Bus Rombongan RS Bina Sehat Kecelakaan
Duka yang Belum Usai, Kisah Arti Bintang, Perawat yang 'Menyusul' Sang Ayah 5 Hari Setelah Berpulang
Sebuah gambar gundukan tanah merah yang masih basah, bertabur kelopak mawar segar, diiringi alunan sendu lagu "Ayah"
SRIPOKU.COM - Di linimasa akun Instagram @arti.bintang, sebuah unggahan tertanggal 12 September 2025 menjadi kenangan terakhir yang membekas.
Sebuah gambar gundukan tanah merah yang masih basah, bertabur kelopak mawar segar, diiringi alunan sendu lagu "Ayah" dari band Seventeen.
Itu adalah cara Arti Wibowo, seorang perawat sekaligus kreator konten, berbagi duka atas kepergian ayahandanya tercinta yang wafat pada 9 September 2025.
Tak ada yang menyangka, unggahan penuh kepiluan itu kini menjadi penanda duka yang ganda.
Hanya lima hari setelah ia meratapi kepergian sang ayah, takdir tragis menjemput Arti.
Ia menjadi salah satu dari delapan korban meninggal dunia dalam kecelakaan maut bus rombongan RS Bina Sehat di Probolinggo, Minggu (14/9/2025).
RS Bina Sehat merujuk pada beberapa rumah sakit swasta di Indonesia, salah satunya yang cukup dikenal adalah RS Bina Sehat di Jember, Jawa Timur.
Arti Bintang merupakan seorang perawat di rumah sakit tersebut namun ia juga dikenal sebagai konten kreator.
Di mana kontennya banyak menampilkan soal wisata yang ada di Jember.
Arti merupakan salah satu korban yang tewas dalam kecelakaan bus maut setelah berlibur ke Gunung Bromo.
Duka yang belum lagi usai di hatinya, kini harus ditanggung oleh seluruh keluarga yang ditinggalkannya.
Kisah Arti menjadi salah satu cerita paling memilukan dari tragedi bus tersebut, sebuah ironi pahit tentang seorang anak yang seolah "menyusul" ayahnya begitu cepat.
"Arty ini baru beberapa hari yang lalu bapaknya meninggal di RS Bina Sehat dan dimakamkan di Ngawi," ungkap Direktur RS Bina Sehat Jember, dr. Faida, dengan nada sedih.
Sebagai pimpinan, dr. Faida mengenal betul kisah pilu yang dialami stafnya itu. Ia tahu bahwa Arti memutuskan ikut dalam perjalanan wisata ke Bromo mungkin sebagai cara untuk sedikit menenangkan hati yang sedang berduka. Namun, perjalanan yang diharapkan menjadi pelipur lara itu justru menjadi akhir dari segalanya.
"Belum sampai seminggu, perawat ini menyusul arwah ayahnya," lanjut dr. Faida.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.