Bocah 6 Tahun di OKI Ditemukan Tewas

'Saya Tak Mau Lihat Pelaku' Kesedihan Orangtua Bocah 6 Tahun yang Jadi Korban Pembunuhan di OKI

"Saya tak mau lihat dan tidak mau tahu dengan pelaku. Sakit rasanya jika melihat pelaku,"

Penulis: Yandi Triansyah | Editor: Yandi Triansyah
SRIPOKU.COM /Rachmat
TUNJUK FOTO -- Melis (37) ibu korban menunjukkan foto semasa hidup anaknya, RDP (6) bocah perempuan asal Pedamaran, OKI yang tewas dibunuh dan dirudapaksa oleh seorang yang masih satu desa, Minggu (27/7/2025). 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG -Wajah Melis (39) tampak tegar, namun di balik ketegarannya, guratan duka teramat dalam terukir jelas. Di sampingnya, sang suami, Indra (41), lebih banyak menunduk, tatapannya kosong.

Mereka baru saja kehilangan putri kedua mereka, Rania, bocah mungil berusia enam tahun yang tawa riangnya direnggut paksa pada Sabtu siang di Desa Menang Raya, Pedamaran, Ogan Komering Ilir (OKI).

Seminggu terakhir sebelum tragedi itu, Melis merasakan sesuatu yang aneh.

Setiap kali memandang Rania, hatinya selalu diselimuti kesedihan yang tak bisa ia jelaskan.

Perasaan itu datang begitu saja, tanpa sebab, membayangi hari-hari putrinya yang baru dua pekan mengecap bangku kelas satu di SD Negeri 5 Pedamaran.

"Firasatnya selalu sedih saja kalau melihat korban, tapi saya tidak tahu kenapa sedih. Perasaan sedih begitu saja datang saat lihat anak saya," tutur Melis di kediamannya, Minggu (27/7/2025).

Kesedihan itu kini berganti kenyataan pahit. Rania, yang baru tiga hari terakhir berani pulang sekolah sendiri karena merasa sudah punya banyak teman, tak akan pernah lagi pulang ke pelukan ibunya.

Di tengah duka, Melis teringat satu permintaan terakhir Rania yang belum sempat ia wujudkan sebuah ponsel.

Dengan polosnya, sang anak memintanya. Melis, dengan kelembutan seorang ibu, berjanji akan membelikannya kelak jika sudah ada rezeki.

"Nanti kita beli hp ya nak, hp kakak buat kamu dan kakak hp baru," ujar Melis menirukan ucapannya kala itu untuk menenangkan sang anak.

Janji itu kini menggantung, menjadi kenangan pedih dari sebuah keinginan sederhana yang tak akan pernah tersampaikan.

Sabtu yang Mengoyak Ketenangan

Pada Sabtu (26/7/2025) siang itu, Indra masih khusyuk menyadap getah karet di kebunnya di wilayah Bunut.

Ia tak punya firasat apa pun. Panasnya matahari Pedamaran terasa seperti hari-hari biasa.

Tiba-tiba, dering ponsel memecah keheningan. Seorang kerabat di ujung telepon memintanya segera pulang. Tanpa penjelasan, hanya desakan.

Halaman
123
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved