Aisyah Juara III Hafidzah Qur’an Bercita-Cita Guru Agama di Masjid Nabawi, Ini Respon Orangtuanya
Aisyah Juara III Hafidzah Qur’an Bercita-Cita Guru Agama di Masjid Nabawi, Ini Respon Orangtuanya
Penulis: Leni Juwita | Editor: Fadhila Rahma
SRIPOKU.COM, BATURAJA--- Aisyah Putri, juara III Hafidza Indonesia 2018 RCTI bercita-cita menjadi guru agama di Masjid Nabawi Madinah al Munawarah Arab Saudi.
Cita-cita yang sangat mulia anak berusia 8 tahun yang sudah hafal Al-Qur’an 17 juz ini sungguh luar biasa, semoga kelak namanya akan disandingkan dengan Suraiya Syafei Guman (ustadzah wanita Indonesia menjadi tenaga pengajar di Masjid Nabawi).
Mimpi besar dari puteri tunggal anak pasangan Antoni Saputra (ayah) dan Ummu Khonsa (ibu) semoga dimudahkan sehingga kedepan akan lebih banyak lagi ustadzah asal Indonesia yang mendunia (go Internasional) .
Aisyah bercita-cita bisa ceramah kepada para jamaah umroh atau jamaah haji yang berasal dari rumpun melayu asia tenggara antara lain Malaysia, Indonesia, Singapura, Thailand dan Brunei dengan bahasa melayu atau bahasa Indonesia tentang Islam, tentang tanah haram dan Masjid Nabawi dan masalah seputar umroh dan haji.
Calon Hafidzah cilik yang mendapat hadiah tiket umroh ini minta didioakan oleh seluruh ummat Islam khususnya di OKU agar suatu saat nanti impiannya terkabul.
Kedua orang tua Aisyah sangat mendukung puteri semata wayangnya mewujudkan mimpi menjadi tenaga pengajar di komplek Masjid Nabawa Madina al Munawarah Arab Saudi .
“Saya rela melepaskan status saya dari ASN demi mimpi besar puteri saya,” kata Ummu Khonsa seraya menambahkan harus ada salah satu yang mengalah.
Lulusan STAN ini lebih memilih mendorong puterinya menggapai impian untuk dunia dan akhirat.
Sedangkan ayah Aisyah kini dinas di KPKNL (Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Lelang) di Propinsi Jambi.
Kedua suami isteri ini sama-sama alumni STAN sang suami berasal dari Kecamatan Semdiangaji sedangkan isteri berasal dari Surabaya.
Karena tuntutan pekerjaan pasangan muda ini sering berpindah-pindah tempat tugas dari satu propinsi ke propinsi lainnya dan Aisyah juga turut serta.
Melihat minat dan kemampuan Aisyah terhadap ilmu Tahfidz Qur’an yang cukup tinggi akhirnya salah satu diantarnya orang tua Aisyah harus ada yang mengalah.
Ummu Khonsa yang ditemui dibeberapa kesempatan menuturkan, mereka akan berjuang sekuat tenaga demi impian puteri kecilnya yang bercita-cita menjadi tenaga pengajar di Masjid Nabawi.
Untuk menjadi ustadzah di tempat ini tentu saja salah satu syaratnya adalah mampu membaca al Qur’an dengan tajwid yang benar dan hafal di luar kepala seluruh isi al Qur’an 30 juz secara lengkap dan sudah mendapat sanad.
Sanad maksudnya cara membaca al Qur’ân sudah teruji persis sama / sesuai dengan gurunya turun temurun yang berurut ke atas hingga sampai kepada Rasulullah SAW. Semua hal itu akan dapat terpenuhi melalui gemblengan khusus dengan memberikan bekal sejak kecil di samping latar belakang pendidikan formalnya dan modal hafalan al Qur’annya yang kini sudah hapal 17 juz.
