Kunci Jawaban

Jawaban Modul 3 Lengkap PPG 2025, Makna, Urgensi dan Strategi Internalisasi Pendidikan Nilai

Jawaban Modul 3 Topik 2 PPG 2025, Makna, Urgensi dan Strategi Internalisasi Pendidikan Nilai

Freepik
ILUSTRASI KUNCI JAWABAN - Foto berasal dari Freepik. Jawaban Modul 3 Lengkap PPG 2025 

SRIPOKU.COM - Berikut jawaban modul 3 topik 2 PPG 2025.

Tentunya latihan pemahaman ini bisa memudahkan Bapak/Ibu guru untuk berlatih.

 Sub topik 1 : Urgensi Pendidikan Nilai

Baca juga: Kunci Jawaban Post Test Modul 3 PPG 2025, Latihan Pemahaman Filosofi Pendidikan dan Pendidikan Nilai

1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan nilai dalam konteks pendidikan nasional?
a. Pendidikan yang hanya berfokus pada mata pelajaran akademik
b. Proses pembelajaran yang menanamkan karakter, moral, dan etika pada peserta didik
c. Sistem pendidikan yang hanya mengutamakan keterampilan teknis
Jawaban : b

2. Apa hubungan antara pendidikan nilai dengan moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari?
a. Pendidikan nilai hanya mengajarkan teori moral tanpa praktik nyata
b. Pendidikan nilai membantu sia memahami dan menerapkan sikap moral yang baik
c. Pendidikan nilai hanya berlaku di sekolah dan tidak di kehidupan sehari-hari
d. Pendidikan nilai bun peraturan tanpa berpikir kritis lebih patuh pada peraturan tanpa berpikir kritis
e. Pendidikan nilai lebih berfokus pada aspek dibandingkan aspek moral
Jawaban : b

Cerita reflektif
Setelah membaca materi di atas, buatlah mindmap tentang urgensi pendidikan nilai dalam merespons fenomena sosial dan tantangan global. Anda dapat menambahkan referensi lain. Sertakan poin berikut: 1. Makna pendidikan nilai 2. Alasan pentingnya dalam sistem pendidikan 3. Kaitan dengan karakter, moral, dan etika sehari-hari 4. Nilai utama yang perlu ditanamkan 5. Fenomena sosial yang menantang 6. Tantangan global yang memengaruhi nilai 7. Peran pendidikan nilai dalam membentuk peserta didik

Jawaban
Urgensi Pendidikan Nilai dalam Merespons Fenomena Sosial dan Tantangan Global
1. Makna Pendidikan Nilai
Pendidikan nilai merupakan proses sadar dan sistematis untuk menanamkan prinsip-prinsip moral, etika, dan spiritual kepada peserta didik. Tujuan utamanya adalah membentuk manusia yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga bijak dalam bertindak dan memiliki kesadaran terhadap kebaikan universal. Pendidikan nilai membantu individu menginternalisasi nilai-nilai luhur yang menjadi landasan dalam berpikir, bersikap, dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari

2. Alasan Pentingnya Pendidikan Nilai dalam Sistem Pendidikan
Pendidikan nilai sangat penting untuk menjadi fondasi karakter bangsa. Dalam konteks pendidikan, nilai-nilai berperan sebagai pengarah perilaku siswa agar tumbuh menjadi pribadi yang bermoral, bertanggung jawab, dan memiliki integritas. Dengan pendidikan nilai, sekolah bukan hanya menjadi tempat transfer ilmu, tetapi juga tempat pembentukan karakter. Hal ini penting untuk mengatasi krisis moral seperti penyimpangan sosial, korupsi, dan intoleransi.

3. Kaitan Pendidikan Nilai dengan Karakter, Moral, dan Etika Sehari-hari
Pendidikan nilai berkaitan erat dengan pembentukan karakter, moral, dan etika dalam kehidupan siswa sehari-hari. Karakter yang kuat dan etika yang baik membantu siswa bersikap jujur, disiplin, serta menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan tanggung jawab. Selain itu, pendidikan nilai mendorong tumbuhnya empati dan kepedulian sosial yang sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat

4. Nilai Utama yang Perlu Ditanamkan
Beberapa nilai utama yang perlu ditanamkan dalam pendidikan antara lain: Kejujuran, sebagai dasar integritas:
- Tanggung jawab, untuk mengembangkan sikap mandiri
- Disiplin, demi keteraturan dan komitmen
- Kepedulian sosial, agar mampu berbagi dan membantu sesama; 
- Toleransi, untuk menghargai perbedaan:
- Keadilan, dalam memperlakukan sesama secara setara:
- Cinta tanah air, sebagai bentuk nasionalisme, dan
- Empati, untuk mengembangkan rasa kemanusiaan.

5. Fenomena Sosial yang Menantang
Fenomena sosial yang mengancam nilai-nilai luhur dalam masyarakat semakin kompleks.
Contohnya termasuk:
- Meningkatnya kekerasan dan bullying di lingkungan sekolah.
- Intoleransi yang muncul akibat perbedaan agama atau suku;
- Individualisme dan materialisme akibat pengaruh media sosial,
- Ketimpangan sosial dan diskriminasi yang melanggengkan ketidakadilan, serta
- Polarisasi opini yang tajam di ruang digital dan media.

6. Tantangan Global yang Mempengaruhi Nilai
Globalisasi membawa banyak manfaat, tetapi juga menimbulkan tantangan terhadap nilai-nilai lokal. Beberapa tantangan global antara lain:
- Budaya instan dan hedonisme yang mengikis nilai kerja keras dan kesederhanaan,
- Krisis identitas budaya lokal karena dominasi budaya luar,
- Isu lingkungan yang membutuhkan nilai etika ekologis:
- Perkembangan teknologi dan Al yang memicu dilema moral baru;
- Konflik internasional dan krisis kemanusiaan yang menuntut solidaritas global

7. Peran Pendidikan Nilai dalam Membentuk Peserta Didik
Pendidikan nilai memiliki peran strategis dalam membentuk peserta didik menjadi pribadi yang berkarakter kuat, berpikir kritis, dan memiliki kesadaran sosial. Melalui pendidikan nilai, siswa dididik untuk:
- Menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan demokratis:
- Memiliki empati dan solidaritas dalam menghadapi perbedaan;
- Mampu membuat keputusan etis dalam kehidupan pribadi dan sosial,
- Menjadi agen perubahan yang mampu menjawab tantangan lokal dan global,
- Menjunjung nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari.

Sub topik 2. Nilai-nilai Dasar dalam Pendidikan

Mengapa pendidikan nilai menjadi aspek penting dalam sistem pendidikan saat ini?
a. Karena bertujuan untuk menghasilkan siswa dengan nilai ujian yang tinggi.
b. Karena dapat membentuk karakter dan moral siswa dalam menghadapi tantangan global
c. Karena menggantikan peran keluarga dalam membentuk kepribadian anak
d. Karena hanya berlaku untuk jenjang pendidikan dasar.
e. Karena bertujuan untuk membatasi kebebasan berpikir siswa.
Jawaban : b

Cerita reflektif
Diskusikan dengan teman sejawat apa yang akan terjadi apabila tidak ada kesamaan nilai antara warga sekolah. Gunakan pertanyaan berikut untuk memulai diskusi: 1. Apakah ada perbedaan pandangan antara orang tua, peserta didik, dan guru tentang pendidikan nilai? 2. Apa yang mungkin terjadi apabila nilai yang dimiliki sekolah berbeda dengan nilai-nilai yang diajarkan orang tua peserta didik di rumah? 3. Apa yang dapat dilakukan untuk menjembatani perbedaan nilai ini?
Jawaban
1. Apakah ada perbedaan pandangan antara orang tua, peserta didik, dan guru tentang pendidikan nilai?
Ya, perbedaan pandangan kerap terjadi.
- Orang tua cenderung lebih menekankan nilai-nilai yang sesuai dengan latar belakang budaya, agama, dan lingkungan keluarga.
- Guru biasanya mengedepankan nilai-nilai yang tertuang dalam kurikulum dan visi sekolah seperti kedisiplinan, tanggung jawab, dan toleransi.
- Peserta didik, terutama remaja, bisa dipengaruhi oleh tren media sosial atau lingkungan sebaya, yang mungkin tidak sejalan dengan nilai sekolah maupun rumah.

Pertanyaan pemantik lanjutan:
"Bagaimana sekolah bisa memastikan bahwa nilai-nilai yang diajarkan tidak hanya berlaku di lingkungan kelas, tetapi juga diperkuat oleh keluarga?"

2. Apa yang mungkin terjadi apabila nilai yang dimiliki sekolah berbeda dengan nilai-nilai yang diajarkan orang tua peserta didik di rumah?
Ketika nilai sekolah dan nilai keluarga tidak selaras, bisa terjadi hal-hal berikut :
- Kebingungan moral pada peserta didik karena tidak ada acuan yang konsisten.
- Konflik antara sekolah dan orang tua, misalnya dalam penanganan kedisiplinan atau toleransi
- Ketidakefektifan pendidikan karakter, karena nilai yang diajarkan tidak diinternalisasi secara utuh oleh peserta didik
- Kurangnya rasa aman dan nyaman karena peserta didik merasa ditarik oleh dua norma yang berbeda

 Pertanyaan pemantik lanjutan:
"Pernahkah Anda mengalami situasi ketika orang tua tidak setuju dengan pendekatan nilai yang Anda ajarkan? Bagaimana Anda mengatasinya?"

3. Apa yang dapat dilakukan untuk menjembatani perbedaan nilai ini?
Beberapa pendekatan yang bisa dilakukan untuk menjembatani perbedaan nilai:
- Membangun komunikasi terbuka antara sekolah dan orang tua, misalnya melalui forum orang tua-guru atau dialog terbuka.
- Menyusun kode etik atau nilai bersama sekolah (school values) yang disepakati oleh semua warga sekolah.
- Melibatkan orang tua dalam pendidikan nilai, misalnya lewat program parenting atau kegiatan kolaboratif sekolah-rumah.
- Menanamkan nilai universal, seperti kejujuran, empati, dan tanggung jawab, yang relatif dapat diterima oleh semua pihak.
- Memberi ruang refleksi bagi peserta didik, agar mereka mampu memahami dan menyelaraskan nilai dari berbagai lingkungan

Pertanyaan pemantik lanjutan:
"Bagaimana kita dapat menciptakan nilai bersama di sekolah tanpa mengabaikan keberagaman yang ada?"
Kesimpulan Awal Diskusi (bisa diperluas oleh peserta diskusi):
Kesamaan nilai antarwarga sekolah sangat penting untuk menciptakan iklim belajar yang harmonis dan mendukung pembentukan karakter peserta didik secara menyeluruh.
Ketidaksamaan nilai dapat menjadi tantangan, namun juga peluang untuk memperkuat kolaborasi dan saling memahami antara sekolah dan keluarga.

Sub topik 3. Strategi Internalisasi dan Pengembangan Nilai dalam Pembelajaran

1. Sebutkan dua strategi utama dalam menginternalisasi nilai dalam pembelajaran!
a. Ceramah panjang dan ujian tertulis.
b. Pembelajaran berbasis pengalaman dan keteladanan guru.
c. Memberikan tugas rumah dan ujian akademik ketat.
d. Hanya mengajarkan nilai melalui pelajaran agama.
e. Memperbanyak kegiatan ekstarkulikuler tanpa pengawasan
Jawaban : b

2. Seorang guru menghadapi kelas dengan beragam latar belakang budaya. Bagaimana strategi internalisasi nilai yang dapat diterapkan agar peserta didik memiliki sikap toleransi?
a. Menyediakan materi pelajaran yang sama tanpa memperhatikan latar belakang budaya siswa.
b. Mengadakan diskusi dan kegiatan berbasis kolaborasi antar siswa dari berbagai latar belakang.
c. Menghindari topik keberagaman agar tidak terjadi konflik di kelas.
d. Memaksa siswa untuk mengikuti satu budaya tertentu yang dianggap dominan.
e. Mengajarkan toleransi hanya dalam mata pelajaran agama tanpa penerapan dalam kehidupan sekolah
Jawaban : b

Cerita reflektif
Setelah menelaah informasi, lakukan refleksi berdasarkan praktik mengajar Bapak/Ibu di sekolah. Tuliskan jawaban dari pertanyaan berikut: 1. Bagaimana Bapak/Ibu mengaitkan nilai nasional dan universal dengan konteks sekolah? 2. Apa pengalaman Bapak/Ibu dalam menerapkan strategi internalisasi nilai dari referensi yang dipelajari? 3. Apa yang bisa Bapak/Ibu dan sekolah lakukan agar proses ini berjalan efektif?

1. Bagaimana Bapak/Ibu mengaitkan nilai nasional dan universal dengan konteks sekolah?
Dalam praktik mengajar, saya selalu berupaya mengaitkan nilai-nilai nasional seperti gotong royong, kejujuran, dan cinta tanah air dengan nilai-nilai universal seperti empati, toleransi, dan tanggung jawab. Misalnya, saat membahas topik keberagaman di kelas, saya menekankan pentingnya toleransi sebagai nilai universal, sekaligus mengaitkannya dengan sila ketiga Pancasila "Persatuan Indonesia". Nilai-nilai tersebut saya kaitkan dengan kehidupan nyata peserta didik di sekolah melalui diskusi, proyek kelompok lintas budaya, dan kegiatan pelayanan sosial

2. Apa pengalaman Bapak/Ibu dalam menerapkan strategi internalisasi nilai dari referensi yang dipelajari?
Salah satu strategi yang saya terapkan adalah modeling dan pembelajaran berbasis proyek. Sebagai guru, saya berusaha menjadi teladan dalam hal kedisiplinan, empati, dan kerja sama. Saya juga memfasilitasi peserta didik dalam membuat proyek kelas yang mengangkat tema nilai, seperti kampanye anti perundungan atau proyek kebersihan sekolah. Melalui kegiatan tersebut, peserta didik tidak hanya memahami nilai secara kognitif, tetapi juga mengalaminya secara langsung. Strategi refleksi harian dan jurnal pribadi juga saya gunakan agar peserta didik dapat merenungkan sikap dan perilaku mereka.

3. Apa yang bisa Bapak/Ibu tingkatkan agar proses internalisasi nilai menjadi lebih efektif?
Saya menyadari bahwa konsistensi dalam menanamkan nilai masih perlu saya tingkatkan, baik dalam komunikasi di kelas maupun dalam penegakan disiplin. Saya juga ingin memperluas kolaborasi dengan guru lain dan orang tua agar nilai-nilai yang diajarkan di sekolah sejalan dengan lingkungan rumah. Selain itu, saya berencana memanfaatkan teknologi dengan membuat media interaktif yang mengangkat nilai-nilai karakter agar peserta didik lebih antusias dan terlibat dalam proses pembelajaran nilai.

Sub topik 4. Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat

Seorang guru memperhatikan bahwa banyak siswa di kelasnya sulit bekerja sama dalam tugas kelompok. Berdasarkan konsep 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, strategi apa yang paling efektif untuk membantu siswa mengembangkan kebiasaan bekerja sama?
a. Membagi peran secara tegas dalam kelompok dan memberikan sanksi kepada siswa yang tidak bekerja sesuai tugasnya.
b. Mendorong siswa untuk mengutamakan prinsip "Berpikir Menang-Menang dengan saling menghargai, berbagi tanggung jawab, dan mencari solusi bersama
c. Menugaskan siswa untuk menyelesaikan tugas kelompok secara individu terlebih dahulu, lalu membandingkan hasilnya dalam diskusi kelas.
d. Mernilih satu siswa dalam kelompok sebagai pemimpin tetap yang bertanggung jawab penuh terhadap hasil kerja kelompok.
e. Membiarkan siswa menyelesaikan tugas dengan cara mereka sendiri
Jawaban : b

Cerita reflektif
Berdasarkan video yang Bapak/Ibu simak, bagaimana respon atau pendapat Bapak/Ibu terhadap program 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat? Sebagai guru, bentuk dukungan apa yang dapat Bapak/Ibu berikan agar Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat ini berjalan dengan baik?
Jawaban :
Respon atau Pendapat terhadap Program 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat Saya sangat mengapresiasi dan mendukung penuh program 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Program ini tidak hanya membentuk karakter anak secara utuh, tetapi juga menanamkan nilai-nilai positif yang sangat relevan dengan tantangan zaman. Ketujuh kebiasaan seperti bertanggung jawab, jujur, peduli, dan mandiri sangat dibutuhkan dalam membangun generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga matang secara emosional dan spiritual.

Program ini menurut saya sangat relevan dengan misi pendidikan nasional dan sejalan dengan Profil Pelajar Pancasila. Anak-anak yang dibiasakan sejak dini dengan nilai-nilai ini akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, berintegritas, serta mampu hidup dalam keberagaman.

Bentuk Dukungan yang Dapat Diberikan sebagai Guru
Sebagai guru, saya dapat memberikan dukungan nyata dengan beberapa cara:
1. Mengintegrasikan 7 kebiasaan dalam pembelajaran harian
Saya akan menyisipkan kebiasaan-kebiasaan tersebut dalam kegiatan belajar, misalnya mengawali pelajaran dengan refleksi tanggung jawab, memberi ruang bagi siswa untuk menunjukkan kepedulian dalam kerja kelompok dan memberi penghargaam atas sikap jujur

2. Menjadi teladan bagi peserta didik
Saya menyadari bahwa guru adalah cermin bagi peserta didik. Oleh karena itu, saya berupaya untuk menunjukkan sikap yang mencerminkan kebiasaan-kebiasaan tersebut, seperti tepat waktu, menghargai perbedaan, dan menyelesaikan tugas dengan tanggung jawab.

3. Membuat budaya kelas positif
Saya akan membangun budaya kelas yang mendukung penguatan karakter, seperti menyusun aturan kelas bersama berdasarkan nilai-nilai 7 kebiasaan, memberikan penghargaan atas perilaku baik, dan membuat pojok inspirasi di kelas yang berisi cerita tentang tokoh atau peristiwa yang mencerminkan kebiasaan-kebiasaan hebat tersebut.

4. Melibatkan orang tua dan komunitas sekolah
Saya juga akan menjalin komunikasi aktif dengan orang tua dan mengajak mereka untuk menerapkan 7 kebiasaan ini di rumah, agar terjadi kesinambungan antara pendidikan karakter di sekolah dan di lingkungan keluarga.

Kesimpulan
Program 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat adalah langkah strategis dalam mencetak generasi emas Indonesia. Dukungan aktif dari guru sangat diperlukan, tidak hanya melalui pengajaran, tetapi juga dengan menjadi contoh hidup dari nilai-nilai yang ingin ditanamkan. Dengan sinergi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat, saya yakin program ini bisa memberikan dampak besar bagi masa depan bangsa.

Sub topik 5.Peran Guru dalam Pendidikan Nilai

1. Teknologi dan media sosial seringkali berdampak negatif terhadap moral peserta didik. Bagaimana seorang guru dapat memanfaatkan teknologi untuk tetap menanamkan nilai-nilai positif?
a. Menggunakan media sosial dan internet untuk berbagi konten pendidikan dan nilai-nilai positif.
b. Melarang penggunaan media sosial secara total bagi siswa.
c. Membiarkan siswa bebas menggunakan teknologi tanpa pengawasan
d. Menghindari penggunaan teknologi dalam pembelajaran karena dapat mengalihkan fokus siswa.
e. Menggunakan teknologi hanya untuk memberikan tugas tanpa interaksi dengan siswa
Jawaban : a

Cerita reflektif
1. Siapa yang bertanggungjawab dalam pendidikan nilai di sekolah? Guru Pendidikan Agama dan Budi Pekerti? Guru Pendidikan Pancasila? Atau semua guru, apapun mata pelajarannya?
2. Peran apa yang dapat Bapak/Ibu lakukan dalam pendidikan nilai? 3. Strategi apa yang akan Bapak/Ibu gunakan sebagai bentuk komitmen dalam menjalankan hasil pembelajaran dari materi ini?

Jawaban :
1. Siapa yang bertanggung jawab dalam pendidikan nilai di sekolah?
Pendidikan nilai bukanlah tanggung jawab guru Pendidikan Agama dan Budi Pekerti atau guru Pendidikan Pancasila saja. Semua guru, apapun mata pelajarannya, memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai kepada peserta didik. Nilai tidak hanya diajarkan melalui materi pelajaran, tetapi juga ditransformasikan melalui keteladanan, interaksi sehari-hari, dan budaya sekolah yang tercipta dari kolaborasi semua pendidik. Setiap guru adalah figur panutan yang dapat membentuk karakter melalui cara mengajar, memberi umpan balik, dan membangun relasi dengan siswa.

2. Peran apa yang dapat Bapak/Ibu lakukan dalam pendidikan nilai?
Sebagai guru, saya dapat memainkan beberapa peran strategis dalam pendidikan nilai:
- Teladan (role model): Menunjukkan sikap positif seperti disiplin, jujur, dan bertanggung jawab dalam keseharian di sekolah.
- Fasilitator: Menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan siswa mengekspresikan pendapat, menghargai perbedaan, dan belajar dari pengalaman nyata.
- Pembimbing: Memberikan bimbingan moral dan etika, baik saat pembelajaran maupun dalam situasi non-formal seperti kegiatan ekstrakurikuler.
- Pengintegrasi nilai: Menyisipkan nilai-nilai karakter dalam setiap mata pelajaran, misalnya melalui studi kasus, cerita inspiratif, dan diskusi reflektif yang relevan dengan topik pelajaran.

3. Strategi apa yang akan Bapak/Ibu gunakan sebagai bentuk komitmen dalam menjalankan hasil pembelajaran dari materi ini?
Untuk mewujudkan komitmen dalam pendidikan nilai, saya akan menerapkan beberapa strategi berikut:
- Integrasi nilai dalam pembelajaran: Saya akan merancang RPP atau modul ajar yang tidak hanya berfokus pada kompetensi akademik, tetapi juga mencantumkan indikator karakter dan aktivitas yang membangun nilai-nilai tersebut.
- Refleksi harian atau mingguan: Mengajak siswa melakukan refleksi tentang nilai-nilai yang mereka praktikkan selama proses belajar, baik melalui jurnal, diskusi, atau sesi berbagi pengalaman.

Sub topik 7. Komitmen saya untuk Pendidikan Nilai

1. Sebagai seorang guru, bagaimana strategi terbaik dalam menerapkan pendidikan karakter dalam kurikulum sekolah?
a. Menjadikan pendidikan karakter sebagai program ekstrakulikuler bagi siswa bermasalah
b. Mengintegritaskan pendidikan karakter ke dalam semua mata pelajaran dengan metode refleksi, diskusi kasus dan proyek berbasis nilai
c. Menerapkan sistem reward bagi siswa yang menunjukkan prilaku baik
d. Mengendalikan wali kelas untuk menanamkan nilai-nilai karakter tanpa perlu interveasi dalam mata pelajaran lainnya
e. Membuat peraturan sekolah yang ketat dengan hukuman bagi siswa yang melanggar
Jawaban : b

2. Sebuah sekolah ingin menjadikan dirinya sebagai pusat pendidikan nilai di komunitasnya. Susun strategi dalam bentuk urutan tahapan bagaimana sekolah bisa membangun budaya nilai yang kuat!
a. Membentuk kurikulum berbasis nilai Melatih guru Melibatkan orang tua Mengadakan kegiatan berbasis nilai Menyebarkan dampak ke masyarakat.
b. Mengadakan kegiatan berbasis nilai Melatih guru Membentuk kurikulum berbasis nilai Menyebarkan dampak ke masyarakat Melibatkan orang tua.
c. Menerapkan sistem reward bagi siswa yang menunjukkan perilaku baik
d. Mengandalkan wali kelas untuk menanamkan nilai-nilai karakter tanpa perlu intervensi dalam mata pelajaran lainnya.
e. Membuat peraturan sekolah yang ketat dengan hukuman bagi siswa yang melanggar
Jawaban : b

Cerita reflektif
Setelah mempelajari topik ini, Apa yang menjadi komitmen Bapak/Ibu dalam menerapkan pendidikan nilai dalam kehidupan pribadi dan kegiatan pembelajaran?
Jawaban :
Komitmen dalam Menerapkan Pendidikan Nilai dalam Kehidupan Pribadi dan Kegiatan Pembelajaran
Setelah mempelajari topik ini, saya semakin menyadari bahwa pendidikan nilai bukan hanya bagian dari kurikulum, tetapi merupakan jiwa dari proses pendidikan itu sendiri. Pendidikan nilai harus hidup dalam tindakan nyata, bukan hanya dalam wacana atau teori.
Sebagai guru, komitmen saya adalah menjadikan diri saya pribadi yang konsisten menjalankan nilai-nilai yang saya ajarkan. Dalam kehidupan pribadi, saya akan

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved