Curhat Bagaimana Wanita Penghafal Qur'an ini Diculik, Sang Penculik Sampai Lakukan Ini Selama 3 Hari

Sebuah kejadian yang membuat dirinya menyesal seumur hidup dan menjadikannya sebagai sebuah pengalaman yang begitu pahit dalam hidupnya

Penulis: ewis herwis | Editor: ewis herwis

Setelah itu semua aku lakukan, aku pun menggendong bayiku, kemudian pergi dengan menanggalkan semua rasa takutku.

Aku pergi lewat jalan yang tidak biasa kulewati.

Setelah sampai di pinggir jalan raya, tanpa menunggu, ternyata bis itu sudah tepat di depanku dan langsung berhenti.

Ilustrasi
Ilustrasi ()

Sekali lagi, aku melakukan hal yang seumur hidupku tidak pernah kulakukan.

Aku yang biasanya takut dan tidak bisa menyeberang jalan raya, namun tiba-tiba tanpa rasa takut sedikit pun, bahkan aku tidak menoleh ke kanan atau kiri, langsung saja berjalan menuju bis itu.

Setelah aku naik bis, karena aku tidak tahu orang yang akan kutemui ini berwajah seperti apa, aku pun agak bingung.

Tapi karena bis sudah berjalan, maka aku langsung saja duduk di kursi yang kosong.

Setelah duduk, aku menoleh ke belakang.

Ternyata ada seorang lelaki paruh baya berjenggot dan berhidung mancung seperti keturunan arab yang melambaikan tangannya kepadaku. Aku langsung saja menuju kepadanya dan duduk di sampingnya.

Selama perjalanan yang aku tidak tahu tujuannya ke mana, kami saling berdiam diri dan ketika bis berhenti untuk istirahat kami pun tidak turun.

Dia hanya memberiku sebotol air yang membuatku merasa semakin “tenang” bersamanya.

Selama di perjalanan bukan aku dan dia saja yang membisu, tapi anakku pun ikut senyap.

Kemudian lelaki itu menyetop bis yang kami tumpangi di depan jalan tol Cileunyi.

Dia turun dengan sangat tergesa-gesa sampai aku masih tertinggal di bis itu.

Setelah aku turun dia berjalan sangat cepat sehingga aku tertinggal jauh darinya.

Dia pun akhirnya membawa tasku dan berhenti di pinggir jalan untuk menunggu taksi.

Tapi karena taksi tak ada, maka dia pun kembali mengajakku ke depan jalan tol lagi.

Di situ kami pun langsung mendapat taksi dan dengan sangat tergesa-gesa kami naik.

Di dalam taksi kami masih membisu.

Ilustrasi
Ilustrasi ()

Aku tidak tahu ke mana aku di bawa pergi, hingga kami sampai di sebuah rumah yang menurutku adalah rumahnya.

Dia membuka gerbang kemudian menyuruhku masuk.

Di dalamnya terdapat dua buah mobil, perabotnya pun lengkap tapi sangat terlihat di sana bahwa rumah itu seperti jarang dihuni.

Aku pun masuk.

Dia menempatkanku di salah satu kamarnya, lalu menyuruhku shalat zuhur dan ashar, dan kemudian ia keluar dari kamar.

Dia membiarkanku di kamar itu dan baru menemuiku ketika ia memberiku makan malam serta menyuruhku supaya shalat.

Ilustrasi
Ilustrasi ()

Aku pun hanya menurut saja pada apa yang dia perintahkan padaku.

Setelah itu dia duduk di sebelahku dan menyuruhku tidur.

Aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi padaku setelah itu, dan begitulah aku selama tiga hari bersamanya.

Aku lupa dengan suamiku dan aku tidak melakukan sesuatu pun kecuali apa yang dia perintahkan padaku.

Aku tidak dapat membayangkan seandainya Allah mematikanku saat itu, ketika aku sedang lalai dari-Nya, di kala aku jauh dan berbuat maksiat kepada-Nya.

