Taruhan Nyawa, Ternyata Ini Alasan Jasad Pendaki di Gunung Everest Dibiarkan & Tak akan Dievakuasi!
TERNYATA Ini Alasan Jasad Pendaki di Gunung Everest Dibiarkan & Tak akan Dievakuasi, Taruhan Nyawa!
Penulis: Tria Agustina | Editor: Welly Hadinata
Meski menyedihkan, namun ternyata ada gunanya juga jasad yang dibiarkan begitu saja, mereka bisa menjadi penunjuk jalan untuk para pendaki di masa depan.
Karena kebanyakkan pendaki wafat pada zona kematian, maka green boots menjadi penanda bahwa sebentar lagi para pendaki akan mencapai puncak gunung.
Setiap pendaki pada umumnya membawa catatan sebagai bukti dokumentasi perjalanan mereka.
Jadi, jika mereka tewas di tengah perjalanan, maka catatan yang mereka buat yang mungkin saja bisa merupakan pesan kepada keluarga akan dibawa oleh para sahabat dan disampaikan kepada keluarga.
• BEREDAR Foto Saf Sholat di Masjid Kementerian BUMN Sesuai Jabatan, Ini Tanggapannya Setelah Viral!
Mengapa Gunung Everest Sangat Mematikan?
Puncak Everest merupakan impian bagi hampir semua pendaki.
Tapi bukan hal yang mudah untuk menakhlukkan puncak tertinggi di dunia ini.
Sejak musim pendakian resmi dibuka April lalu, Puncak Everest sudah memakan korban pertamanya.
Empat orang pendaki dan seorang porter tewas dalam ekpedisi menuju puncak setinggi 8.850 meter dari permukaan laut.
Diantara banyak sebab kematian, seperti longsor dan bencana lain, penyakit ketinggian diduga menjadi sebab kematian utama para pendaki Everest.
Di Everest, penyakit tersebut bisa muncul ketika seseorang mencapai ketinggian sekitar 2.440 meter.
Jika pendaki tetap berada di bawah ketinggian 3.600 meter, biasanya penyakit ketinggian tak berkembang lebih buruk.
Menurut Badan Kesehatan Nasional Inggris, seseorang yang terkena penyakit ketinggian akan menunjukkan beberapa gejala antara lain sakit kepala, kelelahan dan pusing seperti dikutip pada Kompas.com.
Jika tidak segera mendapat bantuan medis, penyakit ini bisa jadi lebih parah dan mengakibatkan seseorang kesulitan berjalan, sesak napas, batuk cair berwarna merah mudah dan berbusa, kebingungan, hingga kehilangan kesadaran.
Eric Weiss, profesor bidang kesehatan darurat Univeritas Stanford menggambarkan, saat berada di Base Camp Khumbu Glacier di ketinggian 5400 meter, kadar oksigen hanya sekitar 50 persen dari kondisi normal.