Mimbar Jumat
Mimbar Jumat: Kejahatan Terhadap Al Quran
Firman-Nya: “Sesungguhnya Kami lah yang menurunkan Al-Qur’an dan pasti Kami (pula) yang memelihara nya.” (QS. Al-Hijr:9)
Oleh: Muhammad Syukron Zun Nurain
SRIPOKU.COM -- MUHAMMAD ibnu Ishaq di dalam kitab As-Sirah-nya mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Muslim ibnu Syihab Az-Zuhri; ia pernah menceritakan suatu kisah bahwa Abu Sufyan ibnu Harb dan Abu Jahal ibnu Hisyam serta Al-Akhnas ibnu Syuraiq ibnu Amr ibnu Wahb As-Saqafi (sekutu Bani Zuhrah) keluar di suatu malam dengan tujuan untuk mendengar apa yang dibaca oleh Rasulullah dalam salatnya di malam hari di dalam rumahnya.
Kemudian masing-masing orang dari mereka mengambil posisi untuk mencuri dengar tanpa mengetahui posisi temannya. Semalaman penuh mereka mendengarkan apa yang dibaca oleh Rasulullah. Sesaat setelah fajar terbit mereka bubar dan bertemu di tengah perjalan pulang. Mereka saling mencela di antara sesamanya. Sebagian dari mereka mengatakan kepada sebagian yang lain, "Janganlah kalian lakukan lagi, karena kalau ada seseorang dari kalangan awam melihat kalian, maka akan menimbulkan kecurigaan dihatinya terhadap kalian." Setelah itu mereka pulang ke tempatnya masing-masing.
Pada malam yang kedua, masing-masing dari mereka kembali ke tempat posisinya semula, lalu semalaman mereka mendengarkan bacaan Nabi. Ketika fajar terbit mereka bubar dan dalam perjalanan pulangnya mereka bertemu. Lalu sebagian dari mereka mengatakan hal yang sama seperti kemarin kepada sebagian yang lainnya, kemudian pulang ke rumahnya masing-masing.
Pada malam yang ketiganya masing-masing orang dari mereka kembali ke tempat posisinya semula, lalu semalaman mereka mendengarkan bacaan Nabi (dalam salatnya) hingga fajar terbit, kemudian mereka pulang. Di tengah jalan mereka bertemu, maka sebagian dari mereka mengatakan kepada sebagian yang lain. "Kita tidak mau meninggalkan tempat ini sebelum ada perjanjian di antara kita, bahwa kita tidak akan lagi melakukan hal ini!" Akhirnya mereka mengadakan perjanjian di antara sesamanya, bahwa mereka tidak akan mengulanginya lagi. Setelah itu masing-masing pulang ke rumahnya.
Jangan lupa subscribe, like dan share channel Youtube Sripokutv di bawah ini:

Pada keesokkan harinya Al-Akhnas ibnu Syuraiq mengambil tongkatnya, lalu keluar rumah menuju ke tempat Abu Sufyan ibnu Harb. Sesampainya di rumah Abu Sufyan, Al-Akhnas berkata kepadanya, "Hai Abu Hanzalah, bagaimanakah pendapatmu tentang apa yang telah engkau dengar dari Muhammad?" Abu Sufyan menjawab, "Hai Abu Tsa’labah, demi Allah, sesungguhnya saya telah mendengar banyak hal yang saya ketahui, dan saya mengetahui apa yang dimaksud olehnya dengan perkataannya itu. Tetapi saya juga telah mendengar banyak hal yang tidak saya ketahui makna dan maksudnya." Al-Akhnas berkata, "Demi yang engkau sebut dalam sumpahmu itu, saya pun mempunyai pemahaman yang sama."
Al-Akhnas pergi meninggalkan Abu Sufyan, lalu menuju ke rumah Abu Jahal. Sesampainya di rumah Abu Jahal, Al-Akhnas bertanya kepadanya, "Hai Abul Hakam, bagaimanakah pendapatmu tentang apa yang telah engkau dengar dari Muhammad?" Abu Jahal menjawab, "Apa yang saya dengar?" Abu Jahal melanjutkan perkataannya, "Kami dan Bani Abdu Manaf bersaing untuk merebut kedudukan. Mereka memberi makan, maka kami memberi makan pula. Mereka memberikan tunggangan, maka kami pun memberikan tunggangan pula. Dan mereka memberi, maka kami pun memberi pula. Hingga manakala kami sedang sengit-sengitnya berlomba, mereka mengatakan, 'Di antara kami ada seorang nabi yang mendapat wahyu dari langit.' Maka jika kami menjumpai masanya, demi Allah, kami tidak akan beriman kepadanya dan tidak mempercayainya selama-lamanya." Maka Al-Akhnas bangkit meninggalkan Abu Jahal dan pulang ke rumahnya."
Kisah di atas menjelaskan bahwa pada hakikatnya mereka tidak mendustakan ayat-ayat Allah swt. Akan tetapi, sudah menzalimi diri mereka dengan mengingkari nya. Walaupun begitu, kaum Quraisy yang merendahkan dakwah Rasul saw pada siang hari menitipkan amanah pada malam harinya dengan meyakini bahwa beliau orang yang terpercaya diantara mereka. Itulah Al-Quran firman Allah yang Agung. Dengannya Allah swt memberikan hidayah kepada Umar bin Khatab ra. Dengan nya Allah membebaskan kegelapan dari masyarakat Makkah. Dengan nya pula peradaban umat manusia maju.
Al-Qur’an adalah kitab yang berisi petunjuk dan Rahmat bagi seluruh alam. Barangsiapa yang berlandaskan padanya maka menjadi benar. Barangsiapa yang membuat keputusan dengannya menjadi adil. Barang siapa yang berpegang teguh dengannya mendapatkan petunjuk ke jalan lurus. Al-Quran adalah tali Allah yang kokoh, tidak ada kebatilan yang mendatanginya, baik dari depan maupun belakang. Karena Al-Quran adalah kitab yang diturunkan dari Allah Yang Maha Bijaksana.
Jangan lupa juga subscribe, like dan share channel Instagram Sriwijayapost di bawah ini:

Malaikat Jibril turun dengan Al-Qur’an, maka beliau menjadi pemimpin Malaikat. Al-Qur’an turun kepada Rasulullah maka beliau menjadi pemimpin nabi dan rasul. Al-Qur’an turun pada bulan Ramadhan maka menjadi sebaik-baik bulan. Al-Qur’an turun pada malam lalilatul qadar maka menjadi sebaik-baik malam. Al-Qur’an adalah kitab suci bagi umat Muslim. Bagaimana mungkin seseorang bisa menghina sesuatu yang suci bagi umat beragama. Tidak cukup dengan hinaan tetapi dilanjutkan dengan perilaku yang tidak bisa dibayangkan oleh orang yang berakal sehat dengan membakarnya di depan umum pada hari raya umat Islam.
Oleh sebab itu Fadhilat Imam Akbar Syeh Al-Azhar Syeh Ahmad Tayyib mengutuk segala perilaku yang melecehkan Al-Qur’an dan semua yang diyakini suci oleh umat Islam. Beliau juga menyerukan persatuan kaum muslim di seluruh dunia untuk menolak segala bentuk pelecehan terhadap Al-Qur’an. Beliau juga menjelaskan sikap Al-Azhar yang selalu siap menjaga keutuhan umat Islam dan segala sesuatu yang diyakini suci oleh umat Islam.
Pada hari selasa 12 Muharram 1445 H/ 1 Agustus 2023 M telah dilaksanakan diskusi ilmiah berjudul “Kejahatan membakar kitab suci umat beragama” di masjid Al-Azhar yang dihadiri oleh ulama besar Al-Azhar. Syeh Abdulfattah al-Awari menjelaskan bagaimana akhlak Rasulullah ﷺ dalam bermuamalah dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani pada masanya. Bagaimana respon beliau terhadap mereka yang menolak dengan dakwah Islam. Beliau mengajarkan kita untuk tidak menghina sesuatu yang dianggap suci oleh umat beragama lain. Dalam surat al-An’am ayat 108, Allah swt berfirman: “Janganlah kamu memaki (sesembahan) yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa (dasar) pengetahuan.”
Beliau juga menambahkan, Allah swt berfirman: “Sesungguhnya ia (Alquran) benar-benar merupakan kemuliaan bagimu dan bagi kaum mu dan kelak kamu akan dimintai pertanggungjawaban” (QS. Az-Zukhruf:44). Apakah kalian menjaga kemuliaan ini atau menyia-nyiakannya. Maka menjaga segala sesuatu yang diyakini suci oleh umat Islam merupakan kemuliaan. Itu semua. Kita semua mempunyai kewajiban yang sama untuk menjaganya.
Menjaga Bumi: Warisan Peradaban Islam dalam Menghadapi Krisis Lingkungan |
![]() |
---|
Toleransi dan Pendidikan Agama Islam, Menjaga Harmoni dalam Kehidupan Berbangsa |
![]() |
---|
Serukan Aspirasi Tanpa Anarki Pesan Nabi untuk Penduduk Negeri |
![]() |
---|
Refleksi Ruhani di Bulan Merdeka, Memaknai Kebebasan Jiwa saat Tidur |
![]() |
---|
Spritualitas Semu: Fenomena Beragama di Era Modern |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.