Tradisi Kuno Penuh Cinta dan Rasa Hormat, Warga di Desa Ini Dilarang Pakai Sepatu
Andaman adalah sebuah desa di negara bagian Tamil Nadu di India selatan, yang berjarak 450 km (sekitar 7,5 jam perjalanan) dari ibu kota Tamil Nadu
Ketika seseorang mengunjungi desa mengenakan sepatu, mereka mencoba menjelaskan aturannya, katanya. Tetapi jika mereka tidak mematuhi, aturan itu tidak pernah dipaksakan.
"Ini murni pilihan pribadi yang dianut oleh semua yang tinggal di sini," kata Pechiamma. Meskipun dia tidak pernah memberlakukan aturan itu pada empat anaknya – yang sekarang sudah dewasa dan bekerja di kota lain – mereka semua mengikuti kebiasaan itu ketika mereka mengunjunginya.
Tetapi ada saat ketika warga menaati aturan ini karena rasa takut.
"Sebuah legenda mengatakan demam misterius akan menyerang Anda jika Anda tidak mengindahkan aturan itu," kata Subramaniam Piramban, 43, seorang pengecat rumah yang tinggal di Andaman seumur hidupnya.
"Kami tidak hidup dalam ketakutan ini, tetapi kami sudah terbiasa memperlakukan desa kami seperti ruang sakral — bagi saya, desa ini seperti bagian kuil," katanya.
• Terungkap Fakta Ayah Perkosa Anak Kandung di Maumere, Awalnya Disuruh Menyapu Berikut Kronologisnya!
• Pasca Terciduk Mesra, Akhirnya Terungkap Hubungan Gisel dan Wijaya Saputra, Ternyata Sebelum Cerai!
• Cuma Rp 15 Ribu, Nikmati Menu Sarapan Khas Palembang Setiap Akhir Pekan di Hotel Swrna Dwipa
Untuk mengetahui bagaimana legenda ini berkembang, saya dirujuk ke seorang sejarawan awam desa. Lakshmanan Veerabadra, 62, adalah kisah sukses mengejutkan di desa kecil ini. Kini, ia mempunyai sebuah perusahaan konstruksi di Dubai, setelah bekerja sebagai buruh upahan harian di luar negeri empat dekade yang lalu. Dia sering pulang ke desa, kadang-kadang untuk merekrut personel, tetapi kebanyakan untuk tetap terhubung dengan "akarnya".
Tujuh puluh tahun yang lalu, katanya, penduduk desa memasang patung tanah liat pertama Dewi Muthyalamma di bawah pohon Mimba di pinggiran desa.
Saat pendeta sedang menghiasi patung itu dan orang-orang sedang khusyuk berdoa, seorang pria muda berjalan melewati patung dengan sepatu.
Tidak jelas apakah pria ini memang berniat untuk melecehkan upacara itu, tetapi legenda itu mengatakan ia kemudian jatuh di tengah jalan. Malam itu, ia diserang demam misterius, dan butuh waktu berbulan-bulan baginya untuk pulih.
"Sejak saat itu, orang-orang di desa tidak memakai alas kaki apapun," kata Veerabadra. "Hal itu berkembang menjadi cara hidup."
Setiap lima hingga delapan tahun sekali, selama bulan Maret atau April, desa ini menyelenggarakan festival pemasangan patung tanah liat Muthyalamma di bawah pohon Mimba. Selama tiga hari, sang dewi dipercaya akan memberkati seluruh desa, sebelum patung itu kemudian dihancurkan berkeping-keping supaya kembali ke elemen tanah.
Selama festival, desa dipenuhi dengan doa, pesta, arak-arakan, tarian dan drama. Tetapi karena biaya yang besar, acara itu tidak diadakan setiap tahun. Festival terakhir diadakan pada tahun 2011 dan belum pasti kapan acara berikutnya akan diadakan. Semua tergantung dari sumbangan penduduk lokal.
Banyak orang luar yang memandang legenda itu sebagai semacam takhyul aneh, kata Ramesh Sevagan, 40, seorang pengemudi. Namun, paling tidak, katanya, legenda itu telah mengukir rasa identitas dan komunitas desa yang kuat.
"Tradisi ini telah menyatukan kita, membuat semua orang di desa merasa seperti keluarga," kata Sevagan.
Kekeluargaan di desa itu, katanya, juga sudah melahirkan adat setempat. Ketika seseorang di desa itu meninggal, misalnya, terlepas dari apakah orang yang meninggal itu kaya atau miskin, penduduk desa akan menyumbangkan uang – masing-masing 20 rupee – kepada keluarga yang berduka.