31 Pekerja Dibunuh di Papua, Ryamizard Sebut Tak Ada Negosiasi: Mereka Bukan KKB Tapi Pemberontak
"Mereka itu bukan kelompok kriminal tapi pemberontak. Kenapa saya bilang pemberontak? Ya kan mau memisahkan diri, (memisahkan) Papua dari Indonesia.
Penulis: Candra Okta Della | Editor: Rizka Pratiwi Utami
Melansir dari Kompas.com (4/12/2018), diduga pelaku penyerangan ini juga merupakan anggota KKB.
Distrik Mbua terletak tak jauh dari Distrik Yigi, Nduga di mana sebelumnya 31 pekerja pembangunan jembatan dibantai oleh sekelompok bersenjata.
"Kelompok KKB saat melakukan penyerangan terhadap Pos TNI (yang berada di Distrik Mbua) dengan dukungan masyarakat kurang lebih sebanyak 250 orang," ujar Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol. Ahmad Mustofa Kamal melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com pada Selasa (4/12/2018) kemarin.
Hal ini diketahui setelah personel TNI POLRI sebanyak 153 orang dikerahkan ke Distrik Yigi dan Mbua.
Setibanya di sana, Pos TNI yang ada sudah hancur diserang.
Ada satu anggota TNI yang meninggal dari kejadian ini.
Di distrik Mbua pula, tim gabungan TNI/ Polri bertemu empat pekerja yang berjalan kaki dan berhasil melarikan diri.
• Mbah Mijan Ungkap Penyebab Perceraian Gading Marten & Gisella Anastasia. Begini Bantahan Roy Marten
• PAHAMI, HIV dan AIDS itu Tidaklah Sama, Berikut Perbedaannya
• Inilah Yang Akan Terjadi Jika Meletakkan Es Batu di Leher Pada Titik Ini, Silahkan Dicoba
Kabar terbaru menginformasikan bahwa kelompok tersebut dipimpin oleh Egianus Kogoya.
Diduga, 31 pekerja itu dibunuh karena mengambil foto pada saat perayaan HUT Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM).
Hanya satu pekerja yang mengambil foto, tetapi KKB murka dan mencari orang yang mengambil foto dan berimbas pada pekerja lain.
Kasus pembunuhan ini mendapat perhatian dari berbagai pihak, berikut adalah tanggapan berbagai pihak soal pembunuhan 31 pekerja di Papua yang Tribunnews rangkum dari berbagai sumber:
1. Presiden Jokowi
Mendengar adanya kasus ini, Jokowi perintahkan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk mengecek kebenaran kasus tersebut.
"Saya perintahkan tadi pagi ke Panglima dan Kapolri untuk dilihat dulu, karena ini masih simpang siur. Karena diduga itu. Karena sinyal di sana enggak ada. Apa betul kejadian seperti itu," kata Jokowi kepada wartawan di Gedung Bidakara, Jakarta, Selasa (4/12/2018) dikutip dari Kompas.com.
Jokowi mengatakan bahwa Kabupaten Nduga, lokasi kejadian tersebut termasuk dalam zona merah atau berbahaya.
