Profil Lengkap Imam Samudra Anak Cengeng Konseptor Teroris hingga Video Hoax Jenazahnya Masih Utuh
Jenazah Imam Samudra masih utuh, sempat menjadi kabar menghebohkan dua hari belakangan.
Penulis: Candra Okta Della | Editor: Candra Okta Della
Dia juga mengikuti pengajian dan selalu mencari informasi dari internet, terutama informasi soal jihad dan juga berita soal ketidakadilan.
Dia juga bertukar informasi dengan orang-orang melalui internet yang disebut sebagai pemimpinnya.
Dia ingin berjihad ke Indonesia dengan cara dia sendiri.
Dan itu dibuktikannya dengan kembali ke Indonesia tahun 2000, dan berniat meledakkan bom di Indonesia.
Baca: Terduga Teroris Sempat Curhat Mau Menikah. Warga Sekitar Terkejut ZU Ditangkap Densus 88
Untuk melaksanakan niatnya, di Indonesia dia melakukan pengamatan selama satu bulan.
Observasi dilakukan di Jakarta dan Batam.
Bahkan untuk lebih memuluskan aksinya, pada akhir tahun 2000 dia tinggal di Batam.
Memakai nama Imam Samudera
Pada malam Natal 2000 Aziz melakukan pengeboman gereja di Batam.
Nama Imam Samudera muncul pertama kali dari beberapa tersangka yang berhasil diciduk sejak peledakan bom di malam Natal tahun 2000 serta peledakan Plaza Atrium Senen Jakarta tahun 2001.
Kelak setelah berhasil ditangkap, dia juga mengaku bertanggung jawab atas pengeboman gereja Santa Anna dan HKBP di Jakarta.
Sedangkan pada gereja lainnya Aziz tidak mengakui, namun dia menyebutkan mungkin kelompok lainnya.
Setelah melakukan pengeboman tersebut, Samudera alias Abdul Aziz pergi ke Malaysia.
Menurut Embay, pada Lebaran 2000 Imam sempat kembali.
Baca: Jadwal Pertandingan dan Harga Tiket Lengkap Cabor Bola Tangan Asian Games 2018, Beli di Sini
Tapi setelah itu, dia menghilang bersama istri dan ketiga anaknya.
Pada tahun 2002 kembali lagi ke Indonesia. Kemudian terlibat dalam pengeboman Bali.
Dalam kasus peledakan bom Bali, Amrozi sang tersangka peledakan dan juga rekan satu tim Imam Samudera juga menyebut nama dia sebagai aktor intelektual.
Amrozi mengaku dirinya dipertemukan dengan Imam Samudera pada 6 Oktober 2001 di Bali.
Baik Amrozi, Umar Al Faruq maupun sejumlah tersangka lainnya dan saksi-saksi semua mengarah kepada Imam Samudera.
Nama Alias
Bukan hanya di Indonesia nama Abdul Aziz alias Imam Samudera dikenal sejak tahun 2000. Tapi juga di Malaysia.
Di negara jiran ini, dia dikenal sebagai salah satu pendiri Jamaah Islamiyah (JI) bersama dengan Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba'asyir seperti yang diungkap Menko Polkam (waktu itu) Susilo Bambang Yudhoyono.
Di berbagai media massa, Imam Samudera mempunyai banyak nama alias. Ada yang menyebut Imam Samudera dengan Kudama. Ada juga Qudamah, ada pula yang menulis Hudama.
Bahkan, dalam dokumen pengakuan Umar Al Faruq kepada aparat Polri, Imam Samudera disebut sebagai Abu Omar.
Kepolisian Diraja Malaysia pun menyebut Imam Samudera merupakan target operasi untuk segera ditangkap, karena berbagai aktivitas yang meresahkan.
Di Indonesia sendiri, Imam Samudera ditetapkan Polda Metro Jaya sebagai salah satu tokoh pelaku teror di Indonesia.
Nama Imam Samudera disandingkan dengan Hambali alias Encep Nurjaman, yang juga diburu dalam kasus peledakan bom selama ini, baik bom di malam Natal maupun bom lainnya.
Baca: Pimpinan JAD Aman Abdurrahman Dihukum Mati, Ngeri! Ini 4 Teroris yang Sudah Lebih Dulu Dieksekusi
Konseptor
Keterlibatan Imam Samudera juga diungkap Dani, pelaku peledakan bom di Plaza Atrium Senen.
Samudera disebut bertanggung jawab dan memimpin pengeboman yang dilakukan oleh Dani. Atas aksi ini, Dani diberi imbalan oleh Samudera sebesar RM 10.000.
Dani yang kini telah divonis penjara seumur hidup oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, menyebut Samudera sebagai konseptor, sekaligus pemasok bom dalam peledakan itu.
Di mata Abbas alias Edi Setiono, tersangka peledakan Atrium lainnya, Samudera dikenal sebagai seorang insinyur, lancar dalam bahasa Inggris dan Arab.
Sempat lama tinggal di Malaysia dan beristrikan orang Malaysia serta tinggal sekitar dua bulan di rumah kontrakan.
Dalam beberapa pemberitaan media asing, Imam Samudera disebut sebagai agen Al Qaeda di Asia Tenggara.
(Sripoku.com/Candra)