Berita Palembang

'Saya Tak Ada Lagi Keluarga' Lirih Nenek Jaurah di Tengah Puing Kebakaran Palembang

Di Jalan Faqih Usman RT 13, Kelurahan 1 Ulu, pemandangan yang tersisa hanyalah kehancuran.

Penulis: Mat Bodok | Editor: Yandi Triansyah
SRIPOKU.COM / Mat Bodok
KORBAN RUMAH TERBAKAR - Jaurah (70) salah satu korban rumah terbakar di Kelurahan 1 Ulu Kecamatan Seberang Ulu (SU) I Kota Palembang, Selasa (22/7/2025). Ia berharap rumahnya kembali dibangun. 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG – Bau asap masih pekat menyengat di udara, bercampur dengan debu dari puing-puing yang menghitam.

Di Jalan Faqih Usman RT 13, Kelurahan 1 Ulu, pemandangan yang tersisa hanyalah kehancuran.

Tiang-tiang kayu yang dulu kokoh menopang atap, kini menjelma menjadi arang rapuh. Atap-atap seng berserakan, meliuk tak berdaya di atas sisa bangunan yang nyaris rata dengan tanah.

Di tengah pemandangan pilu itu, duduk seorang perempuan renta. Tatapannya kosong, menyapu reruntuhan yang dulunya adalah rumah dan dunianya.

Ia adalah Jaurah, 70 tahun. Wajahnya yang berkerut memancarkan jejak trauma dan kesedihan yang mendalam.

Api tak memilih waktu. Senin (21/7/2025) dini hari, sekitar pukul 02.30, saat sebagian besar warga terlelap, si jago merah mulai menari dari salah satu rumah.

Material bangunan yang dominan kayu membuat api dengan cepat merambat, melahap satu per satu tempat tinggal warga. Dalam sekejap, 14 rumah ludes terbakar.

Malam itu, kepanikan pecah. Tak ada yang bisa diselamatkan. Harta benda, surat-surat penting, kenangan yang tersimpan dalam setiap sudut rumah, semua musnah ditelan api.

Yang tersisa hanyalah pakaian yang melekat di badan. Warga hanya bisa pasrah, berlari menyelamatkan nyawa dan meninggalkan segalanya.

Bagi Nenek Jaurah, malam itu adalah pertaruhan antara hidup dan mati.

"Alhamdulillah, di dalam rumah ada 5 orang, semua selamat dari kobaran api," tuturnya dengan suara pelan dan bergetar.

Syukur karena nyawa masih dikandung badan, namun hatinya remuk redam melihat rumah warisan dari neneknya itu kini hanya tinggal cerita.

"Untuk barang-barang, semua terbakar," lanjutnya.

Kini, di usianya yang senja, Jaurah harus menghadapi kenyataan pahit. Ia tak punya tempat untuk berteduh.

Kesedihannya bukan hanya soal kehilangan atap di atas kepala. Baginya, kebakaran ini telah merenggut seluruh dunianya, seluruh lingkar sosialnya.

Halaman
12
Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved