Punti Kayu Aset Lokal yang Terabaikan

Agaknya kita perlu berbangga diri, karena dari sekian banyak kota di Indonesia, hanya Palembang yang memiliki taman hutan kota

Editor: Salman Rasyidin
zoom-inlihat foto Punti Kayu Aset Lokal yang Terabaikan
IST
Dr. Yenrizal

Punti Kayu Aset Lokal yang Terabaikan
Oleh : Dr. Yenrizal
Dosen Komunikasi Lingkungan FISIP UIN Raden Fatah
Sebagai warga Palembang, agaknya kita perlu berbangga diri, karena dari sekian banyak kota di Indonesia, hanya Palembang yang memiliki taman hutan kota terluas di Indonesia.

Itulah Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu.

Memiliki luas sekitar 50 ha, terletak di jantung kota, tepatnya di km 7.

Keberaradaannya sangat representatif sekali sebagai pusat wisata alam bagi masyarakat, apalagi jika dijadikan bentuk ekowisata.

TWA Punti Kayu sebenarnya adalah warisan dari kolonial Belanda, yang kala itu masih masuk wilayah Banyuasin. Tahun 1985, melalui SK Menteri Kehutanan No 57, kawasan ini dinobatkan sebagai wilayah paru-paru kota.
Tahun 2002, ditetapkanlah sebagai kawasan konservasi, namun tetap memiliki unsur wisata dan terbuka untuk masyarakat.

Sampai sekarang, kawasan ini tetap asri, terjaga dan memiliki penciri tersendiri di dalamnya.

TWA Punti Kayu juga masih tetap ramai dikunjungi warga terutama di hari libur.

Saya sendiri sudah tiga kali masuk ke lokasi ini, dan atas pengamatan saat masuk ke hutan kota ini juga, tulisan ini tercipta.

Sebagai sebuah TWA dalam kota, Punti Kayu memiliki potensi yang sangat luar biasa, baik sebagai destinasi wisata maupun sebagai penyeimbang udara yang bersih untuk Palembang.

Ratusan pohon pinus berjejer di dalamnya, ditambah pula dengan ratusan ekor kera yang dengan mudahnya berinteraksi dengan pengunjung.

Palembang yang bisa dikatakan minim destinasi wisata sejatinya bisa memaksimalkan aset yang sudah tersedia ini.

Di bagian depan, terutama di pintu masuk kawasan ini, terpampang tulisan besar Selamat Datang di TWA Punti Kayu --menjanjikan sebuah harapan bahwa kalau masuk lokasi ini akan menikmati sejuknya dan hijaunya sebuah daerah, dilengkapi dengan berbagai destinasi untuk menikmati sebuah hutan.

Halaman depan tidak terlalu luas, karena itu bagi pengunjung dibolehkan untuk masuk dengan membawa kendaraan masing-masing.

Sampai disini kenyamanan itu sudah dapat dirasakan. Lokasi jalan masuk sudah diaspal dan sebagian menggunakan conblock semen.  Kualitas jalan cukup memadai.

Saat masuk lokasi sudah ada beberapa baliho yang menunjukkan isi dari TWA ini.

Ada sarana kumpul keluarga yaitu di antara deretan pohon pinus, yang bisa digunakan untuk menggelar tikar bercengkrama dengan keluarga.

Kebun binatang mini, rumah hobit, pesona keajaiban dunia, taman air, kolam renang dan water boom.

Di tengah-tengah pohon pinus juga terdapat sarana outbond yang kabarnya hanya beroperasi di hari minggu.

Sekilas tawaran-tawaran ini cukup menggiurkan dan menjanjikan sebuah pemandangan eksotis nan ramah lingkungan di dalam kota.

Sekali lagi saya katakan bahwa TWA Punti Kayu adalah aset lokal yang sangat potensial.

Dengan areal yang cukup luas, banyaknya pepohonan tua, ini adalah surga kota, yang jika dilakukan penataan matang dan profesional, akan menjadi daya tarik wisata ekologis yang mumpuni.

Saya katakan potensial karena memang potensinya luar biasa, tetapi faktanya sekarang, TWA Punti Kayu terkesan dikelola setengah hati atau tidak menjadi prioritas pengembangan wisata.

Ada selorohan dari warga Palembang sendiri, bahwa masuk ke Punti Kayu bukanlah sebuah kebanggaan, bahkan ada yang menyebutkan bahwa yang datang ke kawasan ini hanyalah orang-orang dari "dusun".

Tak heran jika masuk Punti Kayu sering dijadikan bahan olok-olokan.

Kenapa hal ini terjadi? Tentu tak lepas dari soal branding dan pengelolaan yang profesional.

Menjadikan kawasan ini sebagai destinasi wisata yang memiliki brand tersendiri haruslah memenuhi standar kawasan wisata berkelas.

Suasana TWA Punti Kayu Palembang yang dipadati pengunjung di momen libur natal, Selasa (25/12/2018)
Suasana TWA Punti Kayu Palembang yang dipadati pengunjung di momen libur natal, Selasa (25/12/2018) (SRIPOKU.COM/RAHMALIYAH)

Pertama, kenyamanan. Dimanapun orang mendatangi tempat wisata pasti mengharapkan suasana yang
nyaman dan tentunya aman.

Nyaman ini terkait dengan tata letak dan pengaturan ruang-ruang didalamnya.

Halini belum maksimal tampak di Punti Kayu.

Memang sudah ditempatkan posisi-posisi khusus bagi berbagai objek didalamnya, tetapi warga yang masuk tidak bisa mendapatkan petunjuk yang tepat.

Banyak objek yang tidak berfungsi dengan baik, sekaligus juga banyak penataan pepohonan yang tidak rapi memberikan kesan kawasan ini sedikit semrawut.

Kedua, kebersihan. Lokasi wisata yang baik adalah yang menampilkan sisi kebersihan di semua sisi.

Ini harus diakui masih jadi persoalan.

Tumpukan sampah masih terlihat, rumput-rumput liar yang tidak terawat dengan rapi, serta potongan-potongan bekas pohon yang tidak tertata dengan baik.

Ini jelas mengganggu pemandangan yang bersih dan nyaman.

Ketiga, keindahan. Aspek keindahan terkait dengan sarana yang disediakan seharusnya bisa menimbulkan rasa kejutan tersendiri bagi pengunjung.

Sayangnya ini tidak ditemukan.

Sebagai contoh, kawasan yang didapuk sebagai pusat keajaiban dunia, isinya tak lebih dari miniatur-miniatur yang terkesan dibuat seadanya.

Tulisan Borobudur, diharapkan sebenarnya bisa menjawab kebutuhan pengunjung tentang apa dan bagaimana candi terbesar di Indonesia ini.

Faktanya, pengunjung hanya mendapatkan sebuah stupa kecil.

Bigbend yang sejatinya adalah sebuah jam besar, tampak hanya bagaikan bangunan seadanya yang tak memiliki daya tarik apa-apa, seperti bangunan mainan.

Begitu juga dengan komponen lain seperti menara Pisa, Eiffel, yang tak lebih bagaikan bangunan mainan.

Akan sangat bagus jika bangunan ini ditata dengan baik dan dilengkapi dengan kesempatan pengunjung untuk melihat dan mengetahui apa dan bagaimana bangunan tersebut.

Di tengah lokasi TWA Punti Kayu akan ditemukan adanya sarana bermain keluarga berupa kolam yang dilengkapi fasilitas bebek-bebekan untuk anak-anak.

Ekspektasi awal kita akan melihat dan merasakan bagaimana meriahnya dan asyiknya bermain di tengah kolam yang sejuk dan indah.

Sayangnya, kolam yang sejatinya adalah rawa-rawa, tak lebih dari kondisi rawa yang sebenarnya.

Rerumputan liar, tanah lumpur yang mengganggu pandangan, air yang keruh, ditambah fasilitas bermain
yang terkesan tak terawat, menjadi masalah.

Pengelola juga berusaha menaikkan isi dari TWA ini dengan menambah fasilitas kebun binatang mini dan rumah hobit.

Harapan pengunjung tentu saja akan melihat dan menemukan hewan-hewan tertentu yang ditunjang oleh fasilitas memadai.

Hewan-hewan memang ada, walau itu sebenarnya adalah hewan-hewan yang lazim ditemui di luar sana, beberapa memang ada yang cukup unik.

Tetapi masalahnya adalah pada penataan dan etalase dari masing-masing rumah hewan tersebut.

Kesannya adalah seperti tak tertata, bagaikan orang memelihara hewan dirumahnya sendiri.

Kandang hewan yang dibuat seadanya, jalan masuk yang kurang rapi, rerumputan yang tidak dipotong dan dipelihara dengan baik, menjadi masalah sendiri.

Apalagi jika dibahas tentang hak hidup bagi hewan-hewan tersebut, tentu sangat tidak layak.

Rumah hobitpun demikian.

Harapan pengunjung mungkin ingin melihat bagaimana sebenarnya makhluk hobit yang mungil itu berdiam dan juga apa sebenarnya hobit tersebut.

Sayangnya saat masuk ke lokasi ini, yang tampak adalah sebuah bangunan kecil yang dikatakan sebagai rumah makhluk kerdil, ditambah sebuah pagar dan satu buah bangku kecil didepannya.

Itu saja.

Saat hari libur, ada destinasi baru di kawasan ini yang ramai juga dikunjungi yaitu kolam renang dan waterboom bagi keluarga.

Kiranya, inilah satu-satunya yang masih menjadi daya tarik pengunjung masuk ke Punti Kayu.

Kolam ini sederhana sebenarnya, tetapi cukup representatif untuk hiburan keluarga dan sarana bermain anak.

Selebihnya banyak bangunan dan aset-aset lain yang nganggur dan terkesan terbengkalai.

Hal ini justru menjadi perusak pandangan mata.

Cukup banyak bangunan seperti ini di Punti Kayu, yang semestinya bisa dimaksimalkan jika memang dikelola dan diatur dengan baik.

Sekali lagi, Punti Kayu sebenarnya adalah aset yang sangat penting dan berharga.

Hutan ini punya dua fungsi dasar yaitu sebagai fungsi ekologis untuk paru-paru kota, yang tampak dari kerimbunan tanaman dan pohon yang ada.

Kedua adalah sebagai sarana wisata keluarga yang tentunya harus ramah lingkungan.

Menjadikannya sebagai kawasan konservasi dalam kota merupakan perpaduan antara aspek perlindungan alam dengan kenyamanan berwisata.

Oleh karena itu, hemat saya, TWA Punti Kayu perlu melakukan proses branding terhadap aset yang dimilikinya. Branding ini bisa dimulai dengan mengedepankan aspek andalan yang akan ditawarkan ke pengunjung.

Apa sebenarnya daya tarik utama ke Punti Kayu?

Ini belum terjawab, karena semua seolah asal ada saja.

Tidak ada satu icon yang ditawarkan. Icon yang ditawarkan ini sebaiknya adalah perpaduan antara konservasi dengan wisata alam.

Karena itu, adanya ruang khusus pesona keajaiban dunia, kiranya perlu dikaji ulang, apakah itu berkaitan dengan semangat konservasi?

Akan sangat baik jika yang ditawarkan adalah konsep museum alam Sumatera Selatan ataupun Museum Alam Sriwijaya.

Semangat pada nilai-nilai yang terkandung pada masa Sriwijaya, sebagaimana pernah dimuat dalam Prasasti Talang Tuwo, bisa dijadikan inspirasi.

Akan sangat menarik jika masuk ke Punti Kayu kita bisa saksikan kerimbunan pohon sagu lengkap dengan metode mengolah sagu, ditambah pula dengan tawaran jajanan khas berbahan baku sagu.

Begitu juga bisa ditambah dengan rerimbunan pohon bambu lengkap pula dengan berbagai asesoris bambu.

Semua itu bisa berkolaborasi dengan pinus dan ratusan monyet serta burung-burung yang bersarang disana.

Tentu saja banyak pengembangan lain bisa dilakukan, tergantung pada visi dan niat yang dikembangkan. Pemerintah kota Palembang punya tanggung jawab besar terhadap hal ini, sehingga aset lokal ini tidak tercecer ataupun terabaikan terus.

Ditengah isu lingkungan hidup, agaknya TWA Punti Kayu bisa menjawab kepedulian Palembang pada konservasi.

Semoga suatu saat nanti, Walikota Palembang akan masuk dan mencoba merasakan berwisata ke Punti Kayu sehingga segera paham tentang aset berharga yang dimiliki kotanya. Semoga.

===

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved