Pelayanan Haji Reguler Indonesia Raih Grade D dalam Standar Global, Desak Tingkatkan Mutu Segera

Berdasarkan standar layanan haji internasional, pelayanan jemaah haji reguler Indonesia masih berada di grade D.

Editor: adi kurniawan
TRIBUNNEWS.COM/ADI SUHENDI
LAYANAN HAJI - Suasana di tempat tawaf usai Mekkah ditinggal jutaan jemaah haji. Pelayanan Haji Reguler Indonesia Raih Grade D dalam Standar Global, Desak Tingkatkan Mutu Segera 

SRIPOKU.COM -- Berdasarkan standar layanan haji internasional, pelayanan jemaah haji reguler Indonesia masih berada di grade D.

Hal ini berdasarkan sorotan Tim Pengawas Haji DPR RI, temuan lapangan menunjukkan bahwa fasilitas yang diberikan paling rendah dalam standar layanan haji internasional.

Kondisi ini memicu desakan keras dari Anggota Timwas sekaligus Wakil Ketua DPR RI, Adies Kadir, agar Indonesia mampu memberikan layanan setara grade B dengan pengelolaan anggaran yang lebih efisien.

Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dan RDP Umum (RDPU) di Alqimma Hall, Makkah, Arab Saudi, Senin (2/6/2025), Adies Kadir mengungkapkan keprihatinannya.

"Ada satu hal memang yang cukup membuat kita miris. Ternyata, fasilitas haji itu dibagi dalam grade A, B, C, dan D. Dan yang cukup membuat kami agak terpukul, disampaikan bahwa jemaah haji Indonesia adalah yang paling murah dan masuk dalam grade D," ujarnya.

Adies mengacu pada penjelasan dari penyedia transportasi dan akomodasi Sarikah yang memaparkan peringkat layanan haji berdasarkan biaya dan fasilitas.

Ia menegaskan bahwa Indonesia memiliki kapasitas keuangan dan jumlah dana haji yang cukup besar untuk menaikkan mutu pelayanan jemaah.

"Kita ini mampu ke grade B. Jemaah reguler itu bisa mendapatkan fasilitas seperti jemaah ONH Plus, seperti bed sofa. Mestinya bisa. Dan mungkin kalau pengelola haji nanti bisa hitung lebih baik, kemungkinan cost haji itu masih bisa diturunkan tapi fasilitas tetap ditingkatkan," tegas Adies.

Evaluasi ini menjadi catatan penting bagi Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) serta Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU).

Adies menekankan bahwa fokus harus diarahkan pada peningkatan kualitas layanan, bukan hanya soal efisiensi anggaran semata.

"Tahun ini kita agak toleransi sedikit karena ini baru pertama kali. Tapi, ke depan ini PR besar kita. Yang penting, bukan cari kesalahan, tapi bagaimana jemaah reguler yang jumlahnya 203.500 orang ini bisa mendapatkan fasilitas yang nyaman selama ibadah haji, apalagi di puncak ibadah di Armuzna yang paling berat," jelasnya.

Selain fasilitas, Adies juga menyoroti kondisi ekstrem yang dialami jemaah di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).

Suhu tinggi berpotensi besar mengganggu kesehatan jemaah, sehingga semua perubahan teknis pelayanan harus menjamin kenyamanan tanpa menambah beban.

"Kami minta Dirjen Haji memastikan bahwa jemaah kita mendapatkan pelayanan yang membuat mereka nyaman, bisa ibadah dengan baik, dan tidak stres," lanjut Adies.

Persoalan distribusi makanan dan layanan kesehatan pun tak luput dari perhatian. Adies mengungkap adanya laporan bahwa tenaga medis Indonesia sempat mengalami kendala karena perizinan dari otoritas Arab Saudi belum tuntas.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved