Ihhh! Wanita Wajah Hancur Sisa Tragedi Bintaro Ini Masih Gentayangan, Bikin Netizen Merinding
Menurut salah seorang warga Bintaro Permai Raya yang rumahnya tak jauh dari lokasi kejadian, Didit, banyak warga yang melihat penampakan wanita
Penulis: Hendra Kusuma | Editor: Hendra Kusuma
"Kami menyebutnya si Budeg dan si Item," kata Fatahilah, 28 tahun, warga RT 08 RW 09, Bintaro, Jakarta Selatan, seperti dilansir dari tempo, 10 Desember 2013 silam.
Tempat tinggal Fatahilah tidak jauh dengan lokasi tabrakan kereta pada 19 Oktober 1987.
Menurut dia, kehadiran dua makhluk halus itu sering dikait-kaitkan dengan kecelakaan yang terjadi di lintasan kereta.
"Paling sering orang menyeberang rel ketabrak kereta karena mendadak tuli dan tidak bisa melihat," ujarnya.
Warga percaya orang yang dirasuki "penunggu" rel tidak bisa mendengar atau melihat kereta yang melaju kencang.
"Meski ada yang berteriak memperingatkan, pasti dia tidak dengar," kata Fatahilah.
Uniknya, kata Fatahilah, kecelakaan yang memakan korban jiwa itu terjadi pada awal tahun atau akhir tahun. Misalnya saja pada awal 2013 lalu.
Seorang pria baru datang dari Jawa Tengah dan akan berkunjung ke rumah saudaranya di Bintaro.
"Saat menyeberang rel dia ditabrak kereta," ujarnya.
"Padahal, warga juga sudah berteriak memperingatkannya, tapi orang itu tidak mendengar."
Karena seringnya ruas rel di Bintaro ini memakan korban jiwa, warga setempat sampai punya kebiasaan mengadakan pengajian.
Pengajian itu pun rutin digelar setiap tanggal 19 Oktober.
Dalam pengajian itu warga memotong dan mengubur kepala domba di dekat lokasi kecelakaan.
Tak pernah surut
Catatan Kompas (26 Juni 2015) Moda kereta api toh tetap menjadi pilihan bahkan setelah beberapa kecelakaan terjadi di jalur kecelakaan Bintaro.
Pada 9 Desember 2013, misalnya, terjadi tabrakan di pelintasan antara KRL commuter line dan sebuah truk tangki BBM.
Truk yang membawa 24.000 liter premium meledak, memakan lima korban tewas dan 73 orang luka-luka.
Toh penumpang kereta api bisa dikatakan tak pernah surut, bahkan cenderung bertambah.
Ini, antara lain, karena ongkos hilir mudik dengan kereta api relatif terjangkau kantong warga.