Seni Ukir Khas Palembang, Diminati karena Keindahan Motifnya

Guratannya didominasi tumbuhan; bunga melati, teratai dan yang pasti tidak ada gambar manusia atau hewan.

Penulis: Sugih Mulyono | Editor: Eko Adiasaputro
SRIPOKU.COM/ZAINI
POLES UKIRAN-Seorang pengrajin seni ukir khas Palembang memoles ukiran simbar bunga dengan cat perado emas di Toko Simbar, Jalan Faqih Jalaluddin, Kelurahan 19 Ilir, Palembang, Sabtu (22/02/2015). 

CAT LEMARI- Seorang pengrajin ukiran khas Palembang, mengecat lemari dengan cat parado emas di toko ukiran Palembang Cantik, Jalan Faqih Jalaluddin, Kelurahan 19 Ilir, Palembang, Kamis (12/03/2015).

Meski demikian, kata Lela, penjualan masih bisa berjalan, karena banyak juga pembeli yang datang dari luar Sumsel, seperti dari Jawa dan Sulawesi.

Untuk konsumen yang berada di Jakarata, barang seperti lemari masih bisa dikirim melalui ekspedisi. Namun untuk di Sulawesi, ia terpaksa mengirimnya melalui Pos.

"Kita paling jauh baru di Sulawesi dan belum pernha ada konsumen yang berasal dari luar negeri," tuturnya.

Tak hanya di kawasan Masjid Agung, produksi seni ukir khas Palembang juga banyak ditemui di Kecamatan Sukarami, Palembang.

Persis di Jalan Sukawinatan, ada Wahid (38), pengrajin asal Jepara, Jawa Tengah yang mendirikan industri ukir khas Palembang.

Ia sudah menekuni usaha itu kurang lebih 14 tahun lalu. Pertama kali datang ia hanya bekerja sebagai pengukir di kios milik orang lain. Namun sekarang ia sudah punya kios sendiri.

"Di daerah saya sana (Jepara, red) persaingannya sudah padat jadi saya memutuskan pindah ke sini," kata bapak beranak tiga ini.

                                                                                          SRIPOKU.COM/SUGIH MULYONO

Wahid, pengrajin seni ukir khas Palembang sedang bekerja di kios miliknya, di Jl Jalan Sukawinatan, Kecamatan Sukarami, Palembang,Kamis (21/05/2015)

Menurut Wahid, membuat lemari dan sebagainya, sebenarnya tidaklah sulit, asal semua barang sudah ada. Misal untuk lemari empat pintu, apabila semua bahan sudah ada dan lengkap, dalam waktu 10 hari bisa diselesaikan.

"Sekarang ini cari kayunya yang susah. Meskipun ada, tapi harganya sudah mahal. Itu pun kayunya kecil-kecil.

Karena sulit mendapatkan tembesu, Wahid juga memproduksi lemari dan sebagainya dari kayu medang.

”Tapi ya kualitasnya pasti beda. Tembesu tahan sampai kapan pun asal jangan terkena air, kayu itu tidak dimakan rayap," terangnya.

Halaman
1234
Sumber:
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved