Berita UMKM

Pria Tamatan SMP di Banyuasin yang Sukses Kuliahkan Anak dari Usaha Tahu Goreng

"Alhamdulillah, anak-anak semuanya sudah selesai kuliah. Sekarang juga sudah bekerja. Meski mereka bekerja, terkadang juga ikut membantu bila

Penulis: Ardiansyah | Editor: Yandi Triansyah
SRIPOKU.COM / Ardiansyah
Pekerja tahu goreng ketika menggoreng tahu yang sudah selesai dicetak,di Jalan Pasir, Kelurahan Sukajadi Kecamatan Talang Kelapa, Banyuasin Senin (212/8/2024). 

SRIPOKU.COM, BANYUASIN - Rajab pria tamatan SMP di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel), berhasil memberikan pendidikan kepada semua anaknya hingga ke jenjang perguruan tinggi dari usaha tahu goreng yang ia geluti. 

Rajab sukses meneruskan usaha tahu goreng yang dirintis oleh sang ayah sejak tahun 1980 an. 

Usaha tahu goreng turun temurun itu tidak hanya memberikan kehidupan bagi Rajab dan keluarga, namun ia berhasil memberikan pendidikan yang tinggi kepada anak-anaknya. 

"Alhamdulillah, anak-anak semuanya sudah selesai kuliah. Sekarang juga sudah bekerja. Meski mereka bekerja, terkadang juga ikut membantu bila sedang libur," kata Rajab, Senin (12/8/2024).

Tahu goreng yang dijalani Rajab merupakan usaha yang diteruskan dari sang ayah yakni Mbah Solihin atau akrab disapa Mbah Tahu

Rajab ikut terlibat saat sang ayah merintis usaha tersebut termasuk setiap proses pembuatan tahu goreng.

Hingga bungsu dari keluarga Mbah Tahu ini, berinisiatif untuk meneruskan usaha yang telah dirintis orangtuanya setelah tiada. 

Pria kelahiran Sukajadi pada 12 Agustus 1972 ini, terus berupaya untuk  mempertahankan usaha yang telah dirintis sang ayah.  

Hingga kini, Rajab terus memproduksi tahu goreng. 

Hasilnya, setiap hari dijual ke seputaran Kecamatan Talang Kelapa

Pedagang tahu goreng keliling biasanya yang datang dan mengambil tahu di tempat produksi Rajab.

Menurut pria tamatan SMP PGRI, pembuat tahu goreng yang ada di Jalan Pasir, Kelurahan Sukajadi Kecamatan Talang Kelapa, Banyuasin, terus berusaha untuk bertahan di tengah tidak stabilnya harga kedelai. 

Terkadang, bila harga kedelai naik drastis, mereka lebih memilih mengurangi produksi. 

Harga kedelai sangat mempengaruhi jumlah produksi tahu yang mereka buat.
Produksi akan mengalami penurunan, bila kedelai mahal. 

"Harga yang tidak stabil, namun kami tetap berusaha bertahan. Tinggal menyiasati, bagaimana tetap bisa produksi dan juga menghidupi keluarga," kata Rajab.

Lanjutnya, selain harga bahan baku yang tidak stabil, kendala lain yang sering dihadapi adanya penurunan penjualan. 

Para penjual tahu keliling yang biasa mengambil ditempatnya, juga mengurangi jumlah pengambilan. Sehingga, mau tidak mau harus mengurangi produksi tahu goreng. 

Bila biasanya, sekali produksi tahu goreng membutuhkan sekitar 100 kg kedelai. 

Namun, bila harga sedang mahal dan adanya pengurangan pengambilan tahu goreng, mereka lebih memilih memproduksi  tahu dengan bahan baku sekitar 60 kg sampai 75 kg saja. 

"Kami ini UMKM, jadi bila harga kedelai mahal terkendala dengan tambahan modal. Jadi, inisiatifnya mengurangi jumlah produksi. Kalau bisa, pemerintah ada perhatian juga kepada kami sebagai UMKM ini," ungkapnya. 

Rajab juga berharap, ada peran serta pemerintah daerah untuk membantu memfasilitasi pinjaman modal tanpa bunga bagi pelaku UMKM sepertinya. 

Karena, usaha yang telah dirintis sejak tahun 1980 inilah menjadi satu-satunya usaha untuk menghidupi keluarga dan juga beberapa pekerja di tempat tersebut. 

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved