Kapal Tenggelam di Selat Bali

Dikira Suara Hantu, Aksi Heroik Lukman Nelayan Bali Temukan Korban Hidup- Mati KMP Tunu Pratama Jaya

Lukman, pria 44 tahun ini pun mengurai bagaimana ia pertama kali mendengar suara teriakan minta tolong di tengah lautan gelap.

Editor: pairat
Tribunbali.com
PENGAKUAN NELAYAN BALI - Sebanyak 22 orang yang terdiri dari 12 nelayan dan 10 orang relawan, yang membantu proses evakuasi korban tenggelamnya kapal motor penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya, mendapat piagam penghargaan dari Bupati Jembrana, I Made Kembang Hartawan. Berikut aksi heroik Lukman nelayan asal Bali mengevakuasi korban KMP Tunu Prtama Jaya. 

SRIPOKU.COM - Dikira suara hantu, aksi heroik Lukman nelayan Bali temukan korban yang masih hidup dan sudah mati KMP Tunu Pratama Jaya diungkap.

Lukman, pria 44 tahun ini pun mengurai bagaimana ia pertama kali mendengar suara teriakan minta tolong di tengah lautan gelap.

Lukman tak hanya menemukan penumpang yang masih hidup, ia juga membantu evakuasi korban jiwa atas tragedi kapal karam di Selat Bali ini. 

Sang nelayan menemukan mereka di perairan Pantai Pebuahan, Jembrana, Bali pada Kamis 3 Juli 2025. Uniknya, saat itu Lukman sempat takut, karena mendengar suara minta tolong di tengah laut. 

Ia mengira itu suara gaib atau suara hantu. Tak dinyana, teriakan itu datang dari korban kapal tenggelam yang berada di tengah lautan.

"Sampai saat ini saya masih merinding," tutur Lukman mengenang proses evakuasi korban KMP Tunu Pratama Jaya di tengah perairan Pantai Pebuahan tersebut.

Lukman begitu semangat ketika menceritakan aksi heroik dirinya, bersama rekan nelayan lainnya untuk menyelamatkan korban KMP Tunu Pratama Jaya yang selamat maupun meninggal dunia.

Bermula dari Lukman yang sedang melakukan aktivitas seperti biasanya, sekitar pukul 03.30 WITA. Saat itu, ia sedang mencari ikan di perairan selatan Pantai Pebuahan. Ketika sudah mendapat ikan dan hendak balik, ia justru mendengar teriakan "minta tolong" dari lautan. 

Ia terpaksa menghentikan aktivitas melautnya dan sempat membuang hasil tangkapannya yang baru diperoleh sekitar 2 kilogram ikan.

Nelayan asal Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Jembrana tersebut menurutkan teriakan itu awalnya tak ia indahkan, karena dirinya menduga itu adalah suara "hantu".

Tapi, setelah teriakan pertama, muncul lagi teriakan lanjutan. Teriakan itu meyakinkan dirinya bahwa suara itu berasal dari manusia. Ia langsung mencari rekan nelayan lainnya untuk bersama mencari sumber suara.

Tak disangka, ketika mendekati, Lukman mendapati seorang warga yang sedang mengapung dengan jaket pelampung. Saat itu sedang terjadi gelombang tinggi yang membuat dirinya kesulitan untuk menggapai lokasi korban. Karena rasa kemanusiaan yang tinggi, ia bersama rekannya melakukan pertolongan.

"Pertama kita menemukan korban yang selamat, menggunakan pelampung. Saya menemukan satu orang dan teman saya juga satu orang," tutur Lukman Hakim usai menerima apresiasi dan penghargaan.

Setelah itu, tutur dia, ia dan rekannya menyisir perairan ke arah barat. Di perjalanan dia melihat ratusan buah nanas yang mengapung diduga berasal dari salah satu mobil yang ikut tenggelam pada peristiwa naas tersebut.

Dari sana, rasa penasaran terus menguat terkait keberadaan korban. Hingga akhirnya, dia menemukan satu korban lagi namun kondisinya sudah meninggal dunia. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved