Mirip Titanic, Malam Hingga Pagi Korban KMP Tunu Pratama Jaya Lawan Ombak dari Atas Perahu Karet

Belasan penumpang KMP Tunu Pratama Jaya yang selamat dari tragedi kapal tenggelam di Selat Bali pada Rabu (2/7/2025) bertahan di perahu karet.

Editor: Refly Permana
kompas.com
Cerita penuimpang KMP Tunu Pratama Jaya yang selamat dari insiden kapal tenggelam di perairan Selat Bali, Kamis (3/7/2025). 

SRIPOKU.COM - Belasan penumpang KMP Tunu Pratama Jaya yang selamat dari tragedi kapal tenggelam di Selat Bali pada Rabu (2/7/2025) malam terombang-ambing di laut lepas.

Mereka menunggu bala bantuan datang sembari bertahan dari sapuan ombak laut.

Sebab, kala itu, mereka hanya berada di perahu aret yang diperuntukan sebagai perahu darurat jika terjadi hal-hal buruk pada kapal utama.

Hal ini diceritakan oleh Imron (48).

Dikatakannya, ada sekitar 16 orang di perahu karet itu, satu perempuan, sisanya laki-laki. 

"Kami bertahan di atas perahu sampai pagi," katanya. 

Selama berjam-jam, mereka terombang-ambing di tengah laut. 

Ombak besar terus menghantam perahu yang dinaiki Imron dan penumpang lain. 

"Saya teriak-teriak minta tolong, baca doa terus. Sempat berpikir, selamat dari kapal tenggelam tapi tidak selamat dari ombak. Kalau sampai digulung ombak, bisa habis semua," ujarnya. 

Akhirnya, sekitar pukul 05.30 Wita, perahu karet mereka ditemukan dan ditarik oleh nelayan.

Imron dan belasan penumpang selamat tersebut dievakuasi ke Pantai Pebuahan di Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali.

Imron sendiri harus menjalani usaha luar biasa untuk menjangkau perahu karet tersebut.

Diceritakan pria asal Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, ini ia berangkat dari Banyuwangi menggunakan jasa travel sekitar pukul 20.30 WIB. 

Tujuannya ke Kabupaten Gianyar, Bali, untuk bertransaksi kendaraan. 

Baca juga: CERITA Empat Korban Selamat dari Kapal Tenggelam di Selat Bali, Satu Kru Turunkan Sekoci saat Karam!

Setelah sekitar 15 menit meninggalkan Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Imron merasakan gelombang laut yang cukup tinggi. 

Ia melihat kapal bergoyang hebat ke kanan dan kiri dengan gerakan yang tidak normal. 

“Saya lihat ada kru kapal melihat ke belakang, lalu mereka lari. Penumpang mulai panik dan keluar mengambil rompi pelampung,” tuturnya di Posko Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana, Bali.

Imron mengaku tidak sempat mengambil pelampung saat air mulai masuk ke dalam kapal. 

Ia berusaha menyelamatkan diri dan sempat ditendang oleh penumpang lain yang juga panik. 

"Saya merayap keluar dari dalam air, dan lihat pelampung sekitar empat meter dari saya. Saya kejar pelampung itu," ujarnya. 

Setelah sekitar 30 menit berenang dalam kondisi kelelahan, Imron berhasil meraih pelampung. 

Namun, mengenakan pelampung di tengah laut bukanlah hal yang mudah. 

Baca juga: DAFTAR Korban Kapal Tenggelam di Selat Bali, 4 Orang Meninggal, 23 Selamat dan 38 Masih Pencarian

“Saya baru bisa pakai pelampung setelah berani menyelam sebentar. Saya ikat sendiri pelampungnya, lalu bersandar, istirahat. Saya benar-benar pasrah waktu itu,” kata dia. 

Setelah mengenakan pelampung, Imron mendekati perahu karet penyelamat yang belum sepenuhnya mengembang. 

Ia memegang sisi perahu dan tidak sengaja tertarik hingga berada di atas permukaannya.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved