Mata Lokal Desa

Mengenal Kampung Palembang, Warisan Budaya Perlahan Tergurus Zaman, Ada Rumah Limas Usia 200 Tahun

Kampung Palembang mungkin terdengar sedikit asing bagi sebagian besar orang di kota pempek.

Penulis: Angga | Editor: Odi Aria
Sripoku.com/Angga Azka
Suasana Kampung Palembang di Jalan KH Azhari, Lorong Firma H. Akil, Kelurahan 4 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I Palembang, Rabu (4/12/2024). 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG- Kampung Palembang mungkin terdengar sedikit asing bagi sebagian besar orang di kota pempek.

Meskipun berada di tempat yang cukup strategis, tepatnya di Jalan KH Azhari, Lorong Firma H. Akil, Kelurahan 4 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I Palembang, tempat ini jarang dikunjungi wisatawan.

Di Google Maps pun, lokasi Kampung Palembang sulit ditemukan.

Namun, ketika memasuki Lorong Firma H. Akil, pengunjung akan disuguhkan pemandangan yang kental dengan nuansa Palembang dan Belanda.

Rumah-rumah panggung khas Palembang, yaitu rumah Bari atau rumah limas, yang sudah berusia lebih dari dua ratus tahun masih terjaga keasliannya.

Menurut Dian Rahmanto, keturunan ke-5 dari H. Akil yang pertama kali menetap di pesisir Sungai Musi bagian Seberang Ulu I, rumah limas ini memiliki nilai sejarah yang tinggi.

“Rumah limas ini sudah 200 tahun lebih terjaga keasliannya,” ungkap Dian saat ditemui di lokasi, Rabu (4/12/2024).

Dian menjelaskan, Kampung Palembang disebut demikian karena sebagian besar penduduknya merupakan keturunan Melayu dan Jawa, dengan banyaknya rumah limas yang masih kokoh berdiri.

Rumah limas ini memiliki filosofi yang mendalam, seperti arti dari kekijing, yaitu setiap tingkatannya diatur berdasarkan penghuninya, mulai dari usia, jenis kelamin, bakat, jabatan, hingga martabat.

“Rumah limas memiliki filosofi tersendiri. Misalnya, di atas atap rumah, ada simbol tanduk kambing dan bunga melati.

Melati melambangkan kerukunan dan keagungan, sedangkan tanduk kambing yang berjumlah dua melambangkan Adam dan Hawa, tiga tanduk melambangkan matahari, bulan, dan bintang, serta lima tanduk melambangkan rukun Islam,” jelas Dian.

Ia juga menambahkan bahwa tingkat tertinggi dari rumah limas biasanya dihuni oleh orang yang dihormati atau dihargai.

Namun, meskipun rumah limas masih terjaga, kebudayaan Palembang di kampung ini sudah mulai luntur.

"Kebudayaan di sini sudah banyak habis, paling hanya ada saat lamaran," ungkap Dian.

Ia berharap ada perhatian lebih dari pemerintah untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan yang ada di Kampung Palembang, sehingga selain menjadi lokasi foto yang menarik, juga bisa menjadi tempat untuk melihat dan merasakan kebudayaan yang lebih dalam.

"Harapannya ada sentuhan dari pemerintah agar kebudayaan ini bisa berkembang lagi," kata Dian.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved