Curhat Istri Bambang Widjojanto

”Ini Momentum yang Sayang untuk Dilewatkan” (1)

Kabar Mas Bambang ditangkap polisi pertama kali saya dengar dari Ilmi Sakinah, anak sulung kami.

Editor: Sudarwan
Adrianus Adrianto / NOVA
Sari Indra Dewi 

Setelah keluar dari Bareskrim, Mas Bambang menemui teman-temannya di KPK. (Foto: Agus Susanto / Kompas)

Mobil Dipepet

Sambil menyetir, saya banyak menerima telepon dari teman-teman dan saudara. Ternyata, informasi yang beredar simpang siur. Ada yang mengatakan kemungkinan Mas Bambang diculik karena Wakapolri mengatakan bahwa tidak ada penangkapan. Pada setiap orang yang menelepon, saya berusaha meyakinkan dan menenangkan mereka bahwa Mas Bambang ada di Bareskrim dan saya sudah berbicara dengannya.

Saya minta mereka tidak panik karena insya Allah Mas Bambang tidak apa-apa. Akhirnya, malah saya yang sibuk menenangkan orang lain. Di mobil, saya minta Taqi membuka dan memakan bekalnya, karena khawatir setelah sampai di rumah suasananya akan crowded . Benar saja, ketika kami sampai di rumah, sudah banyak wartawan datang. Ada juga beberapa teman saya yang datang. Ghazian sudah pulang, begitu juga dengan Izzat yang kemudian saya suruh mandi dulu.

Setelah salat Dzuhur, barulah saya menemui para wartawan. Sorenya, saya mengajak Izzat bicara soal kronologi penangkapan. Sengaja awalnya saya tidak mau bicara soal itu dulu karena enggak mau tahu proses itu dan harus berpikir ke depan. Jadi, menjelang Magrib barulah saya ajak dia bicara. Agak prihatin juga setelah mendengar cerita Izzat dan sempat berpikir, ternyata sampai segitunya proses penangkapan Mas Bambang.

Menurut cerita Izzat, sekitar 200 meter dari sekolah Taqi, mobil yang dikendarai Mas Bambang dipepet sebuah mobil. Belakangan setelah Mas Bambang pulang, saya tanya siapa yang memepet mobil. Ternyata Kapolsek Sukamaju. Setelah memepet, Kapolsek mengatakan ada pemeriksaan mobil. Mas Bambang dipersilakan turun. Ketika dia turun itulah, orang-orang Bareskrim datang dan memberikan surat penangkapan.

Menurut Izzat, ayahnya sempat membaca dan memprotes beberapa poin di surat penangkapan itu yang tidak sesuai. Namun, orang Bareskrim langsung menarik surat itu dan tangan Mas Bambang juga langsung ditarik ke belakang, hendak diborgol. Saat itulah Mas Bambang sedikit mengadakan perlawanan dengan tidak mau diborgol ke belakang, maunya diborgol ke depan.
BW di tangkap polisi

BW di tangkap polisi
Saat ayahnya ditangkap polisi, Izzat tak mau dipisahkan darinya. (Foto: Dok pri)

Tak Mau Dipisah

Setelah pulang, ketika saya tanya kenapa tidak mau diborgol ke belakang? Mas Bambang menjawab dia masih memakai sarung saat diborgol, sehingga khawatir sarung melorot. Waktu itu, dia memang baru pulang dari salat Subuh. Setelah diborgol, Mas Bambang sempat bicara pada Izzat. “Nak, kamu perhatikan betul proses penangkapan ini. Kalau bisa difoto, silakan foto. Kalau tidak, kamu ingat-ingat saja prosesnya seperti apa.”

Setelah itu, Izzat hendak dimasukkan ke mobil lain, sedangkan Mas Bambang akan dibawa dengan mobil Bareskrim. Namun, keduanya sepakat menolak dipisahkan. Izzat bersikeras untuk terus mendampingi ayahnya, sedangkan ayahnya mengatakan bahwa dia datang dengan Izzat dan pergi pun harus dengan Izzat.

Akhirnya, keduanya dimasukkan ke mobil Bareskrim. Hanya saja, karena tempat duduknya hanya cukup untuk tiga orang dan Mas Bambang diapit dua polisi, akhirnya Izzat duduk dipangku ayahnya. Dalam perjalanan, Mas Bambang mengeluarkan kembali surat penangkapan sambil berkata pada Izzat, “Nak, ini pelajaran pertama yang harus Abi jelaskan ke kamu. Proses penangkapan yang sebenarnya itu harusnya seperti ini (Bambang lalu menjelaskan pada Izzat).”

Menurut Izzat, polisi yang ada di dalam mobil itu tidak begitu suka dengan penjelasan Bambang, lalu bertanya ke yang lain apakah ada lakban? Mas Bambang lalu diam. Saat itu, Izzat berpikir bagaimana caranya agar dia bisa terus bicara, untuk menetralisir suasana agar tidak makin memanas. Ia lalu mengambil topik tentang rokok. Kebetulan, salah satu polisi yang ada di dalam mobil mengeluarkan rokok untuk dinyalakan.

Izzat lalu minta maaf dan mengatakan bahwa ia tidak terlalu suka pada rokok. Izzat dan polisi itu lalu berdiskusi soal rokok, termasuk kebiasaan polisi itu dalam merokok dan kesadarannya akan bahaya rokok. Maklum, Izzat kuliah di Fakultas Kedokteran. Diskusi mereka terus berlanjut sampai akhirnya mobil tiba di Bareskrim.

Bahagia Dapat Kesempatan

Saya lihat, Izzat tidak syok menghadapi peristiwa ini. Waktu saya masuk rumah setelah menjemput Taqi, saya sapa dia. Izzat tersenyum sambil mengacungkan dua jempolnya lalu berkata, “Kereeen …” Saya sendiri deg-degan. Siapa sih, yang tidak deg-degan mengetahui suaminya mendadak ditangkap polisi seperti ini? Tapi saya mencoba cepat mengolah pikiran, bahwa ini adalah momentum besar dan sayang kalau dilewatkan.

Halaman
123
Sumber: Nova
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved