Sejarah Benteng Kuto Besak Palembang yang Kini Jadi Destinasi Wisata Andalan di Palembang
Kawasan bersejarah pada masa Kesultanan Palembang, sejak tahun 1724 sampai tahun 1803.
Penulis: Chairul Nisyah | Editor: Refly Permana
Benteng Kuto Besak berdiri di tanah yang luas, berbentuk persegi panjang menghadap ke Sungai Musi, dengan panjangn 274,32 meter, dan lebar 182,88 meter.
Dikelilingi tembok besar, yang tingginya mencapai 9,14 meter, tebal 2,13 meter, dengan empat kubu (bastion di setiap sudutnya.
• Peringatan HUT Korpri Dilaksanakan di BKB Palembang, Asisten III Jadi Pembina Upacara
Selain itu, terdapat sejumlah meriam yang terbuat dari besi dan kuningan.
Benteng Kuto Besak memiliki pelataran yang luas, balai agung, gerbang besar.
Di dalamnya terdapat pula keputren, paseban, ruang tempat menerima tamu, tempat kediaman sultan dan permaisuri.
Di tengah keraton (Benteng Kuto Besak), terdapat kolam dengan perahu, taman, dan pohon buah-buahan.
Di antara keraton Kuto Besak dan keraton Lamo, terdapat jalan menuju mesjid utama kerajaan.
Sejarah Benteng Kuto Besak
Benteng Kuto Besak mulai dibangun pada tahun 1780, dengan arsitek yang tidak diketahui dengan pasti dan pelaksanaan pengawasan pekerjaan dipercayakan pada seorang Tionghoa.
Semen perekat bata menggunakan batu kapur yang ada di daerah pedalaman Sungai Ogan ditambah dengan putih telur.
Waktu yang dipergunakan untuk membangun Kuto Besak ini kurang lebih 17 tahun.
Keraton ini ditempati secara resmi pada hari Senin pada tanggal 21 Februari 1797.

Berbeda dengan letak keraton lama yang berlokasi di daerah pedalaman, keraton baru berdiri di posisi yang sangat terbuka, strategis, dan sekaligus sangat indah.
Posisinya menghadap ke Sungai Musi.
Pada masa itu, Kota Palembang masih dikelilingi oleh anak-anak sungai yang membelah wilayah kota menjadi pulau-pulau.