kerhutla

Pencegahan dan Penanganan Dini Kunci Bebas Kabut Asap 2018

Agustus 2018 mendatang, tepatnya pada tanggal 18-08-18 perhelatan akbar akan dilangsungkan di bumi Wong Kito ini

Editor: Salman Rasyidin
Peta Penganan Karhutla di Sumsel 

Pencegahan dan Penanganan Dini Kunci Bebas Kabut Asap 2018
Oleh: Sarono

Fire Management Spesialist

Agustus 2018 mendatang, tepatnya pada tanggal 18-08-18 perhelatan akbar akan dilangsungkan di bumi Wong Kito ini "ASIAN GAMES KE-18 JAKARTA DAN PALEMBANG".

Even international ini merupakan sebuah kebanggaan bagi Wong Kito Palembang dan Bangsa Indonesia pada umumnya.

Untuk mendukung dan mensupport agar pesta olah raga tingkat Asia ini dapat berjalan dengan baik, tidak hanya persiapan infrastruktur maupun Even Organiser saja yang akan bekerja pada saat hari "H" --dipersiapkan secara optimal.

Akan tetapi, perlu diingat bahwa pada bulan Agustus di setiap tahunnya, merupakan awal puncak musim panas --sebagaimana kita ketahui, di bulan Juli, Agustus, September sampai Oktober merupakan masa yang rawan terjadinya kebakaran baik di Hutan maupun di Lahan.

Karhutla sangatlah berpengaruh terhadap kelancaran dan keberlangsungan dari even olah raga tingkat Asia, sebagai bagian dari warga negara Indonesia merupakan kewajiban bagi saya dan team untuk dapat melakukan sosialisai pencegahan terjadinya KARHUTLA (Kebakaran Hutan dan Lahan) baik tahun 2018 ini atau seterusnya.

Seperti diketahui bersama, kebakaran hutan dan lahan yang cukup hebat tahun 2015 masih menyisakan berbagai cerita pajang sekaligus sejarah kelam bagi kita semua.

Tentu tidak mudah untuk kita lupakan begitu saja, tidak hanya bagi masyarakat tapi juga bagi stakeholder yang lahannya juga ikut terbakar.

Dampak negatif yang ditimbulkan kebakaran hutan sangat besar, baik dari segi biofisik, sosial, ekonomi dan manusianya sendiri.

Didasari rasa tanggung jawab disertai keinginan yang kuat para pelaku usaha untuk mencegah dan mengendalikan terjadinya Karhutla, muncullah berbagai innovasi yang sengaja dikondisikan untuk memenuhi perundang-undangan yang berlaku disertai adanya kesungguhan niat para pelaku usaha dalam melindungi area tempat usaha mereka dari ancaman kebakaran.

hutan
hutan ()

Hal itu terlihat dari adanya perbaikan SOP, perbaikan kemampuan sumber daya manusianya, tidak terkecuali strategi-strategi yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

Meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya kebakaran hutan dan lahan berkaca dari kejadian hebat 2015 --menghanguskan lahan dan hutan.

Sebagai salah satu contoh terhadap upaya yang dilakukan salah satu unit usaha pengelolaan hutan adalah system Integrated Fire Management.

Sistem ini --dari amatan penulis dari berbagai perusahaan pengelolaan hutan, dicanangkan Management PT. Rimba Hutani Mas (RHM) ini merupakan salah satu patner dari Sinarmas Forestry dalam mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

Dalam melaksanakan manajemen masalah kebakaran hutan dan lahan ada empat strategi oleh Tim Fire Organization Management (FOM) meliputi :

1. Pencegahan terhadap bahaya api (Prevention),

2. Persiapan antisipasi bahaya api (Preperation)

3. Pendeteksian api sejak Dini (Early detection);

4. Respon cepat terhadap terjadinya kebakaran (Rapid Respon) FOM --merupakan unit kerja khusus yang dibentuk PT RHM untuk mempertahankan target ditahun 2018 yakni ZERO FIRE & ZERO HAZE.

Tahun 2018 sesuai ramalan BMKG terungkap bahwa musim panas akan lebih kering dibandingkan tahun 2017 --lebih utamanya pada tanggal 18-08-18 saat dilaksanakan perhelatan olah raga terbesar di Asia yaitu Asian Games ke-18 di Indonesia khususnya Jakarta-Palembang.

Dengan adanya perhelatan terbesar ini diharapkan dapat mengharumkan nama bangsa Indonesia dan memperkenalkan Palembang pada Dunia Internasional.

Sangat disayangkan jika saat itu muncul lagi asap yang bakal menodai kelancaran perhelatan tersebut.
Untuk mensupport target Zero Haze yang ditetapkan oleh Gubernur Sumatera Selatan maka FOM PT. RHM menerapkan empat strategy pencegahan kebakaran hutan dan lahan seperti yang telah disebutkan di bagian atas.

Untuk lebih spesifik dari ke empat strategy di bagian atas, akan dijabarkan ke dalam sub strategy dan kemudian diikuti dengan Aktivitas Program (Action Plan) di setiap strategy.

Pertama yang akan diulas adalah strategy pencegahan (Prevention) ada tiga langkah utama dilakukan FOM untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

Pertama, penyadartahuan masyarakat terhadap bahaya kebakaran hutan dan lahan dengan bekerjasama dengan masyarakat KMPA (Kelompok Masyarakat Peduli Api) merupakan binaan perusahaan.

Penyadartahuan ini dilakukan secara langsung melalui tatap muka dengan kelompok masyarakat tertentu dan secara tidak langsung dilakukan dengan memasang banner, papan informasi, leaflet, stiker dll.

Kedua, untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap hasil hutan --aktivitasnya kadang-kadang secara tidak langsung, dapat menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan sehingga pihak perusahaan melakukan inisiasi peningkatan ekonomi produktif melalui program DMPA (Desa Makmur Peduli Api).

Dengan demikian diharapkan dapat mengurangi terjadinya Karhutla.

Ketiga, untuk masyarakat yang berdomisili di daerah yang berbatasan langsung dengan konsesi yang dalam kesehariannya mereka membuka lahan pertanian dengan cara membakar, maka manajemen memberikan program SIGAKAR (Aksi Pencegahan Kebakaran) dengan menyumbang Handtractor, Mesin Potong Rumput dan herbisida.

Dengan bantuan tersebut diharapkan proses pembukaan lahannya dapat dilakukan secara mekanik ataupun dengan penggunaan bahan kimia.

Melaksanakan Strategy Persiapan Jika terjadi Bahaya Api (Preperation) merupakan langkah yang menekankan pada proses antisipasi kebakaran hutan dan lahan dengan menitikberatkan pada kesiapan internal perusahaan khususnya pada kesiapan regu.

Regu dimaksud meliputi sumber daya manusia dan peralatan pemadam kebakaran serta Standar Operating Procedur --SOP).

Startegy ini lebih berfokus pada bagaimana meningkatkan pengetahuan SDM-nya.

Langkah meningkatkan SDM dilakukan dengan pelatihan-pelatihan spesifik untuk penanggulangan bahaya kebakaran hutan dan lahan.

Dalam pelaksanaannya, pelatihan dibagi menjadi dua tahapan yaitu pelatihan dasar dan lanjutan dan saat mengikuti pelatihan dasar diberikan ilmu tentang proses terjadinya kebakaran, teori tentang segitiga api, segitiga prilaku api, teknik dasar pemadaman kebakaran, penggunaan peralatan manual, penggunaan peralatan mekanis, GPS, Kompas, Sistem komando, Jalur Komunikasi dll.

Untuk lanjutannya mereka diberikan pengetahuan tentang praktek teknik penggunaan peralatan, teknik size, safety, membangun rantai komando dan kerjasama tim, bekerjasama dengan tim water boombing helicopter dll.

Bahkan pada pelatihan ini, peserta telah diperkenalkan dengan Incident Command System dasar (ICS/100-200).

Diakhir kegiatan, peserta dilakukan "Pack Test", yaitu tes fisik untuk seorang fire fighter international standard yaitu berjalan cepat sejauh 4,8 km dengan membawa beban di punggung seberat 20 Kg dengan waktu tak lebih dari 45 Menit.

Untuk kesiapan peralatan pemadam kebakaran, manajemen melengkapi dengan berbagai alat sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku ditambah lagi juga telah disiapkan helicopter bell
412 dengan kapsistas 12 orang termasuk pilot dan co pilot.

Sedangkan peralatan lain yang dipersiapkan seperti Drone, CCTV teropong binokuler, mobil patroli, pompa bazooka dalam kapasitas besar serta Radio HandyTalky (HT) untuk semua karyawan yang bertugas sebagai pengawas, baik pengawas tanam, panen, water management maupun pengawas pembangunan infrastruktur. Semua alat ini dipastikan dalam keadaan siap dioperasikan sewaktu waktu.

Di samping itu juga manajemen menyiapkan satu ruangan khusus yang disebut ruang Pusat Komando (PUSKODAL) --di ruangan tersebut merupakan pusat data dan informasi mengenai kondisi areal yang realtime.

Strategi pendeteksian api sejak dini (Early detection) adalah aksi yang dilakukan untuk memantau/monitoring Hotspot maupun Firespot.

Khusus tahun 2018 ini target early detection adalah proses keakurasian data early detection realtime sebesar 0,1 Ha apabila terjadi kebakaran.

Hal yang dilakukan pada tahapan early detection adalah; pertama pemantauan hotspot dan firespot melalui WEB, Fire Reporting on Line system (FROS), LAPAN, SIPONGI dan BMKG.

Kedua, pemantauan hotspot dan firespot secara langsung dengan menggunakan CCTV, teropong binokuler dan menara api, menara pantau dan patroli udara dan.

Sementara tahapan ketiga adalah patroli mobile yang diintegrasikan langsung dengan pengawas operation perusahaan (Baik Pengawas penanaman, panen, water management maupun pengawas infrastruktur) --bertanggung jawab terhadap areal tertentu dengan luasan tertentu.

Setiap pengawas diberikan Radio komunikasi mobile berupa handy talky yang terhubung langsung dengan radio receiver di ruangan puskodal.

Sehingga, sewaktu waktu mereka dapat melaporkan jika terjadi bahaya kebakaran.

Strategi respon cepat terhadap terjadinya Kebakaran (Rapid Respon) merupakan sebuah reaksi cepat yang bertujuan untuk memadamkan api apabila ditemukan firespot.

Di tahun 2018 ini target yang telah ditetapkan adalah dalam 1 jam petugas pemadam sudah harus dapat sampai ke lokasi api dan sebelum 4 jam api harus sudah dapat diblokir/dipadamkan.

Untuk mencapai target demikian telah ditetapkan, pertama, mengkonsentrasikan pasukan pemadam kebakaran lewngkap dengan peralatan.

Untuk areal tertentu yang sulit dijangkau menggunakan jalan darat telah disiapkan Helikopter waterbombing yang juga dilengkapi team reaksi gerak cepat helitack yang sewaktu-waktu siap diturunkan pada lokasi yang sulit dijangkau dengan jalan darat.

Kedua embung air dan system sekat kanal serta waterinjection juga sudah disiapkan untuk antisipasi terjadinya firespot.

Tim water management telah menyiapkan strategi pembasahan untuk meningkatkan kelembaban tanah, khususnya tanah gambut dengan menggunakan sistem "WATER BALANCE".

Manajemen juga mempersiapkan embung embung air, sekat kanal dan pompa dengan kapasitas besar untuk melakukan waterinjection dari sungai atau sumber air lain yang memungkinkan jika nantinya terjadi penurunan kelembaban Tanah.

Tim Water management perusahaan juga melakukan pengukuran tinggi muka air tanah, baik secara manual maupun automatis (Data Logger).

Dan datanya juga dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan data warning system di dalam peta early detection.

Satgas Gabungan berjibaku memadamkan api yang membakar lahan gambut di kawasan Pemulutan Barat Kabupaten Ogan Ilir.
Satgas Gabungan berjibaku memadamkan api yang membakar lahan gambut di kawasan Pemulutan Barat Kabupaten Ogan Ilir. (SRIPOKU.COM/BERI SUPRIYADI)

Pada dasarnya, secara garis besar strategi pencegahan kebakaran hutan tidak jauh berbeda dengan yang telah dicanangkan sebelum tahun 2018 akan tetapi pada tahun 2018 ini ada peningkatan dan perbaikan pada beberapa bagian demi untuk mencapai 'ZERO FIRE & HAZE FREE?.

Ditahun 2018 ini FOM PT. RHM membuat target pendeteksian untuk hotspot dan fire spot sampai pada luasan 0,1 ha yang artinya setiap 100 meterpersegi di areal konsesi, harus dapat dipantau tim regu pemadam kebakaran, dan jika terjadi firespot di lokasi areal IUPHHK.

Maka, pasukan harus dapat mencapai lokasi dalam kurun waktu selambat lambatnya 1 jam setelah terdeteksi dan untuk pemadaman api harus dapat dikontrol atau dipadamkan selambat lambatnya selambatnya dalam kurun waktu 4 jam.

Usaha untuk mencegah terjadinya bahaya kebakaran hutan dan lahan telah dilakukan seoptimal mungkin dengan melakukan inovasi perbaikan yang bertujuan meningkatkan kewaspadaan dan pengendalian jika terjadi kebakaran hutan dan lahan.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved