Mimbar Jumat: Pesona Ramadan di Bulan Syaban
Pesona Ramadan sudah mulai terasa sejak di bulan Rajab dan semakin menguat di bulan Syaban
Peristiwa penting itu adalah ‘operasi organ dalam’ Rasul Saw. oleh malaikat atas perintah Allah Swt., sebagaimana diungkap dalam hadits-hadits shahih.
Disebut sebagai ‘organ dalam’ karena tidak dapat dipastikan organ apa yang dikeluarkan dari tubuh beliau, dibersihkan lalu dimasukkan kembali itu. Ada yang menyebutnya dengan ‘hati’, ada pula yang mengatakan ‘jantung’ dan ada juga pandangan yang melihatnya secara metaforis dan bersifat ruhani.
Peristiwa sejenis ini sebenarnya juga pernah beberapa kali dialami Rasul Saw., seperti yang dinyatakan dalam beberapa riwayat, yakni pada usia usia anak-anak, menjelang baligh sekira usia 14-15 tahun dan menjelang diangkat menjadi rasul. Proses kejadianya persis sama dengan yang terjadi sesaat sebelum peristiwa isra’ dan mi’raj di bulan Rajab.
Dalam hal ini, ‘operasi organ dalam’ yang dilakukan pada Rasul Saw. antara lain dapat dipahami selain sebagai isyarat ‘bersih-bersih bathin’ sebelum melakukan perjalanan panjang yang mungkin akan menghadapi goncangan, juga merupakan symbol persiapan bekal yang matang, baik fisik ataupun psikis. Itu sebabnya mengapa operasi ini berkali-kali dilakukan pada Rasul Saw.
Pada usia anak-anak beliau menghadapi beratnya hidup sebagai seorang yatim piatu yang berpindah-pindah pengasuhannya.
Di usia remaja menjadi dewasa sebelum waktunya karena harus mandiri agar tidak menjadi beban orang lain meski bagi pamannya sendiri. Begitu pula tugas risalah yang sangat berat dan penuh goncangan yang harus beliau hadapi.
Terlebih lagi pada peristiwa isra’ mi’raj, selain menghadapi tuduhan dusta, mengigau bahkan gila dari kaum musyrik Makkah, juga perjalanan panjang menuju Allah Saw. yang melampaui alam syahadah dan menembus alam malakut.
Bekal kebersihan jiwa, ketulusan batin dan kekokohan iman merupakan modal paling utama dalam perjalanan menuju Allah Swt. Ramadhan pada hakikatnya juga merupakan perjalanan spiritual umat beriman menuju Allah Swt.
Menyambut Ramadhan dengan kebersihan dan kejernihan bathin tentu tidak harus melakukan ‘operasi organ dalam’ sebagaimana yang dilakukan malaikat atas baginda Rasul Saw., tapi cukuplah dengan mengikuti petunjuknya.
Dalam kitab-kitab riwayat banyak diungkapkan petunjuk dan isyarat yang diajarkan oleh Rasul Saw. sebagai bekal persiapan menuju Ramadhan. Pertama, mendahului puasa Ramadhan dengan memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban.
Dengan begitu, beratnya tantangan dan goncangan Ramadhan akan terasa lebih mudah dan ringan. Bukankah sang juara dapat meraih puncak prestasinya karena latihan bertarung sebelum pertarungan yang sebenarnya? Kedua, merefresh dan meningkatkan kadar iman dengan memperbanyak ibadah dan ketaatan.
Sebab iman yang bersifat rahasia dan terpatri di dalam bathin itu tidaklah cukup dan dianggap ada jika belum terimplementasi dalam wujud ibadah dan ketaatan. Ketiga, membangun niat yang bersih dalam mengidamkan kehadiran Ramadan.
Ibadah utama dan paling pokok di bulan ini adalah berpuasa. Adapun ibadah lainnya yang sunnah adalah sebagai aksesoris dan pelengkap yang tentunya tidak boleh mengalahkan ibadah yang paling utama. Mirisnya tidak sedikit orang yang hanya fokus berorientasi pada hal-hal yang bersifat keduniaan, seperti peningkatan omset dan penghasilan usaha. Sebab dalam konteks ini, perputaran ekonomi di bulan Ramadhan meningkat berkali-kali lipat dibandingkan pada bulan-bulan lainnya.
Ada pula sebagian orang yang sudah fokus berfikir tentang lebaran, bahkan sebelum masuk Ramadhan. Celakanya lagi, ada juga yang memandang bulan Ramadhan sebagai beban, wa al-‘iyazubillah.
Selanjutnya, hal keempat yang hendaknya dilakukan sebelum masuk Ramadhan adalah menyelesaikan segala sangkutan yang berhubungan dengan hak Allah Swt. dan hak sesama manusia.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.