Kunci Jawaban

Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 SMP Halaman 86 Kurikulum Merdeka, Berdiskusi, Tantangan

Inilah pembahasan soal dan kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 9 SMP halaman 86 Kurikulum Merdeka, Berdiskusi.

Penulis: Ayu Wahyuni | Editor: Ayu Wahyuni
Sripoku.com
ILUSTRASI KUNCI JAWABAN - Bahasa Indonesia kelas 9 SMP halaman 86 Kurikulum Merdeka, Berdiskusi. 

Bahasa bersifat dinamis, mencerminkan perubahan sosial dan budaya masyarakat. Kosakata baru dari warganet, seperti "julid" atau "gabut", digunakan secara luas di kehidupan sehari-hari, sehingga layak diakui dalam KBBI untuk merepresentasikan perkembangan bahasa Indonesia.

2. Penerimaan oleh Masyarakat

Kosakata warganet bukan hanya tren, tetapi sudah menjadi bagian dari komunikasi sehari-hari. Kata-kata seperti "bucin" atau "sambat" sering digunakan oleh generasi muda maupun dewasa, menunjukkan relevansinya dalam kehidupan modern.

Baca juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 SMP Halaman 83 Kurikulum Merdeka, Tugas Menyimak

3. Mempermudah Pemahaman Generasi Mendatang

Jika kosakata baru tidak dimasukkan ke dalam KBBI, generasi mendatang mungkin kesulitan memahami konteks penggunaannya. Penambahan kosakata ini membantu mendokumentasikan budaya bahasa secara resmi.

4. Standarisasi dan Pendidikan

Dengan masuknya kata baru ke KBBI, ejaan dan makna akan distandardisasi, sehingga dapat digunakan dengan benar dalam konteks resmi maupun informal. Hal ini mendukung tujuan pendidikan bahasa yang terstruktur.

Tim B:

Kosakata Baru Ciptaan Warganet Tidak Perlu Masuk ke dalam KBBI

1. Banyak Kata Bersifat Sementara

Kosakata warganet sering kali hanya menjadi tren sesaat dan tidak relevan dalam jangka panjang. Kata seperti "ngegas" atau "sadboi" mungkin kehilangan makna seiring waktu, sehingga tidak layak masuk ke dalam kamus resmi.

2. KBBI Harus Tetap Formal

KBBI adalah acuan resmi untuk bahasa Indonesia. Jika kosakata informal atau slang terlalu mudah dimasukkan, maka kredibilitas KBBI sebagai standar bahasa formal bisa berkurang.

3. Makna yang Redundan

Sebagian besar kosakata warganet memiliki sinonim dalam bahasa baku. Misalnya, "julid" bisa diganti dengan "iri" atau "nyinyir". Hal ini menunjukkan bahwa kosakata tersebut tidak memberikan makna baru yang signifikan.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved