Esensi Manusia
Esensi Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial dan sebagai makhluk individu, ia memiliki karakter yang unik dan berbeda.
Esensi Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Oleh: Otoman, SS. MHum
Dosen Sejarah Peradaban Islam, UIN Raden Fatah Palembang
Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk individu, ia memiliki karakter yang unik --berbeda satu dengan yang lain, bahkan kalaupun merupakan hasil cloning, dengan pikiran dan kehendaknya yang bebas.
Dan sebagai makhluk sosial ia membutuhkan manusia lain, membutuhkan sebuah kelompok --dalam bentuknya yang minimal, yang mengakui keberadaannya, dan dalam bentuknya yang maksimal- kelompok di mana dia dapat bergantung kepadanya.
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan kebersamaan dalam kehidupannya.
Semua itu adalah dalam rangka saling memberi dan saling mengambil manfaat.
Orang kaya tidak dapat hidup tanpa orang miskin yang menjadi pembantunya, pegawainya, sopirnya, dan seterusnya.
Demikian pula orang miskin tidak dapat hidup tanpa orang kaya yang mempekerjakan dan mengupahnya.
Demikianlah seterusnya. Allah SWT berfirman yang artinya: "Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabbmu?Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Rabbmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan."(Az-Zukhruf: 32).
Aristoteles mengkatagorikan manusia ke dalam "Zoon Politicon" yang berarti manusia adalah makhluk yang ingin selalu bergaul dan berkumpul.
Jadi manusia adalah makhluk yang bermasyarakat. Oleh karena sifat suka bergaul dan bermasyarakat itulah manusia dikenal sebagai makhluk sosial.
Ia mengatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial bukan bermaksud untuk menegaskan ide tentang kewajiban manusia untuk bersosialisasi dengan sesamanya, melainkan ide tentang makhluk sosial terutama bermaksud menunjuk langsung pada kesempurnaan identitas dan jati diri manusia.
Menurut pandangan Islam, manusia secara etimologi disebut juga insan yang dalam bahasa Arabnya berasal dari akar kata nasiya yang berarti lupa.
Dan jika dilihat dari akar kata al-uns maka kata insan berarti jinak.