Pendidikan Alquran - Agar Siswa Makin Mencintainya, Ubah Metode Mengajar Alquran
Ada kegalauan tentang pendidikan Alquran di tanah air saat ini. Banyak bentuk pendidikan dari Qirot, Qiroati macam-macam bentuk. Tetapi ujung-ujungnya
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Ada kegalauan tentang pendidikan Alquran di tanah air saat ini. Banyak bentuk pendidikan dari Qirot, Qiroati macam-macam bentuk. Tetapi ujung-ujungnya membuat orang itu tidak mencintai Alquran.
"Bisa membaca selesai, berhenti belajar Alquran padahal Alquran itu diturunkan untuk petunjuk," ujarnya.
• STITQI Al-Ittifaqiah Inderalaya Ogan Ilir Kembali Cetak Puluhan Sarjana Pendidikan Alquran
• Alquran Terjemahan dalam Bahasa Palembang Bakal Rampung Oktober 2019
"Jadi petunjuk itu mesti dipahami, dan dihayati. Dan pendidikan saat ini tidak sampai ke situ hanya mengandalkan bisa baca, sudah bisa selesai," kata dosen UUM Malaysia dan juga alumni pondok modern Gontor 1981 Prof Dr Azharuddin Sahil di Workshop Training of Trainer di bimbel Moba Latansa Palembang, Kamis (22/8).
Dia melanjutkan orang-orang saat ini membaca Alquran disaat tertentu saja. "Seperti malam Jumat, pada saat tahlilan karena hal itulah saya menjawab dengan mengadakan pendidikan atau upgrading kepada guru-guru agama atau Alquran," jelasnya.
"Mengajarkan Al Quran itu membuat guru itu senang, dia merasa bahagia mengajar Al Quran. Dia merasa istimewa saat mengajarkan Al Quran juga bagaimana guru membuat siswanya merasa istimewa belajar Al Quran. Jadi Al Quran itu pendidikan berkelanjutan," katanya.
Banyak umat Islam yang kenal Alquran tapi tidak mengenal apa Alquran itu sebenarnya. "Kenapa namanya Alquran, kenapa Alquran, kenapa di Alquran itu ada 114 surat, 30 juz dan itu semua hikmah yang sangat dalam jarang dikenal umat Islam," katanya.
"Bertahun-tahun belajar Alquran, Qori sekalipun tapi tidak mengenal apa dibalik semua itu," ujarnya.
Banyak pula Tahfiz yang hanya menghafal tapi tidak ada target hafalan. "Bagi saya sebenarnya tahfiz ini bukan menghafal tapi menjaga. Maka tahfiz itu dia pasti baca, bisa tahsin lalu memahami baru mereka menghafal," ujarnya.
"Alquran itu proses yang panjang dan berkelanjutan untuk seumur hidup bukan sementara. Tujuan training ini memberi pemahaman kepada guru Alquran untuk melihat bahwa ini suatu proses yang panjang. Mereka juga harus merasa bersyukur, istirmewa karena menjadi guru Alquran," jelasnya.
Terkait dengan banyak orang hanya membaca Alquran tapi tidak dilanjutkan, dia mengatakan bahwa jangan pernah salahkan zaman. "Salahnya metode yang kita pakai ini, jadi ubah metode belajar dang mengajar, zaman tidak boleh kita ingkari. Tinggal gimana kita beradaptasi, saya sekarang juga mengajar tidak lepas dari teknologi," katanya.
Maka pada saat belajar Alquran adalah harus memasukan ruh ihsan. "Maksudnya di sini merasa dilihat Allah, maka guru sebelum mengajar Alquran, mengajak siswanya sebelum belajar mari berdoa, mari rasakan Allah melihat. Metode nomor 2 tapi bila anak-anak sudah mencintai Alquran, maka kita bisa melakukan apa saja," ujarnya. (elm)
Like Facebook Sriwijaya Post Ya...
