Melestarikan Haji Mabrur

Upaya Melestarikan Haji Mabrur dalam Kehidupan, Ini Kiatnya ??

Haji mabrur menurut pengertian bahasa berasal dari bahasa Arab hajjun mabrur yang populer diucapkan dalam bahasa Indonesia Haji Mabrur.

Editor: Salman Rasyidin
Istimewa
Drs. H. Syarifuddin Ya'cub MHI 

Upaya Melestarikan Haji Mabrur dalam Kehidupan, Kiatnya ??

Drs. H. Syarifuddin Ya'cub MHI

Dosen Universitas Isla, Negeri Raden Fatah Palembang

Haji mabrur menurut pengertian bahasa berasal dari bahasa Arab hajjun mabrur yang populer diucapkan dalam bahasa Indonesia Haji Mabrur.

Hajjun Mabrur terdiri dari kata Hajju dan Mabrur.

Hajju berasal dari akar kata Hajjan Yahujjan Hajjan, yakni Qoshoda yang berarti menyengaja atau bermaksud.

Dalam arti syara' (agama) adalah mengengaja mengunjungi Baitullah (Ka'bah) untuk berhaji atau Umroh.

Mabrur berarti maqbul (diterima.

Dari ungkapan dua suku kata haji mabrur atau Alhajjul Mabrur secara bebas dapat diartikan sebagai ibadah haji yang diterima Allah SWT.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas, ibadah haji dapat dikatakan hanya ada dua macam yaitu haji makbul (haji yang diterima) dan haji mardud (haji yang ditolak).

Haji yang diterima ini diberi batasan sebagai ibadah haji yang tidak dicampuri dengan dosa, sunyi dari riya dan tidak dinodai dengan rofas, fusuq dan jidal.

Sedangkan haji mardud dibatasi oleh ciri-ciri bercampurnya dosa dan keharaman sebagaimana Rasulullah menjelaskan penolakan Allah kepada orang-orang yang datang dengan bekal yang haram; Laa Labbaika Walaa Syarika 'Alaika Wa Tho'aamuka Haroomun Wa Libaasuka Haroomun Wa Hajjuka Marduudun (HR.Bukhari wa Muslim 'an Jabir)

Artinya: "Tidak ada Talbiyah bagimu dan tidak ada pula keberuntungan atasmu karena makanmu haram, pakaianmu haram dan hajimu ditolak." (HR.Bukhari dan Muslim, dari Jabir) Ketika Rasulullh SAW menjawab pertanyaan ibunda Siti Aisyah Ra. tentang amal yang afdhal, Rasulullah SAW menjawab: "'Afdhalul Jihaadi Hajjummabrur.' Artinya Jihad yang paling afdhal (utama) adalah Haji Mabrur." (HR.Al-Bukhari)
Alhajjul Mabrur laisa lahu jazaaun illal jannah. Haji mabrur itu tidak ada ganjaran selain dari Surga. Shahabat bertanya: wamaa birruhu yaa Rasulallah? Apa tanda Mabrurnya Yaa Rasul? Rasulullah SAW Menjawab:"Ith'aamuth tho'aam wa liinul kalaam" Suka memberi orang makan dan bicaranya lemah lembut".

Ilustrasi
Ilustrasi (ISTIMEWA)

Untuk memperoleh Haji Mabrur ;
A. Sebelum berangkat menunaikan Ibadah Haji, maka yang perlu dipersiapkan adalah;

1. Bersih diri terhadap Allah SWT dengan memperbanyak shalat sunnat Taubat, shalat sunnat Tasybih, sunnat rawatib (qobliyah dan ba'diah) Tahjjud dan mengqodho shalat-shalat yang tertinggal.

2.Menyambung silaturahim dengan keluarga, tetangga, sahabat dan rekan sekerja.

3.Melunasi hutang.

4.Berbekal harta yang halal.

5.Mempelajari ilmu agama (manasik Haji).

6.Berwasiat untuk keluarga yang ditinggalkan.

7.Memantapkan niat.

*Bertaubat dari kesalahan dan kekeliruan diperlukan supaya bersih, karena menurut Rasulullah SAW orang yang bertaubat dari dosanya kepada Allah SWT, seperti orang tidak berdosa.

*Menyambung silaturrahim diperlukan supaya dengan doa baik dari keluarga, tetangga dan sahabat, akan mempermudah dalam melaksanakan ibadah serta Insya Allah dianugerahi kesehatan yang prima dari Allah SWT.

* Bebas dari hutang apabila meninggal di dalam menunaikan ibadah haji, maka tidak ada yang menghalangi untuk masuk Surga. Karena Rasulullah SAW menyatakan: "Apabila ketika ruhmu meninggalkan jasadmu, engkau bebas dari tiga perkara, masuk surgalah engkau. Tiga perkara itu adalah; Takabbur (sombong), Khianat dan hutang".