Namun pada hari ketiga, tepatnya Rabu (13/2/2013) pagi, aku merasa kalau aku mulai sadar.

Aku sangat takut, aku tidak tahu di mana aku berada dan aku pun mulai menangis.

Ilustrasi
Ilustrasi ()

Lambat laun volume tangisanku pun semakin bertambah keras hingga dia pun mulai panik.

Badanku sangat lemas.

Dia memberiku makan tapi aku menolaknya.

Aku hanya ingin segera pulang dan bertemu suamiku sambil terus menangis.

Sekitar pukul sebelas dan tangisku mulai reda, kemudian dia mengajakku naik mobilnya, pergi ke tempat yang aku tidak tahu ke mana tujuannya.

Setelah perjalanan agak lama dia menghentikan mobilnya, kemudian turun dan kembali lagi sambil menyuruhku keluar mobil. Aku menurut.

Dia membawaku ke sebuah bis yang aku tidak tahu mau dibawa ke mana aku oleh bis itu.

Dia menyuruhku masuk bis itu.

Aku takut, namun aku tak kuasa menolaknya.

“Gak usah takut, aku ada di dekat-dekat situ kok,” katanya sambil menyodorkan roti dan sebotol minuman padaku.

Setelah itu, dia melakukan sesuatu yang membuat hatiku hancur berantakan!

Dengan tanpa rasa malu dia mengecup keningku dan mengelus kepalaku.

Dia menatapku, aku hanya meliriknya sesaat.

Dia juga menaruh hp di saku bajuku yang dengan hp itu aku bisa berhubungan kembali dengan suamiku.

Barulah setelah itu dia turun dari bis dan menaiki mobilnya kembali.

Sepanjang perjalanan aku bingung kenapa aku dinaikkan ke bis yang menuju Bandara (Soekarno-Hatta, red).

bis1
Ilustrasi

Tapi setelah itu aku tahu kalau suamiku akan menuju bandara dan di sana juga sudah ada beberapa temannya.

(Sebelumnya sang penculik melakukan komunikasi via SMS dengan suami Umi, dimana intinya sang penculik ingin mengembalikan Umi dengan catatan suami Umi tidak menggembar-gemborkan penculikan istrinya, dan disepakatilah Umi dan putrinya diarahkan ke bandara Soekarno-Hatta. Untuk memudahkan, Umi dilengkapi dengan ponsel, red).

Aku pun mulai tenang dan terus berdzikir, berdoa serta bertaubat, jangan sampai aku mati di tengah perjalanan.

Setelah sampai di bandara aku menuju mushalla dan bertemu dengan seorang teman suamiku.

Aku terus menunggu suamiku, sampai akhirnya Allah mempertemukanku dengan suamiku lagi.

Alhamdulillah.

Dan, meskipun aku sudah bersama suamiku, ternyata si laki-laki itu masih saja menggangguku.

Aku beberapa kali masih merasakan pusing seperti yang kurasakan hari Ahad pagi saat aku hendak pergi bersamanya.

Juga, aku merasa sangat benci kepada suamiku tanpa sebab.

Tapi ternyata tipu daya syaitan sangat lemah, karena, alhamdulillah, setelah suamiku meruqyah-ku, semua gangguan itu hilang.

Ya, asalkan kita selalu berdzikir mendekatkan diri pada Allah pasti kita akan terlindungi.

Itulah kisahku. Aku menulisnya dengan segala keterbatasanku bagaimana aku terjebak dalam perangkap syaitan.

Saudaraku, semoga kisahku ini bisa menjadi ibroh atas kalian semua, bahwa itu semua terjadi atas kelalaian dan ketidaktaatanku pada suamiku, walaupun aku penghafal Qur’an dan selalu berdiam diri di rumah.

Namun ingatlah bahwa syaitan tidak akan pernah berhenti mangajak kita berbuat maksiat tanpa memandang statusnya.

Aku sangat menyesal, tapi apalah arti penyesalan jika tidak diiringi dengat pertaubatan.

Semoga Allah menerima taubatku.

Dan ini semua bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Aamiin.

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved