Human Interest Story
Cerita Penggali Kubur Pasien Covid di Gandus, Sempat Ada Rasa Khawatir dan Takut
Setelah proses pemakaman, MI mengaku tak bisa menghilangkan ingatan saat menggali tanah makam tersebut.
Menggali tanah makam korban Covid-19 merupakan pengalaman pertama dan mendebarkan bagi MI.
Warga Pulo Kerto, Gandus ini mengaku sempat takut saat menggali tanah makam untuk pasien 37 Covid-19.
Seperti diketahui, seorang pasien Covid-19 merupakan pria usia 77 tahun warga Palembang, meninggal dunia di Rumah Sakit Muhammad Hoesin (RSMH) pada Kamis (16/4/2020) petang pukul 16.00.
Jenazah pasien 37 pun dimakamkan dengan standar operasi prosedur (SOP) korban Covid-19 oleh tim medis dari RSMH.
• Pemakaman Pasien Covid-19 Benar-benar Aman dari Penularan Setelah Enam Jam Dikubur, Jangan Ditolak!
• Cerita Heboh Pasien Muba Positif Covid-19: Pernah Melayat Pemakaman di Prabumulih, Ini Kronologisnya
MI yang biasa bertugas menggali kubur di tempat pemakaman umum (TPU) Gandus Hill, diperintahkan menggali kubur di lahan khusus korban Covid-19 yang memang sudah disiapkan Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang seluas 2 hektare tersebut.
"Jam 5 sore saya disuruh gali kubur. Dan dikasih tahu kalau itu untuk korban Covid-19," ungkap MI saat dihubungi via telepon seluler, Jumat (17/4/2020).
Bersama seorang rekannya sesama penggali kubur dan seorang petugas TPU, MI menggali tanah makam di lokasi yang dipetakan petugas TPU bernama Herman. Saat menggali kubur, MI mengaku merasa khawatir bercampur takut.
"Sempat ada rasa itu (khawatir bercampur takut). Kenapa? Karena saya baru pertama kali menggali kubur untuk korban Corona. Ada yang berbeda dan seolah akan terjadi sesuatu pada saya," kata MI.
"Tapi akhirnya lubang kubur selesai juga (digali) hampir jam 9 malam," imbuh pria yang telah enam tahun menjadi penggali kubur di TPU Gandus Hill itu.
Setelah lubang kubur siap dan jenazah datang dengan dibawa mobil ambulans, MI dan rekan-rekannya diperintahkan menjauh dari area pemakaman oleh petugas TNI dan Polri yang berjaga.
"Kami hanya menggali lubang. Yang menguruk tanah makam petugas berseragam (yang mengenakan APD)," terang MI.
Setelah proses pemakaman, MI mengaku tak bisa menghilangkan ingatan saat menggali tanah makam tersebut.
Ia merasa ada risiko besar yang harus ditanggung oleh ia dan rekan-rekannya sesama penggali kubur.
"Jujur ini pengalaman yang bikin saya merinding. Tapi karena itu hanya perasaan dan kita harus yakin Allah SWT melindungi kita semua, saya akhirnya dapat menyelesaikan galian kubur," tutur MI.
Pria berusia 41 tahun ini juga berharap ada insentif atau tambahan upah bagi penggali kubur korban Covid-19.
"Kami bertiga diupah Rp 500 ribu. Kalau ke depan kami diperintahkan lagi (menggali kubur korban Covid-19), kami minta kepada pemerintah agar upah penggali kubur korban Corona dinaikkan dua kali lipat. Itu permintaan kami," kata MI mengakhiri pembicaraan. (mg27)