*Berbekal harta atau biaya yang halal supaya Ibadah haji diterima Allah SWT.

*Berwasiat untuk keluarga yang ditinggalkan seperti menitipkan anak-anak dan rumah untuk dibantu menjaganya, serta kepada ahli waris seandainaya meninggal di dalam perjalanan haji, mereka sudah mengetahui daftar harta kekayaan serta hutang piutang dll.

*Memantapkan niat maksudnya dalam melaksanakan Ibadah haji semata-mata ikhlas karena Allah SWT tidak boleh ada unsur rianya karena akan sia-sia ibadah yang disertai dengan ria atau berbangga-banga.

B. Ketika berangkat menunaikan Ibadah haji; Allah SWT menyatakan dalam surah Al-Baqarah : 197 "Barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rofats (berkata-berbuat yang tidak sopan yang mengarah kepada seksual), berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji."

Rasulullah menegaskan dalam sabda beliau yang artinya: "Siapa yang menunaikan Ibadah haji ikhlas karena Allah SWT tidak berbuat yang tidak sopan (rofats) dan tidak berbuat fasiq, maka dia bersih dari dosanya sebagaimana baru dilahirkan dari perut ibunya." (HR.Bukhari Muslim).

Kemudian setelah selesai melaksanakan Ibadah haji di Mekkah, meneruskan perjalanan ibadahnya di Madinah, Ziarah kepada Rasulullah SAW dan melaksanakan Arba'iin yaitu shalat berjama'ah di Masjid Nabawi selama delapan hari (40 shalat fardhu), maka mereka bebas dari api neraka, bebas dari azab dan bebas dari munafiq, sebagaimana sabda Rasulullah SAW "Siapa yang shalat di Masjidku ini, empat puluh shalat tidak terputus shalatnya, maka baginya memperoleh; bebas dari api neraka, bebas dari azab dan bebas dari munafiq." (HR. Ahmad, Thabrani dari Anas bin Malik sanadnya Shohih).

Dengan melaksanakan ibadah haji secara sempurna rukun dan wajib haji serta sunnah-sunnahnya, maka insya Allah memperoleh Haji yang mabrur. Haji Mabrur ganjarannya Surga. Tanda-tanda Mabrurnya adalah: Ith'aamuththo'am waliinul kalam yaitu suka memberi orang makan dan bicaranya lemah lembut.

Memberi orang makan dapat diartikan dengan makna hakiki yaitu memberi orang makan, jika diartikan dengan makna majaz berarti suka meringankan beban orang lain.

Aplikasinya dalam berinteraksi sosial, ketika dia menjadi pejabat yang bertugas melayani masyarakat, maka tentu dia tidak suka mengambil pungutan liar atau sogok menyogok, konsisten melaksanakan aturan secara professional dan proporsional.

Waliinul kalam artinya bicaranya lemah lembut, bicaranya tidak menyakitkan orang lain, tidak ghiba, tidak memfitnah, tidak menyebarkan berita hoax, perbuatannya tidak menzolimi orang, di dalam berlalu lintas tidak suka merampas hak orang dengan menerobos lampu merah (traffic light) yang berarti menzolimi mereka yang berhak melaju karena lampunya menyalah hijau.

Seorang yang memperoleh haji Mabrur dapat menjadi panutan di mana mereka berada, mereka menjadi sponsor di dalam memakmurkan masjid, shalat berjama'ah menghadiri majlis Ta'lim.

Membina masyarakat untuk mengutamakan kebersamaan, keshalehan sosial dalam upaya menepis murka Allah SWT.

Allah SWT. menyatakan dalam hadits qudsi yang disampaikan oleh Rasulullah SAW "Sesungguhnya Allah SWT berfirman, Sesungguhnya Aku banar-benar akan menimpakan azabKu kepada penduduk bumi, tetapi apabila Aku memandang kepada orang-orang yang meramaikan rumahKU (masjid), dan orang-orang yang saling menyayangi demi karena Aku, dan masih banyak Aku saksikan orang-orang yang memohon ampun di waktu syahur (shalat Tahjjud), Maka Aku alihkan azabKu dari mereka," (HR. Al-Bayhaqy)

Maka haji mabrur akan menjadi motivator dalam tiga pilar masyarakat Islam;

1. Memakmurkan masjid,

2. Membina silaturrahim antar sesama muslim sehingga tumbuh perasaan saling menyayangi, dan

3. Melestarikan shalat tahajjut. Untuk mengukuhkan keimanan ummat, membentuk kepribadian yang istiqomah.

Bagi yang melaksanakan shalat Tahajjud membaca seratus ayat, mereka tidak dikelompokkan kedalam kelompok hamba Allah yang ghoofiliin (lalai), jika membaca duaratus ayat, maka dikelompokkan kepada kelompok hamba Allah yang istiqomah (teguh pendirian).

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yag artinya: "Barang siapa shalat pada malam hari dengan seratus ayat dari Al Quran, dia tidak dicatat sebagai orang-orang yang lalai. Dan barang siapa yang melakukan shalat pada malam hari dengan duaratus ayat dari Al Quran, dia akan dicatat sebagai orang-orang yang taat dan ikhlas hati (istiqomah)." (H.R.al-Hakim).

Bahkan menurut Rasulullah SAW dari Umar bin Khattab ra beliau bersabda yang artinya: Dari Umar bin Khattab ra. Dari Rasulullah saw bersabda "Barang siapa yang shalat Malam dan membaguskan shalatnya, maka Allah SWT memuliakannyadengan sembilan macam, lima di dunia dan empat di akhirat; Adapun yang lima di dunia; Allah SWT menjaganya dari sesuatu yang membahayakannya, tampak pada wajahnya cahaya keta'atan, dia dicintai oleh hamba Allah SWT yang shaleh, Allah anugerahkan pada kata-katanya mengandung hikmah, Allah anugerahkan kepadanya pemahaman agama dengan bijaksana. Dan empat di akhirat; dibangkitkan dari kuburnya berwajah putih ber-
sih, dimudahkan hisab, melintasi Sirath cepat seperti kilat, dan menerima kitabnya dengan tangan kanan pada hari kiamat". (HR.An-Naashihin.)

Insya Allah dengan dominasi para haji-haji mabrur di dalam sebuah komunitas akan menjadi kontribusi yang sangat berarti untuk mengubah sikap dan prilaku sosial dari kebrutalan sosial menjadi kesholehan sosial.

Mengubah sikap dari kebiasaan melalaikan shalat menuju masyarakat yang mengutamakan shalat berjamah.

Boleh kita mencontoh Negara Turki, dari perilaku yang tidak mengindahkan adzan pada tahun 1990-an menurut Ketua BAZNAZ Dr.KH. Didin Hafhidhuddin, M.Sc saat mengunjungi Turki, "saat itu Turki masih sangat sekuler. Jangankan waktu shalat Subuh, di kala adzan Maghrib saja tidak ada yang pergi shalat berjamaah di masjid.

Saat itu saya shalat hanya dengan istri dan anak, sebab tiada jamaah setempat yang datang". Begitu penjelasan DR Didin.

Kini Turki benar-benar berubah 180 derajat, sejak dipimpin Presiden Erdogan.

Hal yang sangat menakjubkan sekarang masjid-masjid sangat ramai dengan pemuda yang beribadah dan juga kegiatan keislaman.

Terutama yang paling mengagumkan adalah ketika waktu Shalat Subuh, masjid di Turki sangat penuh sesak dengan jamaah
yang didominasi Kaum Muda (anak-anak muda), suasana yang hampir serupa di Indonesia ketika Shalat Jum'at.

Sebagai apresiasi Allah SWT maka Turki menjadi lebih baik kondisi ekonominya. Kini Turki sanggup membangun tanpa bantuan pinjaman luar negeri.

Peringkat ekonomi Turki melompat tinggi dari 111 menjadi peringkat 16 dunia, sehingga saat ini Turki masuk daftar 20 negara kuat (G20).

Pendapatan perkapita penduduk Turki melonjak tajam dari $ 3.500 USD (2003) menjadi & 11.000 USD (213) dan terus menanjak.

Mau berubah, ibdak binafsik, mulai dari diri kamu sendiri, Allah SWT akan mengubah nasib kamu apabila kamu mau berubah. Surah Ar-Ra'du: 11-13 Allah menyatakan ; "Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...” (QS.13.Ar Ra'du:11)

Apa yang dicanangkan Turki, 3 Program yang serius yaitu;

1. Gerakan shalat Subuh berjamaah di Masjid,

2. Gerakan Infaq Sedekah;

3. Gerakan Ekonomi Ummat.

Shalat Subuh berjamaah membawa berkah, memang yang berat dilakukan oleh orang munafiq adalah shalat Isyak dan shalat Subuh berjamaah.

Apabila sebuah komunitas didominasi oleh orang-orang yang malas melakukan shalat berjamaah, maka penyakit masyarakat akan menjadi wabah yaitu; suka bohong, tidak menepati janji dan berkhianat. Apabila kondisi masyarakat seperti itu, maka aplikasinya terjadi manipulasi, korupsi dan kezoliman serta ketidakadilan.

Pada akhirnya akan menjadi krisis ekonomi dan akhlaq.

Sebaliknya, masyarakat yang menjaga shalat berjamaah sebagai indikator masyarakat yang bertaqwa maka Allah menjamin rezekinya dari jalan/sumber yang tidak diduga dan akan membukakan jalan keluar dari kesulitan.

Akhirnya kita berharap Taufiq dan Hidayah Allah SWT. sehingga individu-individu dalam masyarakat kita , mau berubah kearah yang positif dan akan tercipta kesholehan sosial. Aamiin.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved