Sosok Jenderal Polisi yang Jujur, Kapolri Pertama Bongkar Kasus Besar, Dipensiunkan di Usia 49 Tahun

Mengenal Polisi Jujur Indonesia Hoegeng Imam Santoso, Kapolri Pertama RI Berani Bongkar Kasus Besar

Penulis: Tria Agustina | Editor: Welly Hadinata
Kolase Youtube dan Intisari
Sosok Jenderal Polisi yang Jujur, Kapolri Pertama Bongkar Kasus Besar, Dipensiunkan di Usia 49 Tahun 

Pensiun Diri Dari Kepolisian

Bayangan banyak orang, memasuki masa pensiun orang pertama di kepolisian pasti menyenangkan.

Tinggal menikmati rumah mewah berikut isinya, kendaraan siap pakai.

Semua itu diperoleh dari sogokan para pengusaha.

Kasus inilah yang kemudian santer diduga sebagai penyebab pencopotan Hoegeng oleh Presiden Soeharto.

Hoegeng dipensiunkan oleh Presiden Soeharto pada usia 49 tahun, di saat ia sedang melakukan pembersihan di jajaran kepolisian.

Kabar pencopotan itu diterima Hoegeng secara mendadak.

Kemudian Hoegeng ditawarkan Soeharto untuk menjadi duta besar di sebuah Negara di Eropa, namun ia menolak. Alasannya karena ia seorang polisi dan bukan politisi.

Hoegeng diberhentikan dari jabatannya sebagai Kapolri pada 2 Oktober 1971, dan ia kemudian digantikan oleh Komisaris Jenderal Polisi Drs. Moh. Hasan.

Penyebab Diberhentikan Dari Kapolri

Pemberhentian Hoegeng dari jabatannya ini menyisakan sejumlah tanda tanya di antaranya karena masa jabatannya sebagai Kapolri saat itu belum habis.

Berbagai spekulasi muncul berkaitan dengan pemberhentiannya tersebut, antara lain dikarenakan figurnya terlalu populer dikalangan pers dan masyarakat.

Selain itu ada pula yang menyebutkan bahwa ia diganti karena kebijaksanaannya tentang penggunaan helm yang dinilai sangat kontroversi.

Ternyata masa menyenangkan itu tidak berlaku bagi Hoegeng yg anti disogok.

Pria yg pernah dinobatkan sebagai The Man of the Year 1970 ini pensiun tanpa memiliki rumah, kendaraan, maupun barang mewah.

Rumah dinas menjadi milik Hoegeng atas pemberian dari Kepolisian. Beberapa kapolda patungan membeli mobil Kingswood, yg kemudian menjadi satu-satunya mobil yg ia miliki.

Pengabdian yg penuh dari Pak Hoegeng tentu membawa konsekuensi bagi hidupnya sehari-hari.

Pernah dituturkannya sekali waktu, setelah berhenti dari Kepala Polri dan pensiunnya masih diproses, suatu waktu dia tidak tahu apa yg masih dapat dimakan oleh keluarga karena di rumah sudah kehabisan beras.

Kesederhanaan Hidup Hoegeng Imam Santoso

Hoegeng memang seorang yang sederhana, ia mengajarkan pada istri dan anak-anaknya arti disiplin dan kejujuran.

Semua keluarga dilarang untuk menggunakan berbagai fasilitas sebagai anak seorang Kapolri.

Aditya, salah seorang putra Hoegeng bercerita, ketika sebuah perusahaan motor merek Lambretta mengirimkan dua buah motor, sang ayah segera meminta ajudannya untuk mengembalikan barang pemberian itu.

“Padahal saya yang waktu itu masih muda sangat menginginkannya,” kenang Didit.

Saking jujurnya, Hoegeng baru memiliki rumah saat memasuki masa pensiun.

Atas kebaikan Kapolri penggantinya, rumah dinas di kawasan Menteng Jakarta pusat pun menjadi milik keluarga Hoegeng.

Tentu saja, mereka mengisi rumah itu, setelah seluruh perabot inventaris kantor ia kembalikan semuanya.

Masa Pensiun

Memasuki masa pensiun Hoegeng menghabiskan waktu dengan menekuni hobinya sejak remaja, yakni bermain musik Hawaiian dan melukis sebagaimana di lansir oleh Historia.id.

Lukisan itu lah yang kemudian menjadi sumber Hoegeng untuk membiayai keluarga.

Karena harus anda ketahui, pensiunan Hoegeng hingga tahun 2001 hanya sebesar Rp.10.000 saja, itu pun hanya diterima sebesar Rp.7500!

Setelah pensiun, mantan Kapolri periode 1968-1971 ini beralih ke dunia dunia seni musik dan gelar wicara.

Hoegeng memang menaruh minat dan berbakat dalam menyanyi. Sejak 1968, tatkala menjabat Kapolri, Hoegeng tergabung dalam orkes “tempo doeloe”.

Ketika sudah tak aktif lagi di Kepolisian pada awal 1970-an, Hoegeng bersama grup musik Hawaian Seniors tampil berkala di TVRI dalam acara bertajuk “Irama Lautan Teduh”.

Lebih menarik lagi, Hoegeng kerap berduet dengan sang istri, Merry Hoegeng. Sesekali ikut pula putri mereka, Reny Hoegeng.

Suara yang merdu dipadu penampilan panggung yang apik menyebabkan Hoegeng dijuluki “The Singing General” oleh majalah berita Jakarta Ekspress.

“Yang juga membuat kami senang, kami memiliki banyak penggemar di seluruh Nusantara,” tutur Hoegeng dalam otobiografinya Hoegeng: Polisi Idaman dan Kenyataan karya Abrar Yusra dan Ramadhan K.H.

Selain mejeng di TVRI, Hoegeng kondang pula sebagai penyiar pemandu acara “Obrolan Mas Hoegeng”, yang disiarkan radio Elshinta saban minggu pagi.

Acara ini menjadi program unggulan Elshinta karena ramai pendengar. Tema yang jadi perbincangan seringkali berkaitan soal keadilan dan ketertiban namun dikupas secara kelakar dan lucu.

“Memang, ternyata acara ‘Obrolan Mas Hoegeng’ itu mendapat sambutan hangat dari masyarakat.

Bukan disebabkan pembawa acaranya adalah seorang Kapolri, melainkan masalah yang dibicarakan selalu aktual dan dibawakan dengan gaya bahasa yang asyik,” catat Aris Santoso dkk dalam Hoegeng: Oase Menyejukkan di Tengah Perilaku Koruptif Para Pemimpin Bangsa.

Hanya kurang lebih satu dekade Hoegeng tampil dan bersiaran.

Pada 1980, dia terpaksa berhenti dari panggung hiburan. Pemerintah mencekalnya lantaran terlibat Petisi 50.

Dalam acara Kick Andy di metro TV, Aditya menunjukkan sebuah SK tentang perubahan gaji ayahnya pada tahun 2001, yang menyatakan perubahan gaji pensiunan seorang Jendral Hoegeng dari Rp. 10.000 menjadi Rp.1.170.000.

Berfoto Sebelahan dengan Nadiem Makarim, Menkeu Sri Mulyani Merasa Miles Away

Hoegeng Wafat

Pada 14 Juli 2004, Hoegeng meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta dalam usia yang ke 83 tahun.

Ia meninggal karena penyakit stroke dan jantung yang dideritanya.

Hoegeng mengisi waktu luang dengan hobi melukisnya.

…Di Indonesia ini hanya ada tiga polisi jujur, yakni polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng – Gus Dur

Itulah sekadar beberapa catatan kenangan untuk Pak Hoegeng.

Seorang yg hidupnya senantiasa jujur, seorang yg menjadi simbol bagi hidup jujur, dan simbol bagi kejujuran yg hidup.

Dikutip dari Tribunnewswiki.com, berikut biodata lengkap Jenderal Hoegeng Imam Santoso.

Biodata Hoegeng Imam Santoso

Nama Jenderal polisi (Purn.) Drs. Hoegeng Imam Santoso

Lahir : 14 Oktober 1921

Pekerjaan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia 1968 - 1971

Riwayat Pendidikan

- Hollandsch Inlandsche School (HIS)

- Meer Uitgebried Lager Onderwijs (MULO)

- Algemeene Middlebare School (AMS) Recht Hoge School (RHS)

- Pendidikan untuk kader polisi tinggi kepolisian di Sukabumi

- Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK)

Riwayat Kerja dan Karier

- Kasi Reskrim Kepolisian Komisariat Jakarta

- Kepala Jawatan Imigrasi

- Menteri Iuran Negara

- Menteri/Sekretaris Kabinet Inti

- Deputi Menteri Muda Panglima Angkatan Kepolisian Urusan Operasi

- Komisaris Jenderal Polisi

- Panglima Angkatan Kepolisian RI

Anggota Keluarga Hoegeng Imam Santoso

Pasangan : Merry Roeslani

Orangtua : Soekario Kario Hatmodjo (ayah)

Oemi Kalsoem (ibu)

Perjalanan Karier

- Kepala DPKN Kantor Polisi Jawa Timur di Surabaya (1952).

- Kepala Bagian Reserse Kriminil Kantor Polisi Sumatra Utara (1956) di Medan.

- Staf Direktorat II Mabes Kepolisian Negara (1960), Kepala Jawatan Imigrasi (1960)

- Menteri luran Negara (1965)

- Menteri Sekretaris Kabinet Inti tahun 1966.

- Deputi Operasi Pangak dan Deputi Men/Pangak Urusan Operasi (1966).

- Kepala Kepolisian Negara (tahun 1969, namanya kemudian berubah menjadi Kapolri)

Penghargaan

Atas semua pengabdiannya kepada negara, Hoegeng Imam Santoso telah menerima sejumlah tanda jasa,

- Bintang Gerilya

- Bintang Dharma

- Bintang Bhayangkara I

- Bintang Kartika Eka Paksi I

- Bintang Jalasena I

- Bintang Swa Buana Paksa I

- Satya Lencana Sapta Marga

- Satya Lencana Perang Kemerdekaan (I dan II)

- Satya Lencana Peringatan Kemerdekaan

- Satya Lencana Prasetya Pancawarsa

- Satya Lencana Dasa Warsa

- Satya Lencana GOM I

- Satya Lencana Yana Utama

- Satya Lencana Penegak

- Satya Lencana Ksatria Tamtama

Buku 'Hoegeng: Polisi dan Menteri Teladan' 

Kariernya yang tiba-tiba hilang, membuat Jenderal Hoegeng mengembalikan semua barang yang dipakai saat menjadi Kapolri.

Kemudian, ia pun langsung menghampiri sang ibu.

Momen ini dituliskan dalam buku 'Hoegeng: Polisi dan Menteri Teladan' seperti yang dikutip oleh Intisari.

"Saya tak punya pekerjaan lagi, Bu," kata Jenderal Hoegeng bersimpuh di depan ibunya.

Namun, ibunya tetap menenangkan sang anak.

"Kalau kamu jujur dalam melangkah, kami masih bisa makan hanya dengan nasi dan garam," kata sang ibu.

Akhirnya, Jenderal Hoegeng pun tak bisa lagi beraksi memberantas kejahatan.

Ia bahkan harus hidup sengsara selama bertahun-tahun.

Melansir dari Kompas.com, putra Hoegeng, Aditya Soetanto sempat membeberkan bahwa ayahnya hanya menerima uang pensiun Rp 10 ribu setiap bulan.

Hoegeng pun harus banting setir untuk menafkahi keluarganya dengan menjadi seorang pelukis dan menjual lukisannya.

Ia bersama keluarganya harus mengalami masa yang sangat sulit.

Setelah bertahan 10 tahun, akhirnya ia mendapatkan penyesuaian uang pensiun menjadi Rp 1 juta, pada 2001.

Tiga tahun kemudian, ia meninggal karena sakit.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved