Surat Terbuka Seorang Guru di Papua untuk Mendikbud Nadiem Makariem, Indonesia bukan Hanya Jawa Saja
Seorang guru di Papua membuat surat terbuka yang ditujukan untuk Mendikbud Nadiem Makarim. Ia mendeskripsikan kondisi sekolah yang ada di sana.
SRIPOKU.COM - Kiprah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Kabinet Indonesia Maju, Nadiem Makarim, dinanti seluruh masyarakat Indonesia. Pria yang mendirikan Gojek ini diharapkan bisa segera memperlihatkan terobosan sejak ditetapkan Presiden Joko Widodo menduduki posisi ini.
Salah satunya soal pemerataan pendidikan di Indonesia. Jangan ada lagi ketimpangan karena di beberapa wilayah Timur masih belum merata sistem dan fasilitas pendidikannya. Nadiem diharapkan bisa memberikan dampak instan sehingga masyarakat tidak menganggap keputusan Jokowi suatu kesalahan.
Disadur dari kompas.com, seorang guru di Papua diketahui mengirim surat yang ditujukan langsung kepada Nadiem. Surat itu ia unggah melalui Facebook.
• Akrab, Bukan Pak atau Mas, Ini Sapaan Wishnutama ke Mendikbud Nadiem Makarim, Gaul
Diana Cristiana Da Costa Ati, Guru Penggerak Daerah Terpencil (GPDT) di Kabupaten Mappi, namanya. Surat tersebut dia tulis di Facebook pada 7 November 2019.
Hingga Senin (11/11/2019) malam, tulisan tersebut telah dibagikan 313 kali dan direspon oleh 517 akun. Di surat tersebut, Diana menceritakan tentang kondisi pendidikan di kampung tempatnya bertugas yakni di Kaibusune, Kabupaten Mappi, Papua.
• AHY Jadi Wakil Nadiem Makarim? Ini Dibicarakan Agus Yudhoyono Saat Bertemu dengan Presiden Jokowi
Kompas.com kemudian menghubungi Diana melalui telepon seluler untuk megklarifikasi surat tersebut. Diana membenarkan menulis surat terbuka yang ia tulis itu untuk Menteri Nadiem.
Diana terpilih sebagai GPDT dalam program yang dibuat oleh Bupati Mappi terpilih, Kritosimus Yohanes Agawemu yang bekerjasama dengan Gugus Tugas Papua UGM. Diana tiba di Tanah Cenderawasih pada 3 Oktober 2019.
• Nadiem Makarim Datang ke SDN Gentong yang Ambruk, Gelar Rapat Tertutup dengan Pihak Sekolah
Dengan menggunakan perahu ketinting, Diana bersama dua teman guru GPDT, Antonius Tampani dan Inda Rovitha Meyok menuju ke Kampung Kaibusene, Distrik Assue dengan menempuh perjalanan selama sembilan jam. Perjalanan yang cukup berat karena ia dan rombongan harus melewati rumpun tebu rawa yang menghalangi perahu yang mereka gunakan.
16 November 2018, Diana tiba dan Kampung Kaibusene.
• Nadiem Makarim Belum Sebulan Menjabat Mendikbud Sudah Ada Sekolah Ambruk, Ini Langkah Eks Bos Gojek
Di surat terbukanya. Diana bercerita bahwa sekolah tempatnya mengajar hanya memiliki tiga ruangan. Para siswa harus berbagi ruang untuk belajar.
Hanya dua orang guru yang mengajar 50 siswa. Satu guru PNS dan satu guru honorer. Kepada Diana, para siswa bercerita bahwa sekolah akan libur jika kepala sekolah harus ke kabupaten untuk urusan kedinasan.
Jika libur sudah mencapai seminggu, maka para siswa akan berangkat ke hutan mengikuti orangtua mereka mencari gaharu. Bahkan sekolah pernah libur berbulan-bulan hingga setahun karena guru beralasan ada kegiatan kedinasan di kota.
Di surat terbukanya, Diana bercerita ada beberapa bangku di sekolahnya namun sudah reyot. Salah seorang siswanya mencoba duduk di bangku tersebut.
Tapi ternyata bangku tersebut langsung roboh. Saat menulis di atas meja, mereka pun takut karena mejanya bergoyang.
• Mendagri Tito Karnavian Minta Dipanggil Purnawirawan bukan Jenderal Polisi, Papua Jadi Tugas Pertama
"Ibu guru kami takut meja patah," kata seorang murid kepada Diana.
Secara diam-diam siswanya sepakat duduk di lantai dan harus membungkuk saat belajar menulis.