Demo di Berbagai Wilayah Indonesia

Jeritan Lirih di Ujung Hayat & Misteri Kematian Mahasiswa Unnes: Ampun Pak, Jangan Pukuli Saya Lagi

Di sebuah ruang perawatan RSUP Kariadi, seorang ibu memegang erat tangan putranya yang terbaring lemah pascaoperasi.

Editor: Yandi Triansyah
IST/TRIBUN JATENG
TABUR BUNGA - Aksi solidaritas dan tabur bunga untuk almarhum Iko Juliant Junior rencananya akan digelar di Patung Dewi Themis Fakultas Hukum Unnes pada Selasa (2/9/2025) mulai pukul 18.30 WIB hingga selesai 

SRIPOKU.COM, SEMARANG – Di sebuah ruang perawatan RSUP Kariadi, seorang ibu memegang erat tangan putranya yang terbaring lemah pascaoperasi.

Dalam kondisi antara sadar dan tiada, dari bibir sang anak, Iko Juliant Junior, terucap kalimat lirih yang menyayat hati.

“Ampun pak, tolong pak, jangan pukulin saya lagi.”

Bisikan itu diulang hingga tiga kali, menjadi rekaman terakhir yang didengar sang ibu sebelum Iko, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang (Unnes) angkatan 2024, mengembuskan napas terakhirnya pada Minggu sore, 31 Agustus 2025.

Sebuah igauan yang kini menjadi petunjuk utama dalam misteri kematiannya yang diselimuti kejanggalan.

Secara resmi, kepolisian menyatakan Iko meninggal akibat kecelakaan lalu lintas tunggal di Jalan Dr. Cipto, Semarang, pada Minggu dini hari pukul 02.30 WIB.

Namun, bagi keluarga, cerita itu terasa janggal dan menyisakan lubang besar penuh pertanyaan.

Bagaimana mungkin sebuah kecelakaan lalu lintas meninggalkan luka lebam parah di wajah? Mengapa bukan polisi lalu lintas atau ambulans, melainkan mobil Brimob yang mengantarkannya ke rumah sakit? Dan ke mana perginya tas ransel biru berisi jas almamater serta ponsel milik Iko?

Kecurigaan bahwa Iko adalah korban penganiayaan, bukan sekadar kecelakaan, kini menebal.

"Kami sudah mendapatkan laporan mengenai kejanggalan kematian almarhum Iko. Kami turut berbelasungkawa dan masih berupaya mengungkap fakta yang masih abu-abu ini," ujar Ady Putra Cesario, anggota Pusat Bantuan Hukum Ikatan Alumni (PBH IKA) FH Unnes, saat dihubungi pada Senin (1/9/2025) malam.

Tim hukum dari almamater Iko kini bergerak mengumpulkan kepingan-kepingan puzzle. Mereka sadar jalan yang ditempuh tidak mudah.

"Ada rekan korban yang tahu kejadian ini, tetapi belum bisa memberikan keterangan karena masih trauma," tambah Ady.

Berdasarkan penuturan Naufal Sebastian, anggota lain dari PBH IKA FH Unnes, malam sebelum tragedi itu adalah malam yang biasa.

Pada Sabtu, 30 Agustus 2025, sekitar pukul 17.00, Iko berpamitan kepada ibunya. Mengenakan Pakaian Dinas Harian (PDH) Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), ia berangkat ke kampus mengendarai motornya, membawa tas ransel biru berisi jas almamater.

Iko sempat pulang ke rumah sebelum pukul 23.00 malam. Namun tak lama, ia dijemput oleh seorang teman untuk pergi ke kawasan Jalan Pahlawan.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved