Meskipun Sepi Peminat, BBPJN Wilayah V Tetap Lanjutkan Program Penggunaan Aspal Karet di Jalan Ini
Kepala Balai Besar Pengelolaan Jalan Nasional (BBPJN) Wilayah V, Kiagus Syaiful Anwar mengungkapkan walau sepi peminat dirinya tetap memastikan
Penulis: Rahmaliyah | Editor: Siti Olisa
"KUD bisa ikut lelang untuk pengadaan browncrepe. Syaratnya sudah menjalin kerjasama dengan pabrik bagi KUD yang tidak bisa memproduksi browncrepe. Nantinya, KUD akan dibayar setelah browncrepe diterima. Dengan begitu, peserta lelang akan semakin banyak. Selain itu, skema kepesertaan KUD juga untuk memastikan asal karet dari petani di Sumsel," katanya
Sejauh ini kata Rudi, Bahan brown crepe hanya diproduksi 3 pabrik yang ada di Sumsel. Sementara, produksinya tidak sebanyak yang diperlukan Kementerian PUPR.
"Disamping itu, banyak pengusaha yang kurang berminat mengikuti lelang yang dilakukan pemerintah dan lebih memilih untuk bertransaksi bisnis secara langsung," katanya.
Saat ini pihaknya tengah mengusulkan ke Kementerian PUPR untuk mengubah kebutuhan bahan campur aspal karet dari browncrepe ke blanket. Kedua bahan campur tersebut merupakan jenis yang sama.
• Hadiri HUT OI, Wagub Sumsel Pamer Realisasi Program Pro Rakyat Selama 3 Bulan Menjabat
• Soal Tudingan Pengaturan Skor, Manajer Persebaya Segera Ambil Langkah Hukum
• Berbalas Pantun Soal Perintah Stop Sweeping Buku PKI
Hanya saja, untuk browncrepe lembaran karetnya hanya setebal 3 milimeter sehingga kadar karetnya lebih bersih. Sedangkan blanket memiliki ketebalan diatas tiga milimeter sehingga kandungan karetnya masih kotor.
Namun, blanket bisa diproduksi oleh 29 pabrik karet yang ada di Sumsel. Dari sisi harga, blanket lebih murah ketimbang browncrepe.
"Kami sudah berkonsultasi dengan Pusat Penelitian (Puslit) Karet Sumbawa. Blanket bisa menjadi bahan campur aspal karet. Artinya jika Kementerian PUPR menggunakan bahan campur blanket, tentunya peserta lelang akan lebih banyak," tutur Rudi.