Kematian Brigadir Nurhadi

Siapa Pelaku Utama Kematian Brigadir Nurhadi? Jaksa Kembalikan Berkas Kompol Yogi Cs

Jaksa sebut berkas perkara kematian Brigadir Nurhadi yang diserahkan polisi masih jauh dari kata sempurna. Sebab itu, kini sudah dikembalikan.

Editor: Refly Permana
dok polisi via kompas.com
DITEMUKAN TEWAS - Almarhum Brigradir Nurhadi yang ditemukan tewas di Gili Trawangan secara tidak wajar, saat bersama dua orang atasannya di Propam Polda NTB, Kompol YG dan Ipda AC atau HC. Hingga berkas diserahkan ke jaksa, pelaku utama kematiannya masih belum terungkap. 

Ada tiga tersangka dalam kasus ini, yakni Kompol YG, Ipda HC dan seorang perempuan berinisial M.

Ketiganya dikenakan Pasal 351 ayat 3 KUHP tentang penganiayaan yang menyebabkan kematian orang lain dan Pasal 359 KUHP tentang kelalaian menyebabkan kematian.

"Kami sedang memberikan petunjuk untuk penambahan pasal pembunuhan, bisa Pasal 338 dan Pasal 340. Kalau memang sudah ada kasusnya rangkaiannya itu kami bisa memutuskan membuat apakah ini memang sudah direncanakan atau hanya pembunuhan sesaat pada saat itu," kata Enen.

Selain motif dan modus, pelaku utama yang menyebabkan tewasnya Brigadir Nurhadi belum diketahui sampai saat ini. 

"Kerena dalam CCTV dalam berkas perkara itu belum, belum kelihatan," kata Enen. 

Baca juga: Istri Nurhadi Bongkar Kelakuan Dua Istri Atasan yang Lenyapkan Suaminya Bicara Soal Uang Rp 400 Juta

Hasil Forensik

Dokter ahli forensik, Arfi Syamsun mengungkapkan dugaan sebab kematian Brigadir Nurhadi.

dr Arfi Samsun menjelaskan ditemukan kondisi patah tulang lidah pada Brigadir Nurhadi yang mengindikasikan 80 persen kematian korban karena dicekik. 

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Mataram ini juga melakukan pemeriksaan penunjang, seperti memeriksa paru-paru, tulang sumsum dan ginjal. 

Hasilnya ditemukan air kolam yang masuk ke bagian tubuh ini. 

"Saat korban berada di dalam air dia masih hidup dan meninggal karena tenggelam yang disebabkan karena pingsan," kata Arfi dalam konferensi pers, Jumat (4/7/2025).

"Jadi ada kekerasan pencekikan yang utama yang menyebabkan yang bersangkutan tidak sadar atau pingsan sehingga berada di dalam air."

"Tidak bisa dipisahkan pencekikan dan tenggelam sendiri-sendiri tetapi merupakan kejadian yang berkesinambungan atau berkaitan," jelasnya. 

"Kami menemukan luka memar atau resapan darah di kepala bagian depan maupun kepala bagian belakang, kalau berdasarkan teori kepalanya yang bergerak membentur benda yang diam," imbuh Arfi. 

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved