TKW Asal Prabumulih Minta Pulang
Ibu TKW Asal Prabumulih Menangis Mohon Bantuan Pemerintah Pulangkan Anaknya dari Singapura
Nilawati mengungkapkan bahwa Puspa Dewi awalnya bekerja di Malaysia pada 2022 melalui jalur ilegal.
Penulis: Edison Bastari | Editor: Odi Aria
SRIPOKU.COM, PRABUMULIH- Nilawati (54), ibu dari Puspa Dewi (36), seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI), hanya bisa menangis dan pasrah saat menceritakan nasib anaknya yang kini terjebak di Singapura.
Puspa Dewi, yang sudah lebih dari sebulan bekerja di Singapura itu mengaku tak tahan dengan tekanan dari majikannya dan ingin pulang ke Indonesia.
Namun, Nilawati yang tinggal di Prabumulih, Sumatera Selatan, mengaku tidak memiliki uang untuk membayar biaya pemulangan anaknya yang dituntut oleh agen sebesar Rp 26 juta.
Kisah sedih ini terungkap saat Nilawati ditemui di rumahnya di Jalan Pendawa RT 02 RW 05, Kelurahan Karang Raja, Kecamatan Prabumulih Timur, pada Kamis (13/2).
Dalam wawancara tersebut, Nilawati mengungkapkan bahwa Puspa Dewi awalnya bekerja di Malaysia pada 2022 melalui jalur ilegal.
Setelah kontraknya habis, Puspa Dewi pulang ke Prabumulih pada Agustus 2024, namun kembali berangkat ke Singapura pada Januari 2025 melalui jalur legal dengan menggunakan calling visa.
Sesampainya di Singapura, Puspa Dewi bekerja dengan seorang majikan asal India, namun hanya bertahan selama tujuh hari.
Puspa Dewi mengaku merasa tertekan, bahkan sempat mengancam untuk bunuh diri karena tak tahan dengan kondisi tersebut.
“Dia nangis terus dan ingin pulang. Saya terus menasehati agar tidak melakukan hal yang nekat,” kata Nilawati dengan mata berlinang.
Setelah itu, agen membawa Puspa Dewi ke tempat penampungan dan meminta uang Rp 26 juta untuk biaya pemulangan, yang mencakup tiket pesawat, akomodasi, dan biaya lainnya yang ditanggung oleh agen.
Namun, Nilawati yang tak memiliki uang, merasa terjebak dan tak bisa membayar. “Agen memberi waktu lima hari untuk membayar, tetapi saya tidak bisa,” ungkapnya dengan suara lirih.
Puspa Dewi pun akhirnya dipindahkan ke majikan baru, seorang warga Tionghoa, namun kondisi psikologisnya semakin memburuk. Dia terus menangis dan tidak mau bekerja.
“Dia tidak pernah menerima gaji selama di Singapura. Gaji yang dijanjikan sebesar 550 dolar Singapura belum dibayar,” jelas Nilawati.
Dengan air mata yang terus mengalir, Nilawati berharap pemerintah Indonesia, khususnya pemerintah daerah Prabumulih, dapat membantu memulangkan anaknya.
“Pulangkan anak kami, karena dia meninggalkan dua anak kecil yang masih membutuhkan kasih sayang ibunya,” katanya dengan penuh harap.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.