Guru PPPK di OKU Tewas di Kosan

Tampang Terduga Pelaku Pembunuhan Guru PPPK SMPN 46 OKU, Iwan Sembunyi di Dusun IV Desa Suka Pindah

Berikut tampang RW alias Iwan (29), terduga pelaku pembunuhan guru PPPK SMPN 46 OKU, Sayidatul Fitriyah.

|
Penulis: Leni Juwita | Editor: Odi Aria
Dokumen Polisi
PEMBUNUH GURU PPPK- Berikut tampang RW alias Iwan (29), terduga pelaku pembunuhan guru PPPK SMPN 46 OKU, Sayidatul Fitriyah. Terduga pelaku ditangkap Tim Resmob Polres Ogan Komering Ulu (OKU) menangkapnya dalam operasi dini hari, Jumat (21/11/2025). 

Kasyati, ibunda korban, mencoba mengenang percakapan terakhir dengan puterinya tersebut. 

Ia mengaku sudah biasa bertelepon setiap hari untuk sekedar bertukar kabar.

"Katanya hari Kamis mau ke Baturaja naik motor, kupesan agar hati-hati," kenang Kasyati mengenai pembicaraan terakhir mereka, sebelum korban ditemukan meninggal.

Kasyati juga menduga bahwa HP utama puterinya, yang hilang, adalah HP yang berisi akun aplikasi perbankan BRIMO. 

Kehilangan HP ini mengarah pada kemungkinan motif kejahatan yang tidak hanya sebatas menghilangkan nyawa.

Kasyati mengaku tidak menyangka puterinya akan pergi dengan cara yang sangat mengenaskan. 

Ia teringat pertemuan terakhir mereka pada 21 Oktober 2025, saat ia menginap di rumah kos Fitri di Desa Suka Pindah.

Sang ibu mengaku merasa sangat tidak nyaman selama menginap di sana. 

Sepanjang malam, ia dihantui mimpi buruk, termasuk mimpi bertemu dengan bayi meninggal. Bahkan, sempat ada ular masuk ke kosan.

"Waktu menginap di tempat kos Fitri, aku memang merasa kurang nyaman, sepanjang malam bermimpi buruk. Namun, saya menganggap karena baru pindah di tempat baru jadi tidak terlalu memikirkan firasat yang kurang baik," ujar Kasyati.

Sosok Syaidatul Fitriyah dikenal sebagai gadis yang sederhana, tidak banyak tuntutan, dan masih lajang. 

Kasyati mengatakan puterinya belum memiliki pacar.

Ketika mendapat kabar kelulusan sebagai PPPK di SMPN 46 OKU, Fitri sangat bersyukur, meskipun lokasi sekolahnya berada di pelosok pedesaan dan sulit dijangkau. 

Untuk sampai ke sekolah dari kosannya di Desa Suka Pindah, ia harus menempuh medan yang cukup sulit dengan jarak tempuh sekitar 2-3 jam menggunakan sepeda motor.

Fitri memilih mengabdi di sana dengan niat tulus ingin mencerdaskan anak bangsa, sebuah langkah yang jarang dipilih remaja seusianya. 
Sekolah itu sendiri hanya memiliki tiga kelas dan dipimpin oleh Kepala Sekolah Nuraisyah.

Kini, impian pengabdian guru muda yang baru berkarir dua bulan ini harus terhenti di balik tindak kekejaman. 

Sementara pihak kepolisian terus berupaya mengungkap misteri pembunuhan ini.
 

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved