Virus Corona
Takdir, Ikhtiar dan Tawakal (Menghadapi Virus Corona atau Corona Virus Disease/Covid-19)
Virus corona yang mewabah ke tingkat pandemi, menyebab masyarakat dunia dibuat repot dan kelabakan .
Mengisolasi diri di rumah, juga mampu.
Sebab stok makanan dengan mudah dapat disediakan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Sebaliknya, masyarakat miskin dan di bawah garis kemiskinan, sulit untuk berbuat seperti itu.
Bahkan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari saja sudah bukan main beratnya.
Adapun golongan masyarakat kelas bawah yang disebut-sebut berjumlah sekitar 94, 6 juta ini hanya hidup dari asupan harian jenis KKN (kerupuk, kecap, nasi).
Jelas daya tahan tubuh rata-rata lemah, termasuk ke dalam golongan ini adalah para pemulung, pengemis, manusia gerobak, penghuni kolong jembatan dan emper-emper pertokoan, pekerja serabutan, para penarik becak maupun pekerja kasar lainnya.

Bagaimanapun mereka ini mustahil mampu menebus resep : empat sehat lima sempurna, sanitasi lingkungan, hand sanitizer, maupun masker.
Selain itu, manusia “gentayangan” ini sulit untuk mematuhi anjuran lock down.
Ruangan isolasi pun tak bakal mampu menampungnya, bila saja covid- 19 secara “serampangan” menyinggahi kaum dhu’afa ini.
Kumpulan manusia yang hanya punya nyawa dan badan.
Mencermati latar belakang kedua golongan ini, secara teoritis, golongan menengah ke bawah dan “manusia papa“ ini yang paling rentan terserang Covid- 19.
Namun kenyataannya terbalik.
• Cegah Virus Corona, 8 Artis Ini Berjemur di Bawah Matahari, Posenya Ada yang Pamer Tato di Dada!
Dalam beroperasi, tampaknya Covid- 19 memberlakukan ”tebang pilih”.
Wabah ini lebih “enjoy” bermesraan dengan kalangan menengah ke atas.
Di Eropa, Covid-19 “merangkul“ sejumlah pesepakbola kelas dunia.
Di beberapa negara lain “menggaet“ pejabat.
Di dalam negeri sendiri covid-19 yang “nakal” ini tak segan-segan “sowan“ ke menteri dan pejabat.
Hanya para koruptor yang tampaknya masih belum sempat disinggahi wabah mematikan ini.
Barangkali karena sebelum covid-19 “mentas” ke panggung dunia, para koruptor sudah terkarantina “di penjara”.
Kasus seperti ini setidaknya menyibak akan adanya takdir, serta kebenarannya.
Ternyata di balik semuanya itu ada faktor penentu yang sama sekali tak terjamah oleh kemampuan logika manusia, yakni takdir Allah.
Dikemukakan dalam firman-Nya: “Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis di Lauh Mahfuz, sebelum Kami mewujudkannya.“ ( QS. 57 : 22).
• WASPADA! Siapa Pun Dapat Menularkan Virus Corona
Tiada suatu bencanapun yang menimpa apapun di bumi, yakni seperti kekeringan, longsor, gempa, banjir, paceklik, dan tidak pula pada diri kamu sendiri sendiri, yakni wahai seluruh manusia, kafir atau Mu’min, seperti penyakit, kemiskinan, kematian dan lain- lain, melainkan telah tercatat dalam kitab, yakni Lauh Mahfuz atau ilmu Allah SWT yang meliputi segala sesuatu sebelum Kami/Allah menciptakannya, yakni sebelum terjadinya musibah itu.
Sungguh pengetahuan dan pencatatan itu bagi Allah sangatlah mudah, karena ilmunya mencakup segala sesuatu dan kuasa-Nya tidak terhalang oleh apapun (M. Quraish Shihab, 2012 ). Tak terkecuali kematian.
Ditegaskan oleh Sang Maha Pencipta : “Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kokoh.“ (QS, 4 : 78).
Kematian pasti menjemput seseorang yang telah ditetapkan kematiannya, meskipun dia berada dalam satu benteng yang dilindungi oleh benteng lain yang tinggi lagi kokoh dan terbuat dengan amat rapi (M. Quraish Shihab, 2012).
Kalau begitu, penempatan mereka yang terpapar covid-19 dalam ruangan isolasi yang dilengkapi dengan perangkat dan tenaga medis secanggih apapun, tak bakal berhasil menangkal kematian.
Sementara, kalau sudah ditakdirkan, maka apabila datang kematian tak bakal dapat ditunda walau sesaat (QS. 7 : 34).
• VIDEO: Anang Hermansyah Kaget dengar Pengakuan Pasien Virus Corona Yang Sembuh, Cuma Minum Obat Ini
Takdir (taqdir) adalah ‘ukuran-ukuran yang telah ditetapkan atas segala sesuatu “Peribahasa juga mengatakan“ Man proposes and God disposes” atau “Ya’tazimul mar’u amra wa yuqaddirulaluamra”.
Manusia berencana, Tuhan yang menentukan.
Manakala dihadapkan dengan takdir kemampuan manusia akan kehilangan kekuatannya.
Oleh karena itu berhadapan dengan kasus wabah Covid-19 seperti ini pula sejatinya, kita akan tercerahkan oleh nilai-nilai imani.
Dalam ketidakberdayaan lantas kita diperintahkan untuk bertawakal, yakni menyerah kepada qada’ dan putusan Allah (Harun Nasution, 1978).
Perintah bertawakkal kepada Allah, yakni perintah menjadikan-Nya sebagai wakil.
Ketika menjadikan Allah SWT sebagai wakil, manusia dituntut untuk melakukan sesuatu yang berada dalam batas kemampuannya (M. Quraish Shihab, 1996).
Sebagai orang yang beriman, kasus pandemi Covid- 19 ini sekaligus menyadarkan kita, bahwa kemampuan manusia terbatas.
Sebagai upaya terakhir marilah kita bertawakkal.
Tak ada pilihan lain yang lebih tepat dan pantas.
Seiring dengan itu kita pun berdoa akan keselamatan bersama, serta berupaya untuk lebih mendekati diri kepada-Nya.
Semoga pandemi ini segera berlalu. Amin.