Dinas Kesehatan Sebut Ada 16.029 Kasus ODGJ di Sumsel, Kota Palembang Terbanyak Disusul OKI

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Sumsel, kasus Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ) di Sumatera Selatan ada sebanyak 16.029 orang

Editor: adi kurniawan
Handout
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Sumsel, kasus Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ) di Sumatera Selatan ada sebanyak 16.029 orang 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel),
kasus Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ) di Sumatera Selatan ada sebanyak 16.029 orang.

"Di Sumsel total ada 16.029 kasus ODGJ," kata Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel Ferry Yanuar, Rabu (10/1/2024).

Ferry pun merincikan, ODGJ sebanyak 16.029 ini tersebar di 17 Kabupaten/Kota di Sumsel.

Terbanyak ada di Kota Palembang sebanyak 3.111 orang.

Di Palembang banyak karena jumlah penduduknya juga banyak.

Lalu di OKI sebanyak 1.450 orang, Banyuasin sebanyak 1.390 orang.

Musi Banyuasin sebanyak 1.368 orang, Muara Enim sebanyak 1.290 orang, Lahat sebanyak 1.131 orang.

Baca juga: 364 Warga Lubuklinggau ODGJ karena Narkoba, BNNP Sumsel Minta Warga Jangan Ragu untuk Rehabilitasi

Kemudian yang dibawah 1000 kasus ada di OKU Timur sebanyak 998 orang.

Musi Rawas sebanyak 828 orang, Ogan Ilir sebanyak 822 orang, OKU sebanyak 665 orang, Empat Lawang sebanyak 601 orang, Pali sebanyak 515 orang, OKU Selatan sebanyak 511 orang. 

Lalu yang dibawah 500 kasus ada di Murata sebanyak 400 orang, Prabumulih sebanyak 399 orang, Lubuklinggau sebanyak 341 orang dan Pagaralam sebanyak 209 orang.

"Penyebab ODGJ ini bermacam-macam seperti stres, bisa juga karena narkoba dan lain-lain. Namun untuk didata kita tidak ada rincian spesifik penyebabnya," ungkapnya.

Menurutnya, untuk ODGJ ini ada yang rawat jalan dan rawat inap.

Kalau butuh rujukan rawat inap di rujuk ke RS Ernaldi Bahar yang merupakan khusus Rs jiwa di Sumsel.

Kalau rawat jalan bisa di puskesmas terdekat.

Warga Lubuklinggau ODGJ karena Narkoba

Kepala BNNP  Sumsel, Brigjen Pol Djoko Prihadi angkat bicara terkait ada 364 warga Lubuklinggau yang terkana gangguan mental atau ODGJ karena narkoba, Rabu (10/1/2024).

"Jadi soal adanya 364 warga Lubuklinggau yang terkena gangguan mental diduga katanya akibat mengkonsumi narkoba, hingga kini masih kita lakukan pengecekan dahulu dengan pihak Dinkes," katanya. 

Ia mengatakan, BNNP Sumsel sudah memerintahkan kepala BNN di wilayah tersebut untuk langsung mendatangi lokasi.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui apa lantar belakangan warga terkena gangguan mental. Apa karena narkoba atau bukan.

"Dia gangguan jiwanya karena apa. Ada gangguan jiwa dari faktor depresi, stress ataukah karena apa. Ini sedang kita cari tahu," jelasnya. 

Ia menjelaskan, untuk menyatakan seseorang jadi ODGJ karena narkoba harus dibuktikan dulu kebenarannya melalui serangkaian tes.

Djoko menambahkan, menyampaikan untuk semua warga yang ada keluarganya, saudara dan familinya terkontaminasi dengan narkoba jangan ragu melaporkan ke BNN.

Pihaknya menyarankan, apabila ada keluarga yang terjangkit narkoba agar sedini mungkin segera melaporkan ke BNN untuk dilakukan rehabilitasi.

" Masyarakat jangan malu kalau mau direhab, pelaku tidak kita tangkap tapi disembuhkan.

Jadi masyarakat jangan takut dan tabu masalah rehabilitasi ini," harapnya.

364 Warga Lubuklinggau Jadi ODGJ Karena Narkoba

Diberitakan sebelumnya, ratusan warga di Kota Lubuklinggau Sumsel terkena gangguan mental atau Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ).

Adapun ratusan ODGJ itu paling banyak karena pengaruh narkoba.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Lubuklinggau menyebutkan jumlah warga ODGJ di Kota Lubuklinggau sebanyak 364 orang  yang tersebar di beberapa wilayah Kota Lubuklinggau.

"Data 364 ODGJ ini terdata di Dinkes Lubuklinggau tahun ini," ungkap Kadinkes Lubuklinggau Erwin Armeidi, Selasa (9/1/2023).

Erwin menyebutkan, penyebab ODGJ di Lubuklinggau disebabkan karena berbagai faktor mulai dari tekanan ekonomi, tekanan keluarga dan paling banyak karena pengaruh narkoba.

"Penyebabnya berbagai macam, ada ekonomi, keluarga dan yang paling banyak karena pengaruh narkoba," ujarnya.

Erwin pun berharap masyarakat yang keluarganya ada ODGJ untuk rutin berobat, karena dikhawatirkan bisa menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.

"ODGJ yang terdata ini berobatnya ke rumah sakit maupun puskesmas, tapi ada juga ODGJ belum mau berobat, tetap kita minta untuk diobati jangan sampai tidak diobati," imbuhnya.

Menurut Erwin apabila ODGJ tidak rutin minum obat akan sangat bahaya, bahkan bisa sampai membahayakan.

"Nanti akan ada dampak lainnya, apalagi sampai disimpan malu, kalau ada ODGJ sesegera mungkin dilaporkan," ujarnya.

Erwin menyampaikan sejauh ini penanganan ODGJ di Lubuklinggau sudah cukup baik, karena ada obat dan programnya, obat itu tersedia di rumah sakit maupun di puskesmas.

"Untuk yang parah kita kirim ke Palembang dan ada juga yang ke Bengkulu, tapi biasanya hanya dua minggu kemudian di suruh pulang, karena rawat jalan," ungkapnya.

Erwin mengaku kendala di Lubuklinggau sejauh ini bukan masalah rumah sakit atau apa, namun masalahnya pada keterbukaan keluarga untuk mengantar pasien berobat.

"Sasarannya berapa tapi masih ada yang belum mau berobat, dari sasaran itu masih ada selisih, misalkan sasaran sekian yang berobat sekian, namun, bisa saja sasaran itu tidak berobat atau memang sudah sembuh bisa juga," ujarnya.

Sementara untuk ODGJ yang dipasung hasil pantauan selama ini di Lubuklinggau tidak ada lagi, semuanya sudah bebas pasung, karena memang pasung itu tidak boleh.

"Karena pasung itu dilarang ya, tidak ada lagi (Lubuklinggau)," ungkapnya. 

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved