Opini

Mimpi Tentang Kesejahteraan yang Merata di Balik Turunnya Angka Kemiskinan

BPS Sumsel baru saja merilis data tentang turunnya angka kemiskinan. Berita tersebut tentu cukup menggembirakan bagi berbagai pihak.

Editor: Yandi Triansyah
Handout
Rillando Maranansha Noor, S.E., ASN BPS Kabupaten OKU Timur. 

Oleh: Rillando Maranansha Noor, SE Fungsional Statistisi BPS Kabupaten OKU Timur


SRIPOKU.COM -  BPS Sumsel baru saja merilis data tentang turunnya angka kemiskinan. Berita tersebut tentu cukup menggembirakan bagi berbagai pihak.

Mimpi banyak orang tentang penyelesaian masalah kemiskinan seakan mulai menemui titik terang, meski tentu perjalanan menuju bebas kemiskinan masih teramat panjang dan terjal.

Namun, mimpi itu gratis, maka bermimpilah setinggi-tingginya. Salah satu mimpi bersama yang ingin kita wujudkan adalah tentang kesejahteraan yang merata.

Menilik data satu dasawarsa ini, kemiskinan di Sumatera Selatan menunjukkan tren penurunan, baik secara jumlah maupun persentase.

Pada Maret 2014 kemiskinandi Sumatera Selatan sebesar 13,91 dan turun menjadi 10,97 pada Maret 2024. Penurunan yang terjadi hampir mencapai 3 persen.

Begitu pula bila dilihat dari jumlah penduduk miskinnya, pada tahun 2014 sejumlah 1100,83 ribu orang menjadi 984,24 ribu orang atau berkurang sekitar 116 ribu orang.

Bagaimana bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya? Bila dilihat dari persentasenya, penduduk miskin pada Maret 2024 tercatat sebesar 10,97 persen, mengalami penurunan 0,81 persen poin terhadap Maret 2023 yang sebesar 11,78 persen.

Begitu pula bila dilihat dari jumlah penduduknya, di Sumatera Selatan pada Maret 2024 jumlah penduduk miskin mencapai 984,24 ribu orang atau turun 61,4 ribu orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2023 yang berjumlah 1.045,68 ribu orang.

Penurunan angka kemiskinan tersebut patut diapresiasi. Upaya nyata pemerintah melalui berbagai program dan kebijakan pengentasan kemiskinannya mampu menurunkan angka kemiskinan. Komitmen pemerintah terlihat nyata dalam hal ini.

Namun tentu perlu dilihat juga secara lebih mendalam apakah kesenjangan antara si miskin dan si kaya semakin menganga atau mulai sedikit mingkem. Jangan sampai si kaya semakin kaya dan si miskin semakin miskin atau dengan kata lain si kaya makin memiliki segalanya dan si miskin semakin tak memiliki apa-apa.

Bicara kesenjangan tentu kita harus melihat gini ratio. BPS Provinsi Sumatera Selatan dalam satu tahun terakhir atau pada periode Maret 2023-Maret 2024 mencatat Gini Ratio Sumatera Selatan mengalami penurunan dari 0,338 keadaan Maret 2023 menjadi 0,333 pada Maret 2024.

Selain Gini Ratio, ukuran ketimpangan lain yang sering digunakan adalah persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah atau yang dikenal dengan ukuran Bank Dunia. Berdasarkan ukuran ini, tingkat ketimpangan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu tingkat ketimpangan tinggi jika persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah angkanya di bawah 12 persen, ketimpangan sedang jika angkanya berkisar antara 12–17 persen, serta ketimpangan rendah jika angkanya berada di atas 17 persen.

Pada Maret 2024, persentase pengeluaran pada kelompok 40 persen terbawah adalah sebesar 19,91 persen yang berarti ada pada kategori ketimpangan rendah. Kondisi ini tidak mengalami perubahan jika dibandingkan dengan Maret 2023 yang juga sebesar 19,91 persen.

Jika dibedakan menurut daerah, pada Maret 2024 persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah di daerah perkotaan adalah sebesar 18,69 persen.

Halaman
12
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved