Pola Hidup Sederhana Menurut Islam
Pelemahan nilai rupiah yang terjadi akhir-akhir ini telah menimbulkan berbagai spekulasi di tengah-tengah masyarakat.
Kini mulai menyusut menjadi dua kali, dan akhirnya sekalisehari.
Selain itu, keragaman dagangan yang diedarkan itupun secara terpaksa harus "mengundurkan diri".
Pempek, tekwan, model, putu bambu, bakso lokal hingga ke bakso Arema, Hanya yang masih bertahan "Sari Roti" dan somay.
Meski bertahan, peminatnya juga jauh menurun.
Masyarakat mulai "berhemat." Lebih memprioritaskan kebutuhan dapur, ketimbang "jajan."
Meskipun analisis Nomura tersebut benar adanya. Namun bukan mustahil kondisi yang dinilai "positif" itu bakal berbalik arah.
Tergantung dari kondisi moneter global.
Sepanjang sejarah, dunia telah pernah mengalami krisis moneter yang terparah, yakni sekitar tahun 1930-an.
Krisis yang dikenal sebagai "resesi" ekonomi dunia yang demikian parah itu disebut "zaman malaise".
Demikian susahnya kehidupan masyarakat semasa itu, sempat dikisahkan sejumlah kasus yang "memilukan."
Peristiwa tersebut terpublikasikan secara terbuka oleh media tulis.
Kegoncangan ekonomi dunia sekitar tahun 1930-an itu turut memengaruhi kehidupan petani, yang semuanya tinggal di desa ( Onghokham, Prisme, 1979 ).
Selain itu kaum buruh yang hidup di kota-kota, tampaknya juga mengalami keadaan hidup yang tak jauh berbeda.
Pendapatan mereka merosot, sejak resesi ekonomi.
Jika tahun 1920-an, upah buruh perkebunan 50 sen sehari sudah dinilai sangat kecil dan tidak dapat menutupi kebutuhan hidup sehari-hari, maka upah buruh pabrik rokok lebih rendah lagi.