Berita Viral
TERJAWAB Mengapa Pekerjaan Driver Ojol Banyak dari Lulusan S1, Isi Waktu Luang Sembari Batu Loncatan
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof. Dr. Imamudin Yuliadi, memberikan penjelasannya
Ringkasan Berita:
- Banyak lulusan S1 menjadi ojol bukan karena kegagalan pendidikan, melainkan sebagai batu loncatan sambil menunggu pekerjaan sesuai bidang.
- Sektor digital seperti ojol menjadi penyerap tenaga kerja penting di tengah pengangguran dan perubahan struktur ekonomi.
- Perguruan tinggi perlu memperkuat link and match dengan industri, sementara pemerintah harus mendorong iklim investasi, tata kelola yang baik, serta penguatan UMKM dan koperasi.
SRIPOKU.COM — Fenomena lulusan S1 yang bekerja sebagai driver atau pengemudi ojek online (ojol) semakin sering ditemui di berbagai kota besar di Indonesia.
Sejak platform transportasi daring berkembang pesat, jumlah sarjana yang memilih pekerjaan ini ikut meningkat, memunculkan pertanyaan apakah kondisi tersebut terkait dengan minimnya lapangan kerja.
Menanggapi isu tersebut, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof. Dr. Imamudin Yuliadi, memberikan penjelasan mengenai faktor yang mendorong terjadinya fenomena ini.
Ia menilai bahwa keputusan sarjana bekerja sebagai driver ojol tidak dapat serta-merta dianggap sebagai kegagalan sistem pendidikan atau indikator buruknya perekonomian nasional.
Menurut Imamudin, banyak lulusan perguruan tinggi yang tetap berkeinginan bekerja sesuai bidangnya, namun proses menuju pekerjaan ideal tidak selalu cepat.
Karena itu, bekerja sebagai mitra ojek online menjadi batu loncatan sementara sambil menunggu kesempatan kerja lain.
“Menjadi driver ojek online lebih sebagai aktivitas antara atau batu loncatan. Mereka melakukannya sambil menunggu pekerjaan yang sesuai bidangnya,” ujarnya, dikutip dari laman UMY, Minggu (23/11/2025).
Ia menambahkan, sektor pekerjaan digital seperti ojek online berkembang pesat karena sifatnya yang inklusif.
Seseorang dapat langsung bekerja bermodalkan kendaraan pribadi dan waktu luang tanpa syarat pengalaman atau modal besar.
Imamudin juga menjelaskan bahwa pekerjaan digital seperti ojol turut menjadi katup pengaman bagi kondisi ketenagakerjaan Indonesia di tengah angka pengangguran yang masih tinggi.
Pekerjaan ini bahkan diminati oleh pekerja paruh baya yang terdampak PHK akibat tekanan ekonomi.
Perubahan struktur ketenagakerjaan yang terjadi secara nyata turut membuat sektor ekonomi digital tumbuh pesat, sementara beberapa sektor lain stagnan.
Dalam kondisi ini, layanan seperti ojol, kurir, hingga berbagai jasa daring berperan penting menyerap tenaga kerja.
“Kalau tidak ada job digital seperti ojol dan online services, tingkat pengangguran kita bisa jauh lebih besar,” tegasnya.
Meski demikian, fenomena sarjana menjadi ojol tetap menjadi peringatan bagi perguruan tinggi.
Imamudin menilai kampus harus memperkuat link and match dengan industri yang terus berubah, serta memberikan pengalaman nyata kepada mahasiswa agar memahami peta dunia kerja sejak dini.
Ia menilai program magang pemerintah merupakan langkah positif.
Terkait anggapan bahwa fenomena ini mencerminkan perekonomian yang memburuk, Imamudin menilai kondisi ekonomi Indonesia masih memiliki ruang pertumbuhan besar.
Banyak sektor yang berkembang berkat percepatan penyerapan anggaran daerah dan program ekonomi lokal seperti Multiplier Based Growth (MBG).
Untuk memperluas kesempatan kerja bagi lulusan S1, Imamudin menekankan pentingnya tiga hal yakni pembangunan iklim investasi yang kondusif, perbaikan tata kelola pemerintahan, serta penguatan UMKM dan koperasi.
Ia meyakini generasi muda dapat memanfaatkan potensi ekonomi daerah untuk menciptakan lapangan kerja baru.
“Setiap daerah punya karakter dan potensi ekonomi. Generasi muda bisa memanfaatkannya untuk meningkatkan kesejahteraan,” pungkasnya.
| Sempat Sombong Ngaku Anak Propam, Terkuak Sosok Pengendara Mobil Barang Bukti, Bohong soal Orangtua |
|
|---|
| Bukan Anak Propam, Pemuda yang Bawa Kabur Mobil Barang Bukti ke Mal Ternyata Anak Anggota SPKT |
|
|---|
| PEMBUNUH Aktor Mak Lampir Divonis 12 Tahun Penjara, Plus Bayar Restitusi Rp269 Juta ke Istri Korban |
|
|---|
| POLISI Pangkat Bripda yang Sok Jagoan Pukul Pemotor Ternyata Alami Gangguan Jiwa, Dokter Sebut Ini! |
|
|---|
| Viral Ghea Indrawari Ngaku Kesulitan Cari Makan saat Malam Hari Usai Konser di PALI, 'Tutup Semua' |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/palembang/foto/bank/originals/ilustrasi-ojek-online_20171027_143500.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.