Kadar Asam Sungai Musi Masih Normal, Pemkot Palembang Rutin Cek Air Baku 4 Bulan Sekali

-- Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palembang melakukan pengujian air baku Sungai Musi setiap empat bul

Penulis: Siti Olisa | Editor: Odi Aria Saputra
SRIPOKU.COM/SITI OLISA
Kegiatan gotong royong yang dilakukan Pemerintah Kota Palembang sebagai upaya mempertahankan air baku Sungai Musi. 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palembang melakukan pengujian air baku Sungai Musi setiap empat bulan sekali.

Hal ini dilakukan agar air baku Sungai Musi tetap terkontrol sehingga air SungaI Musi tetap bisa dijadikan sebagai air baku pada tahun-tahun berikutnya.

Kepala DLHK Kota Palembang Faizal A R, melalui Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan DLHK Kota Palembang Heni mengatakan, pihaknya mengambil sample air Sungai Musi untuk mengecek baku mutu air setiap empat bulan sekali.

Pada pemeriksaan terakhir di lapangan, kadar asam atau PH air Sungai Musi terbilang normal yakni PH-nya 6,9.

"Perlu diketahui rentang nilai kandungan atau PH yang tergolong normal ini berada di kisaram 6-9.

Tingkat keasaman Sungai Musi diangka 6,9, artinya masih terbilang normal," ujarnya.

Sedangkan untuk mengukur parameter lainnya harus dilakukan uji laboratorium.

Ada sekitar 20 parameter kandungan air yang harus dicek melalui laboratorium.

"Adapun yang harus diantaranya adalah kandungan amoniak, kadar besi dan kandungan lainnya," ujarnya.

Heni menambahkan jika kandungan PH dibawah normal akan menimbul berbagai penyakit jika dikonsumsi. "

Jika PH nya dibawah normal artinya tingkat keasamannya tinggi, sehingga jika dikonsumsi akan menimbulkan berbagai penyakit, seperti penyakit kulit," ujarnya.

Sementara itu, Pjs Walikota Palembang, Akhmad Najib Pemerintah Kota Palembang, mengatakan terus berupaya meningkatkan kualitas air baku dari Sungai Musi, termasuk melakukan gotong royong membersihkan sungai. Cara lain yang dilakukan adalah dengan menggandeng komunitas peduli sungai dan komunitas peduli banjir untuk mengedukasi masyarakat agar menjaga kualitas air mulai dari lingkungan rumah.

"Untuk mempertahankan agar Sungai Musi tetap aman sebagai air baku, kami dari Pemkot Palembang memulai dari lingkungan terkecil.

Oleh karena itu kami menggandeng komunitas-komunitas ini sebagai perpanjangan tangan pemerintah ke masyarakat untuk menjaga lingkungan agar kualitas air tetap terjaga," ujarnya.

Ia mengatakan, dari lingkunganlah yang harus dijaga, mulai dari saluran di sekitar rumah, karena muarannya akan sampai ke Sungai Musi.

"Kami harapakan komunitas ini bisa menyampaikan kepada masyarakat untuk menjaga lingkungan," ujarnya.

Sebelumnya, calon walikota Palembang Harnojoyo mengatakan, untuk mengatasi kekurangan air bersih di Kota Palembang, Pemerintah Kota Palembang menyiapkan beberapa alternatif, mulai dari membangun intake dan IPA baru hingga membangun waduk baru.

"Kita tidak bisa lagi terus menerus mengandalkan Sungai Musi sebagai air baku untuk PDAM. Untuk itu kami mempersiapkan waduk di kawasan Tanjung Barangan dengan luas 1000 hektare," ujarnya.

Harnojoyo mengatakan, rencana pembangunan ini sudah dibicarakan bersama Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) VIII dan saat ini sedang dibuat Detail Engineering Design (DED).

"Waduk ini adalah tempat penampungan air berskala besar, sebagai alternatif dikala Sungai Musi tidak bisa dimanfaatkan lagi," ujarnya.

Harnojoyo mengatakan, air baku Sungai Musi ini tidak bisa dijadikan sumber utama, karena posisi Sungai Musi berada di hilir dan berdekatan dengan laut, sehingga saat kemarau dimungkinkan air laut bisa masuk.

Masuknya air laut ini menyebabkan sulitnya melakukan pengolahan air bersih.

"Melihat kondisi sungai saat ini memang masih bisa dimanfaatkan. Kita tidak bisa mencegah pencemaran ke Sungai Musi.

Namun, harus ada jaminan bahwa masyarakat tetap menjaga kebersihan sungai, agar tidak ada pencemaran lingkungan," ujarnya.

Dikatakannya, jika Sungai Musi tidak bisa lagi jadi air baku, maka untuk memenuhi kebutuhan air sekitar 276 ribu pelanggan PDAM dibutuh sekitar 85.000 tangki air perhari.

Sementara, kedepan jika pelanggan bertambah kembali, maka dipastikan kebutuhan air lebih banyak lagi.

"Kita butuh lahan waduk 100 hektar, saat ini sudah ada di Tanjung Barangan, wilayahnya lebih tinggi.

Waduk ini estimasinya bisa memberikan cadangan air pada musim kemarau selama 6 bulan," ujarnya.

Sumber:
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved