Direktur Eksekutif WCC Palembang : Jangan Salahkan Korban Pelecehan Seksual
Direktur Eksekutif Women Crisi Center (WCC) Palembang, Yeni Roslaini Izi mengatakan, saat ini budaya patriarki di Indonesia masih sangat tinggi
Penulis: Wahyu Kurniawan | Editor: Welly Hadinata
“Apabila terjadi cat calling perempuan bisa menolak dan memberikan sanksi sosial, nah disini butuh support dari lingkungan sekitar,” katanya.
Perempuan korban pelecehan biasanya dihantui perasaan bersalah dan malu sehingga membuat korban melaporkan peristiwa yang dialaminya atau sekedar untuk membicarakannya.
Mereka (korban) takut menerima vonis dari lingkungannya.
Sebaliknya pelaku kekerasan sering dibela masyarakat dan keadaan inilah justru membuat korban semakin menyalahkan diri sendiri.
"Saat ini memang kurang edukasi semua pihak. Apalagi isu seksualitas adalah tabu. Padahal pengenalan organ tubuh dan dampaknya sangat penting diajakan kepada anak-anak," ujarnya.
• Tarif Jargas di Indralaya, PD Petrogas Ogan Ilir Tetap Berlakukan Tarif Lama. Berikut Alasannya
• Kepergok Petugas Saat Angkut Besi PT Pertamina Prabumulih, Dua Sahabat Ini Langsung Diamankan
• Pedagang Komplek Jakabaring Sport City Geruduk Pemprov Sumsel, Minta Pengelola PT JSC Dipecat
WCC terus kampanye memberikan edukasi tentang bagaimana cara menghadapi kekerasan seksual, dan berupata menghapuskan kekerasan itu.
Kekerasan seksual merupakan semua tanggung jawab semua orang.
“Kami butuh dukungan untuk memenuhi hak-hak perempuan yang terkena kekerasan seksual, stop salahkan korban, jangan bully pelapor,” harapnya.
WCC mencatat ada 133 kasus sepanjang tahun 2018 dan 57 persennya WCC mendampingi, dari sekian banyak kasus tersebut didominasi oleh kasus perkosaan dan kekerasan seksual lainnya sebanyak 79 kasus.
===