Pentingnya Pendidikan Berkarakter Dalam Membentuk Sosok Kartini
Di setiap peringatan hari Kartini, tradisi mengenakan kebaya atau pakaian adat dari berbagai daerah Indonesia menjadi suatu kewajiban
Selain itu sudah mengarah pada penyalahgunaan narkotika, obat-obatan terlarang, pornografi dan porno-
aksi, serta perusakan barang milik orang lain sehingga sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas.
Oleh karena itu betapa pentingnya pendidikan karakter bagi peserta didik dan masyarakat pada umumnya.
Pada acara seminar peringatan hari Kartini yang diadakan oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Palembang, Selasa, 17 April 2018 lalu yang mengangkat sub tema "Pendidikan Karakter yang memiliki quality education penulis mengambil inti sari dari kendala yang dihadapi diatas, meliputi ;
1. Pada kemajuan teknologi era digital sekarang ini tidak bisa dielakan dan tidak terbantahkan yang diperkuat dengan teori Cherry (1957) bahwa era digital tidak bisa kita hindari karena di satu sisi bermanfaat bagi kemajuan dan di sisi lain sebaliknya.
Bertitik tolak dari teori itu, tinggal lagi bagaimana peran pendidik di sekolah ata di lembaga-lembaga pendidikan dan peran orangtua di rumah dengan memberikan pemahaman, pengarahan dan bimbingan atau dengan membuat kesepakatan antara anak dan orangtua.
2. Untuk mewujudkan kualitas keimanan tidak terlepas dari nilai agama karena kadar keimanan dan ketakwaan diukur dari: secara tulus dia patuh pada Sang Khalik sehingga bisa tertib dan disiplin dalam melaksankan perintah dan menjauhi laranganNya.
Kesimpulan dari seminar Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat Kota (DPPPMK), diharapkan pandai membagi waktu untuk anak-anak, mengusahakan waktu Maghrib berada di rumah bersama akak dengan memberikan pengarahan, pemahaman, kepercayaan pada anak sehingga anak dapat mendesain sedemikian rupa sehingga memungkinkan terjadinya pembentukan karakter melalui beragam aktivitas dan metode penyampaian.
3. Pengaruh lingkungan yang positif tidak kalah pentingnya untuk menunjang penerapan pendidikan karakter.
Di Negara-negara berkembang antara keseimbangan hard skill dan soft skill sudah dirasakan dampaknya.
Namun di Indonesia baru sebagian lembaga pendidikan menerapkan itu dan ke depan diharapkan sangat diharapkan terlaksana.
Keseimbangan antara hard skill dan soft skill sangat diperlukan agar di kalangan pendidikan tidak hanya menitik-beratkan kiprah di bidang pengajaran saja (hard skill) tapi harus dapat mengembangkan aspek soft skill bagi siswa terdidik meliputi; melakukan pendekatan dengan komunitas sekolah/lembaga, mewujudkan situasi yang ramah bagi siswa, mengedepankan aspek yang terkait kedewasaan emosional dan prilaku secara umum.
Sehingga ke depan siswa tidak hanya mengejar target "satu tambah satu" tidak adanya lingkungan harmonis dengan manusia lain dan kemapuan bahagia saat membahagiakan orang lain.
Memiliki sosok Kartini masa lalu, tentu sangat bisa disejajarkan dengan ibu dalam keluarga. Terutama dalam pembentukan karakter.

Raden Ajeng Kartini menjadi simbol perjuangan seorang ibu dalam membentuk karakter anak dalam keluarga.
Adapun partisipasi yang dapat kita lakukan untuk menyiapkan generasi yang berkarakter, yaitu dengan cara:
1. Orangtua dan keluarga hendaknya memiliki perhatian yang besar terhadap perkembangan digitalisasi/teknologi informasi yang sering diistilahkan gaptek.
Sehingga, mereka mampu memiliki pengetahuan serta memberikan pemahaman yang baik terhadap informasi-informasi yang berkembang dan dapat berpengaruh terhadap perkembangan anak.