Eksklusif Sriwijaya Post
Aneh, Ada Tanah yang Bisa Dimakan
Kejadian unik ini, menurut Kades Telukkijing, Margareta Hasuni sudah berlangsung lama
Penulis: Candra Okta Della | Editor: Eko Adiasaputro

SRIPOKU.COM, PALEMBANG-Di dunia ini, begitu banyak kejadian aneh diluar nalar fikiran manusia. Ada yang menyeramkan, ada pula yang mengagumkan. Seperti di Desa Telukkijing II, Kecamatan Lais, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba). Masyarakat di desa ini biasa memakan atau mengonsumsi tanah. Tentu saja bukan sembarang tanah.
Tanah dimaksud disebut Tanah Tanampo Sakti, yakni tanah yang diambil dari dasar Sungai Musi. Ketika air sungai surut (biasanya Agustus), warga biasanya berbondong-bondong mengambil tanah tersebut baik untuk dimakan langsung maupun untuk obat atau keperluan lainnya.
Kejadian unik ini, menurut Kades Telukkijing, Margareta Hasuni sudah berlangsung lama, namun belum terpublikasi secara luas. "Kalau sekarang air sedang besar, nanti sekitar bulan lapan (Agustus) biasanya air surut dan pasti banyak yang ngambil tanah itu," kata Margareta saat ditemui Sripo, Jumat (30/5/2014).
Dia mengatakan, sudah sejak lama warga setempat meyakini tanah tersebut mengandung khasiat dan bisa menjadi obat untuk bermacam penyakit. Bahkan tidak sedikit warga yang sengaja datang ke Desa Telukkijing untuk meminta tanah itu.
"Yang saya dengar, tanah itu digunakan untuk macam-macam. Ada yang dibuat bedak, obat sakit perut, termasuk obat demam anak-anak. Kabarnya memang manjur," katanya.
Dikatakan, biasanya tanah itu diasapi terlebih dahulu, mirip seperti membuat salai ikan atau ikan asap. Setelah kering, baru digunakan untuk berbagai macam obat. Tanah itu, kata Margereta, berada persis di atas batu napal di dasar Sungai Musi. Warnanya putih bersih dan jika dikonsumsi langsung rasanya mirip seperti mengunyah beras.
"Percaya atau tidak memang seperti itu rasanya. Saya sendiri pernah makan. Kalau seratnya sama seperti tanah biasa," katanya.
Hal senada dikatakan Kasi Pemerintahan Kecamatan Lais, Nazaruddin. Dengan tegas dia mengatakan, cerita mengenai tanah Tanampo tersebut memang ada dan bukan dongeng. Sebab sampai saat ini tanah itu ada dan masih sering dikonsumsi warga. Untuk itu, dengan diekposenya tanah Tanampo dan peninggalan sejarah lain di Desa Telukkijing diharapkan dapat menggugah Pemkab Muba untuk terjun ke lapangan dan melihat langsung.
"Muba ini kaya dengan hasil bumi dan peninggalan bersejarah. Jadi informasi dan beberapa temuan warga hendaknya diteliti dengan serius. Kalau tidak, ya tidak ada artinya," ujarnya.
Dijelaskan, Desa Telukkijing memiliki panjang 9 kilometer, terletak di bibir Sungai Musi dan Sungai Batang Hari Leko. "Saya masyarakat asli Telukkijing berharap pemerintah tidak tinggal diam dengan adanya peninggalan sejarah ini," harapnya.
Kadus Dusun Empat, Desa Telukkijing, Mus Mulyadi menambahkan, keberadaan Tanah Tanampo itu tidak terlepas dari awal mula keberadaan Desa Telukkijing yang memiliki cerita unik dan sejarah. Dia menjelaskan, Desa Telukkijing merupakan desa yang diapit dua sungai besar yaitu Sungai Musi dan Sungai Batang Hari Leko. Desa itu juga diapit dua puyang keramat, yakni Puyang Sao dan Puyang Makan Paku, tepat di perbatasan Desa Telukkijing dan Desa Petaling. Tidak hanya itu, kata Mus, sudah dua kali tim arkeologi datang ke desa tersebut yakni tahun 2009 dan 2012. Mereka datang, menyusul ditemukannya serpihan yang diduga bagian dari bangunan candi di peninggalan masa Kerajaan Sriwijaya.
"Waktu itu luput dari pantauan media. Saya sendiri ikut menggali bersama enam orang menggunakan sekop dan kami menemukan beberpa benda seperti kendi, keris dan sebagainya."
"Barang temuan itu, di bawa oleh tim itu. Saya menemukan batu bata yang tersusun rapi seperti sebuah bangunan, tapi sampai saat ini belum ada tindaklanjut," kata Mulyadi.