naik lagi.

Lalu di Italia menurun tapi gradual atau dikit-dikit dan Amerika belum konsisten sampai ada dua puncak. Kalau di Indonesia pun belum konsisten, sejauh ini puncaknya angka kematian diangka 60 orang, harapannya akan semakin menurun.

"Kemudian saya bandingkan di Indonesia ini Jakarta dan Sumsel, karena Jakarta tempat awal mula kasus yang banyak di Indonesia. Untuk datanya di pusat itu tidak begitu jelas. Kalau Sumsel agak lebih bagus," jelasnya.

Ia pun menjabarkan, di Sumsel saat ini sudah ada 130 kasus positif (58 orang isolasi mandiri dan 50 orang dirawat di RS rujukan dan Rumah Sehat Covid-19 Jakabaring. Kemudian yang ditracking sudah ada 443. Jadi kalau ada penambahan positif lagi berarti dari 443 itu.

Untuk itu Prof Yuwono menyimpulkan sebagi berikut, tren kasus dan kematian dunia hampir menyentuh puncak. Lalu tren kasus dan kematian di empat negara urutannya hampir puncak yaitu Italia, Spanyol, Amerika dan Indonesia.

Tren kematian harian empat negara urutannya yaitu Spanyol, Italia, Indonesia dan Amerika dan tren kasus dan kematian di Jakarta dan Sumsel belum jelas.

Kemudian mayoritas kasus di Sumsel dengan imunitas baik sehingga statusnya OTG (sekitar 108-110 OTG).

"Kontribusi terbesar indikasi merendahnya pandemi lebih karena siklus alami (Karunia YME) bukan karena usaha manusiawi. Kunci menuju datar dan usai (plateau) adalah imunitas," katanya.

Sementara itu terkait puasa di masa pandemi menurut Prof Yuwono, puasa perintah Tuhan. "Kita tahu Allah lebih tahu tentang diri kita ketimbang kita. Jadi ketika kita disuruh puasa ada keistimewaan tersendiri," katanya.

Menurutnya, puasa bukan menurun kan makan tapi biasanya malah tambah nafsu makan. Itu menunjukkan tidak kurang makan kalau puasa. Allah tahu yang terbaik untuk umatnya. Orang berpuasa dalam keadaan sabar menunggu, itu yang menyebabkan imunitas lebih baik. (nda)

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved