Mimbar Jumat: Pendidikan Nilai Berkurban
Ibadah kurban ini dilakukan oleh seluruh umat Islam dunia di hari yang sama, dengan bentuk hewan baik berupa kambing, sapi, atau unta
Oleh: Dr. Hj. Choirun Niswah, M.Ag.
Dosen FITK UIN Raden Fatah Palembang
SECARA harfiah berkurban adalah memotong hewan ternak untuk dipersembahkan kepada Allah yang dilaksanakan pada bulan Zulhijah pada tanggal 10 (Idul Adha) serta 11, 12, dan 13 (hari Tasyrik).
Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Allah Swt. memberi perintah melalui mimpi kepada Nabi Ibrahim as untuk mempersembahkan puteranya Ismail a.s.
Mereka mematuhi perintah tersebut dan tepat saat Nabi Ismail a.s. akan disembelih, Allah menggantinya dengan domba (Al-Qur’an 37: 102-107).
Tidaklah turun suatu perintah atau larangan dalam syariat Islam melainkan untuk kebaikan manusia. Seringan dan seberat apapun perintah dan larangan tersebut maka yang telah ditetapkan dalam wahyu wajib untuk diamalkan sekuat tenaga.
Ibadah kurban ini dilakukan oleh seluruh umat Islam dunia di hari yang sama, dengan bentuk hewan baik berupa kambing, sapi, atau unta. Perintah kurban dengan karakteristik ini telah mencerminkan Islam sebagai agama yang universal dan relevan di berbagai tempat dan zaman.
Ayat dalam Al-Qur'an tentang ritual kurban antara lain surat Al-Kautsar ayat 2: Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah (anhar).

Sementara hadis yang berkaitan dengan kurban antara lain: Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berkurban, maka janganlah ia mendekati tempat salat Ied kami.” HR. Ahmad dan ibn Majah.
Mayoritas ulama dari kalangan sahabat, tabiin, tabi’-tabiin, dan ahli fikih (fuqaha) menyatakan bahwa hukum kurban adalah sunah muakad (utama), dan tidak ada seorangpun yang menyatakan wajib, kecuali Abu Hanifah (tabiin). Ibnu Hazm menyatakan: “Tidak ada seorang sahabat Nabi pun yang menyatakan bahwa kurban itu wajib.
Jika dikaji lebih mendalam, selain sebagai perintah Allah yang mulia, ibadah kurban juga memiliki nilai-nilai pendidikan yang dapat mencerdaskan manusia, baik kecerdasan intelektual, spiritual, emosional maupun sosial. Ibadah ini memiliki figur yang dapat dijadikan suri teladan bagi kita seperti Nabi Ibrahim a.s.
Sebagai figur yang baik beliau berhasil dan sukses sebagai kepala rumah tangga, orang tua dalam mendidik dan mengembangkan potensi intelektual, emosional dan spiritual keluarga. Berikut pendidikan nilai dalam berkurban.
Pertama, Pendidikan Keimanan (tauhid), tujuan dari syariat ibadah kurban ini disebutkan dalam Al-Quran, yaitu membentuk pribadi yang bertauhid, taat, bersyukur, dan muhsin (Al-Qur’an, 22: 34-37). sungguh keimanan yang begitu luar biasa kokoh diperlihatkan Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s.
Buah dari keimanan mereka adalah melaksanakan perintah penyembelihan dari Allah Swt. Mereka siap untuk melakukan apa saja yang diperintahkan Allah, termasuk mengorbankan orang yang disayangi bahkan nyawanya sekalipun.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa suatu ibadah akan mudah terlaksana bila dilandasi dengan iman yang kuat.
Inilah bentuk pendidikan tauhid dalam ibadah kurban di mana dalam aplikasinya terdapat berbagai bentuk cerminan ketauhidan seseorang baik berupa ikhlas dalam ibadah, taat pada perintah, dan pengorbanan harta yang semua itu tidak akan terjadi kecuali dengan tauhid yang benar.
Kedua Pendidikan Ibadah, ini merupakan tanda kecintaan hamba kepada Tuhannya, bukti mendekatkan diri kepada-Nya dengan amalan hati, lisan, dan anggota badan.
Terkhusus menyembelih hewan kurban, ibadah ini merupakan bentuk pengorbanan harta seseorang untuk Dzat yang dicinta yaitu Allah.
Ketiga, Pendidikan Akhlak. Ibadah kurban secara fundamental telah mengajarkan urgensi akhlak mulia seorang anak kepada ayahnya.
Hal ini terlihat ketika Nabi Ibrahim a.s menyampaikan perintah Allah agar ia menyembelih puteranya Nabi Ismail a.s.
Nabi Ismail sebagai seorang anak yang terbina dengan ketauhidan yang kuat tanpa ragu mematuhi perintah ayahnya.
Sikap Nabi Ibrahim a.s sekeluarga dalam merespons perintah penyembelihan dari Allah Swt. yaitu: Doa Nabi Ibrahim kepada Allah Swt agar dikaruniakan anak yang saleh, sikap Ismail setelah mendengarkan perintah penyembelihan dari Allah Swt, kepatuhan Hajar kepada Allah dan suaminya ketika digoda oleh setan untuk menghentikan Nabi Ibrahim a.s melakukan penyembelihan terhadap anaknya.
Keempat, Pendidikan Kesabaran, sebagaimana dicontohkan dalam sejarah ibadah kurban adalah ketabahan hati Nabi Ibrahim a.s. sekeluarga dalam menerima ujian dari Allah berupa perintah penyembelihan anaknya.
Kelima Pendidikan keikhlasan, Nabi Ibrahim a.s.sekeluarga dalam menjalankan perintah Allah. Nabi Ibrahim a.s.wdan Hajar ikhlas mengurbankan anaknya, Ismail ikhlas disembelih sebagai kurban kepada Allah Swt. Hal ini tentu lahir karena kecintaan hamba terhadap Tuhannya. Jadi, keikhlasan dapat muncul bila ada cinta atau kasih sayang.
Sehingga penting bagi pendidik dan orang tua untuk menyayangi peserta didik dan anak-anaknya demi memunculkan keikhlasan dalam mendidik anak bangsa masa depan.
Keenam, Pendidikan Sosial, salah satu hikmah dianjurkannya seseorang melihat kurbannya disembelih agar berbaur dengan masyarakat.
Hikmah dianjurkannya pembagian daging kurban adalah melatih untuk bersedekah dan merasakan perasaan orang miskin.
Namun, ibadah kurban bukan dikotomi antara si miskin dan si kaya, tetapi kesadaran akan tanggung jawabnya masing-masing dalam masyarakat, inilah yang akan membentuk struktur kesatuan sosial dalam kehidupan.
Ketujuh, Nilai Pendidikan Dialogis, hal ini yang dilakukan Nabi Ibrahim a.s. dengan memberitahukan Ismail tentang mimpinya agar dapat dipahami oleh Ismail yang masih remaja.
Cara berdiskusi ini melatih untuk berargumentasi, ketangguhan dan keteguhan untuk patuh kepada Allah dan orang tuanya.
Ini merupakan keberhasilan Nabi Ibrahim a.s. sebagai ayah dengan kecerdasan akal tetapi lebih mendahulukan wahyu dalam mendidik anaknya. Sikap kepatuhan Ismail dapat dipahami sebagai indikator keberhasilan pendidikan metode dialog.
Kedelapan, Pendidikan Demokratis, Nabi Ibrahim a.s. tidak mengatakan “Saya ingin menyembelihmu karena perintah Allah”, akan tetapi mengatakan “saya diperintahkan Allah menyembelihmu, bagaimana pendapatmu mengenai perintah itu?” Kalimat dalam pertanyaan ini menunjukkan keyakinan Nabi Ibrahim a.s. akan kewajiban melaksanakan penyembelihan, namun Nabi Ibrahim a.s.masih menanyakan pendapat Ismail mengenai penyembelihan itu.
Suatu sikap demokratis yang perlu diteladani dalam mendidik anak–anak. Tentu hal ini agar mereka kelak berkembang menjadi anak yang terbuka dalam menghadapi persoalan dalam hidupnya.
Berdasarkan uraian tersebut, sudah sepatutnya setiap muslim di samping berusaha menunaikan ibadah kurban, pada saat yang sama ia dapat menyerap dan mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan.
Ujian, Sabar, dan Apresiasi Allah SWT |
![]() |
---|
Mimbar Jumat: Terjatuh Dari Firdaus |
![]() |
---|
Makna Spiritualitas Bulan Zulhijjah di Tengah Tantangan Modern |
![]() |
---|
Harga Kopi Anjlok Usai Idul Adha, Petani di OKU Dilema: Dijual Rugi Ditahan Butuh Uang |
![]() |
---|
Harga Emas di Palembang Stabil Usai Libur Panjang Idul Adha, Antam Naik Tipis |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.