Tradisi Bubur Asyura di Palembang Sumsel, Spesial di Tahun 2025 : 3 Varian Bubur Langsung Dibagikan

Tradisi bubur asyura untuk meramaikan 10 Muharram yang digelar di Palembang. Tahun ini spesial karena ada tiga varian langsung dibagikan.

Penulis: Syahrul Hidayat | Editor: Refly Permana
sripoku.com/syahrulhidayat
SUKACITA --- Tradisi Bubur Asyura merayakan 10 Muharram 1447 H yang dilaksanakan di Kelurahan 14 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu II, Palembang, Sumatera Selatan pada Minggu (6/7/2025). Ini merupakan tradisi tahunan setiap hari Asyura. 

Beda di tempat lain, pada Asyura 1447 Hijriah ini, pembagian bubur Asyura semakin meriah dengan hadirnya tiga varian bubur yang siap memanjakan lidah.

"Alhamdulillah, ini tradisi tiap tahun. Tahun ini kami sajikan tiga varian bubur: bubur sop, bubur gemuk khas Palembang, dan bubur kacang ijo," ujar Abu Haikal, Ketua Pelaksana acara Bubur Asyura tahun ini.

Biasanya, Bubur Asyura identik dengan bubur sop. 

Namun, untuk tahun ini, panitia berinovasi menyajikan variasi baru yang tak kalah menggugah selera. 

Untuk memenuhi antusiasme warga, bahan-bahan yang disiapkan pun tidak main-main. 

Sebanyak 16 kg beras untuk bubur sop dipadukan dengan 15 kg daging dan 15 kg ayam, serta kentang yang melengkapi cita rasa. 

Sementara itu, bubur kacang ijo membutuhkan 50 kg kacang hijau, dan bubur gemuk yang khas disiapkan dari 10 kg beras.

Diperkirakan, bubur-bubur lezat ini akan menghasilkan antara 700 hingga 1.500 cup kecil yang siap dibagikan kepada warga.

Pembagian dilakukan setelah salat Ashar, dan antusiasme warga tak perlu diragukan lagi. 

Warga dari berbagai lokasi pun diperbolehkan membawa mangkuk atau bahkan panci sendiri dari rumah untuk membawa pulang bubur dan menikmatinya bersama keluarga, bahkan untuk berbuka puasa di hari Asyura.

"Kita bolehkan. Biasa mereka pakai panci dibawa ke rumah untuk makan bersama. Ada untuk berbuka puasa 10 Muharram," ungkap Abu Haikal, bapak lima anak ini. 

Beliau menambahkan bahwa semangat ini adalah cerminan dari upaya meneruskan tradisi mulia yang diwariskan oleh orang tua.

Pendanaan untuk kegiatan ini sepenuhnya berasal dari swadaya warga sekitar. 

Jumlah sumbangan tidak ditentukan, melainkan didasarkan pada keikhlasan dan semangat berbagi.

"Jadi kita ajak kawan-kawan untuk berbagi di Hari Asyura. Jumlahnya tidak ditentukan, yang penting silaturahminya. Kita di Hari Asyura berbagi pada anak yatim dan duafa," jelasnya.

Tujuan utama dari semua ini, menurut Abu Haikal, tak lain adalah untuk membahagiakan Rasulullah dan umatnya, serta menjalin tali silaturahmi yang erat di antara warga Kampung Al Habsyi.

Proses pembuatan Bubur Asyura dimulai sejak pagi hari, sekitar pukul 09.00 WIB.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved