Liputan Eksklusif
Hidup Mewah Tanpa Kerja, Gaya Hidup Sindikat Penipuan Layanan SMS dan Ponsel
Otak penjebol sistem bank akan berada di suatu tempat di kawasan OKI, sementara pelaku yang bertugas mengambil uang di mesin ATM berada di Palembang
PALEMBANG, SRIPO — Ingin hidup senang, tapi tak mau kerja keras. Itulah prilaku sejumlah orang yang kerjanya hanya tipu sana tipu sini alias Tipsani. Ironisnya, istilah Tipsani ini merupakan satu fenomena sosial yang ada di masyarakat salah satu daerah di Sumatera Selatan.
Tipsani ini dilakukan dengan cara menghubungi korbannya dengan menggunakan dua macam layanan gadget, yaitu menggunakan layanan SMS dan layanan sambungan telepon langsung. Dengan menggunakan kecanggihan teknologi handphone pintar, para pelaku melakukan kejahatan daring mulai dari membobol saldo nasabah, melemahkan sistem suatu perbankan, modus memenangkan hadiah, hingga modus minta pulsa.
Para pelaku Tipsani ini pun tak hanya mencari mangsa sebatas wilayah Sumsel saja. Bahkan, para pelaku yang pada umumnya kalangan anak muda ini melakukan kejahatan cybernya ke seluruh wilayah Indonesia. Korbannya pun bukan hanya dari kalangan biasa, mulai dari pejabat hingga artis pun pernah menjadi korban kejahatan cyber crime tersebut.
• Kepincut Realme 5i Rp 1,2 Juta, Pria Ini Justru Jadi Korban Penipuan, Kehilangan Rp 2 Juta
• Sanggup Bayar Rp 65 Juta agar Anaknya Jadi Anggota TNI, Ortu Ini Jadi Korban Penipuan TNI Gadungan
Fenomena Tipsani ini pun seakan menjadi hal lumrah, sejak masih belia para anak-anak di sana sebagian mereka telah didoktrin oleh lingkungannya untuk turut serta dalam prilaku Tipsani. Mempunyai banyak uang hingga bisa membeli kendaraan sendiri seperti motor dan mobil dari hasil kejahatan, membuat para remaja di sana kepincut menjadi pelaku Tipsani.
Putra, salah seorang pelaku Tipsani mengaku fenomena itu seakan menjadi hal lumrah di desanya. Sudah sejak lama para remaja berkelompok hingga sindikat keluarga melakukan penipuan melalui smartphone tersebut. Bahkan sejak remaja mereka sudah berani melakukan tindak kriminal. Tidak heran, dengan uang hasil kejahatan penipuan itu semasa remaja pemuda di sana sudah berlimpah harta dari hasil menipu.
"Inilah gawean (kerjaan) kalau di dusun, banyak yang tidak bekerja hanya mengandalkan Tipsani. Banyak juga yang bekerja dengan sindikat keluarga, bukan hanya kelompok pertemanan," ujarnya.
Ia menjelaskan, kemudahan dalam mencari pundi rupiah sebagai seorang Tipsani membuat ia dan sekelompok pelaku lainnya menjadi kecanduan untuk melakukan tindak kriminalitas tersebut terus-menerus. Dengan uang yang berlimpah tanpa harus susah-susah bekerja, membuat gaya hidup pelaku menjadi hedon atau berfoya-foya. Tak tanggung-tanggung dari hasil menipu itu pelaku bisa memiliki barang-barang mewah, mobil, rumah dan berinvestasi lainnya.
"Dari hasil menipu ini banyak warga di tempat kami bisa sampai dipakai untuk biaya nikah, memenuhi kebutuhan keluarga sehari-haru, beli rumah dan investasi lainnya," jelasnya.
Adapun modus yang mereka lakukan yakni pelaku Tipsani menghubungi korbannya dengan cara menelepon dan memberi tahu korban bahwa dia adalah perwakilan dari suatu lembaga misalnya provider PT Telkomsel, PT Xl Axiata, Bank Mandiri, Bank BRI dan lain sebagainya.
Menurutnya, setelah korban berhasil diyakinkan bahwa ia adalah pemenang, maka pelaku mengaku akan mengirimkan hadiah melalui nomor rekening. Lalu pelaku menginstruksikan korban untuk menuju mesin ATM untuk melakukan transaksi.
"Kami memainkan mental korban agar percaya. Saat berada di mesin ATM kami terus meyakinkan, sehingga korban akan mengirimkan uang ke nomor rekening yang telah dipersiapkan," ungkapnya.
Deni, pelaku Tipsani lainnya mengungkapkan, mendapatkan uang dengan mudah tak jarang membuat para pelaku terjerumus ke dalam dunia narkoba. Dengan pengaruh barang haram tersebut membuat para pelaku kian hari kian kecanduan untuk melakukan penipuan tanpa takut dengan hukuman yang nantinya akan didapatkan.
“Dapat uang mudah dan hobinya foya-foya, otomatis juga akan berpengaruh dengan memakai narkoba," terangnya.
Selain melakukan penipuan melalui telepon dan SMS, para pelaku juga memiliki modus lainnya yakni membobol ATM nasabah bank. Dalam menjalankan tindak kriminal menjebol sistem perbankan, ada salah seorang pelaku yang berperan sebagai hacker. Setiap hari si hacker memantau kapan sistem IT suatu perbankan melemah.
Ketika sistem keamanan perbankan melemah, si hacker akan menelepon para sindikat lainnya untuk berduyun-duyun segera menuju mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Ketika berada di mesin ATM mereka diarahkan menekan sejumlah kode. Tak lama kemudian uang nasabah bank akan masuk ke ATM pelaku.
"Setelah tahu sistem lemah kami akan menyerbu ATM secepatnya untuk menarik uang. Lebih aman cari ATM sedikit di pelosok tak penjagaan keamanan," bebernya.
Menurutnya, pada umumnya para pelaku Tipsani bukan merupakan orang memiliki pendidikan yang tinggi, mereka secara otodidak mengutak-atik sistem Informasi Teknologi (IT) lalu menemukan cara menjebol sistem keamanan perbankan.
Para pelaku diungkapkannya, biasanya tidak hanya dalam satu daerah dalam beraksi. Otak penjebol sistem bank akan berada di suatu tempat di kawasan OKI, sementara pelaku yang bertugas mengambil uang di mesin ATM berada di Palembang.
"Tipsani sudah menjadi semacam hal lumrah di tempat kami. Tidak perlu sekolah tinggi, malahan banyak pelaku tidak tamat sekolah bisa jad tipsani dan punya banyak uang," katanya.
Anggi, salah seorang korban Tipsani menerangkan awal mula ia tertipu modus pelaku yakni ketika ia menerima telepon dari pelaku yang menanyakan apakah dirinya menerima pesan singkat (SMS) dari internet banking.
Karena merasa mendapat SMS tersebut, korban lantas membenarkan mendapat pesan singkat dari internet banking. Pelaku kemudian menyuruh korban untuk mengisi pesan singkat yang diterimanya yang tak lain menyebutkan sejumlah kode dan pin dari kartu ATM korban. Lalu tak lama terjadi transaksi sebesar Rp 13,6 juta dari rekening korban.
"Saya seperti tidak sadar disuruh pelaku, sesaat setelahnya saya baru tahu bahwa terjadi transaksi sebesar itu," tuturnya. (tim)