"Garisan tangan ini juga penting karena jalan hidup kita sudah direncanakan sejak dalam kandungan jadi doa orangtua, orang yang kita bantu itu membantu meluruskan garis tangan agar sukses," ujarnya.
Sebelum bergabung bersama BPK, Hendra juga pernah mendaftar menjadi AKABRI dan diterima pada Matra Polisi namun ibunya tidak memberikan izin sehingga mundur.
"Saya berminat pada angkatan darat bercita-cita jadi jendral tapi lulus Matra Polisi dan ditawari Angkatan laut tapi saya memilih mundur karena angkatan laut berat dan ibu tidak memberikan izin jika menjadi polisi," ujarnya.
Menolak meneruskan pendidikan AKABRI, Hendra memilih kembali ke Palembang meneruskan kuliahnya.
Saat akan menikah dan setelah menikah, Hendra juga terus memperjuangkan perekonomian keluarga dengan berjualan laptop, bekerja pada dealer menggusur pajak kendaraan hingga berjualan boneka di akhir pekan untuk menunjang perekonomian keluarga.
Ditengah himpitan ekonomi, Hendra diuji kejujuran dan tekadnya denhan banyaknya tawaran "memuluskan" audit yang diurusnya dengan iming-iming kebahagian dunia. Namun dia dengan tegas menolak iming-iming itu dan yang didapatnya justru teror.
"Sedih kalau ingat semua itu tapi alhamdulilah semua itu sudah terlewati," ujarnya. (Laporan wartawan Sripo Tribun, Hartati)