Salam Sriwijaya
Corona, Tugas Kita Bersama
Akhirnya, sesuatu yang sangat tidak kita inginkan itu ternyata harus menjadi kenyataan. Setelah lama berstatus zero case tatkala lebih dari 40 negara
SRIPOKU.COM , AWALNYA kita hanya menjadi penonton. Selama dua pekan terakhir, kita masih menyaksikan dengan seksama kabar karantina saudara kita yang dievakuasi dari Wuhan dan kapal pesiar. Publik masih beranggapan Indonesia masih zero kasus penyebaran Corona.
Namun akhirnya, sesuatu yang sangat tidak kita inginkan itu ternyata harus menjadi kenyataan. Setelah lama berstatus zero case tatkala lebih dari 40 negara lain telah menjadi korban ekspansi virus korona jenis baru atau covid-19, Indonesia kini bernasib sama.
Untuk kali pertama, pemerintah Indonesia mengumumkan bahwa ada penderita virus menular yang bisa mematikan asal Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, tersebut di Tanah Air. Pengumuman itu disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan.
• Terbaru - Virus Corona 5 Maret: 3.286 Meninggal, 53.688 Dinyatakan Sembuh
• Rentan Dialami Wanita, Ketahui Gejala Kanker Ovarium
Ada dua orang yang terpapar covid-19, yaitu seorang ibu berusia 64 tahun dan anak perempuannya yang berumur 31 tahun. Keduanya warga Kota Depok, Jawa Barat, dan kini dirawat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, Jakarta Utara.
Jokowi menjelaskan kedua penderita sebelumnya menjalin kontak dengan seorang warga negara Jepang yang positif korona.
Adanya pasien virus korona di Tanah Air jelas sangat tidak kita kehendaki. Pengumuman pemerintah bahwa kita tak lagi kebal dari serangan covid-19 pun sangat tidak kita harapkan. Namun, itulah realitas yang mesti kita terima.
Jangan lupa subscribe, like dan share channel Youtube Sripokutv di bawah ini:

Kini, tugas kita semua sebagai anak bangsa menyikapinya dengan tepat agar kasus ibu dan anak tersebut merupakan alfa omega, yang pertama sekaligus yang terakhir. Tentu, kita tidak ingin virus korona menyebar dan menular ke orang lain. Tentu, kita tidak berharap virus korona sampai merenggut nyawa seperti di negara-negara lain.
Pada konteks itu, kita menyambut baik langkah para pihak yang langsung mengisolasi kedua pasien di RS Sulianti Saroso. Rumah keduanya di Depok juga diisolasi. Langkah itu bukanlah untuk mengasingkan penderita, melainkan agar virus tak menyebar ke mana-mana.
Pemerintah juga melakukan tracking ke sejumlah tempat, termasuk sebuah kelab di Jakarta yang dikunjungi pasien dan warga negara Jepang yang positif korona itu. Langkah tersebut penting untuk memastikan tidak ada orang lain yang saat itu berada sekemurunan atau berdekatan dengan penderita yang juga mengidap korona.
Untuk menangkal virus korona, pemerintah sudah melakukan beragam upaya. Akan tetapi, virus itu tetap saja masuk ke Indonesia. Kini, tugas pemerintah jauh lebih berat karena ibarat perang, musuh sudah berhasil menerobos barikade pertahanan.
Di samping berusaha sekeras mungkin untuk menyembuhkan penderita dan memastikan virus korona tak menyebar ke mana-mana, lebih memperketat ratusan pintu masuk agar tak ada lagi pembawa virus itu masuk ke wilayah kita juga mutlak dilakukan.
Sejak itu, nyaris hampir setiap hari media santer memberitakan dugaan pasien yang terjangkit virus corona di berbagai daerah. Masker pun diborong.
Namun, kita tak perlu panik, pantang pula paranoid. Menyikapi serangan korona secara rasional akan lebih baik ketimbang bersikap irasional. Prinsip bahwa tidak semua orang yang kontak dengan penderita korona akan jatuh sakit harus menjadi pijakan kita.
Situasi justru akan lebih berbahaya jika semua orang merasa akan sakit. Perasaan itu hanya akan menurunkan imunitas tubuh, padahal menurunnya daya tahan dan kekebalan tubuh membuka celah bagi paparan virus korona.